Bagaimana Cara Memahami Expect Too Much Artinya Di Film?

Menonton film itu seperti menjelajahi dunia baru, kan? Ketika bicara soal ‘expect too much,’ saya selalu teringat saat menonton film yang diangkat dari novel favorit. Terkadang, harapan untuk melihat karakter dan cerita itu hidup di layar bisa jadi sangat tinggi. Contohnya, saat saya melihat ‘Harry Potter’ pertama, saya benar-benar berharap semua detail di dalam buku ada di film. Namun, ketika saya menyadari bahwa tidak semua dapat diadaptasi, saya belajar untuk menikmati interpretasi baru yang diberikan pembuat film. Terkadang, ekspektasi yang tinggi bisa membuat kita kehilangan keasyikan saat menonton, apalagi menemukan momen-momen kecil yang menyentuh yang mungkin tidak kita duga. Kami bisa menemukan kebahagiaan dalam melihat bagaimana film dapat memberi makna baru pada cerita yang kita kenal. Dengan menyingkirkan ekspektasi berlebihan, kita membuka diri pada pengalaman baru yang mengasyikkan.

Dalam dunia film, istilah ‘expect too much’ bisa menjadi pedang bermata dua, bukan? Saya sering mengalami itu saat menantikan film blockbuster yang dijanjikan akan mengubah permainan. Bayangkan saat saya menunggu ‘Avengers: Endgame’ berbulan-bulan lamanya. Hype-nya luar biasa! Saya berharap film itu akan menjadi epik yang mendefinisikan ulang genre superhero. Saat menontonnya, saya merasa bisa merasakan tekanan itu. Kadang, ketika ekspektasi kita terlalu tinggi, ada risiko bahwa film tersebut tidak dapat memenuhi cita rasa yang kita imajinasikan. Saya berusaha mengingat bahwa setiap film adalah karya seni dari pembuatnya, dan hal itu juga mencakup segala kekurangannya. Jadi, jika suatu film tidak sesuai dengan harapan kita, itu bukan berarti filmnya buruk, melainkan mungkin walau terbilang biasa, film itu tetap memiliki pesannya sendiri.

Lalu putar balik ke momen-momen sederhana. Ingat ketika saya menonton film indie yang sama sekali tidak saya harapkan? Saya terkejut karena ternyata itu salah satu film terbaik yang pernah saya lihat. Ternyata, ada keindahan dalam menemui karya yang tidak kita sangka-sangka. Saya belajar bahwa ekspektasi kadang-kadang dapat menjadi penghalang untuk menemukan hal-hal yang lebih berharga.

Mengamati berbagai lapisan makna dalam sebuah film sering kali membuat kita terkagum-kagum. Begitu banyak elemen yang diperlukan untuk menyampaikannya, dan salah satu hal yang ingin saya bahas adalah istilah ‘expect too much.’ Ini merupakan ungkapan yang sering kali muncul ketika kita mendiskusikan harapan kita terhadap film. Misalkan saat saya menonton ‘Inception’, saya benar-benar terjebak dalam alur ceritanya yang kompleks dan penuh dengan teka-teki. Rasanya saya mengharapkan semua jawaban terjawab secara sempurna. Namun, film ini memanfaatkan ketidakpastian sebagai alat naratif. Oleh karena itu, ‘expect too much’ di sini bisa berarti kita mungkin berharap hasil yang menyenangkan dari seluruh cerita, padahal mungkin film itu lebih fokus pada pengalaman daripada penyelesaiannya. Umumnya, film yang kuat tidak selalu memenuhi ekspektasi kita, melainkan mengundang kita untuk menggali lebih dalam dan merenungkan setelah tayangan selesai.

Ketika berbicara tentang ekspektasi dalam film, sering kali kita juga terjebak dalam nostalgia, mengingat film-film lama yang memberikan kesan mendalam saat kita masih kecil. Dalam pengalaman saya menonton ‘The Lion King’, saya berharap akan momen-momen tertentu yang menggugah emosi, tapi saya juga belajar bahwa ekspektasi itu tergantung perspektif. Dalam banyak kasus, film tidak ditujukan untuk memenuhi harapan audiens, melainkan untuk menciptakan pengalaman membawa kita pada pemikiran yang lebih dalam. Jika kita terlalu berpatokan pada ekspektasi, kita bisa kehilangan kesempatan untuk menikmati elemen kejutan atau kebaruan yang ditawarkan film.

Sebagai penonton yang selalu mencari kenyamanan dalam karya sinema, saya percaya penting untuk tetap terbuka. Kita sering kali dilatih untuk terlalu fokus pada storyline atau plot yang harus terjawab. Di sinilah saya menemukan keindahan dalam naskah. Misalnya, dalam ‘Parasite’, penonton dibiarkan terheran-heran dengan lapisan tema yang lebih dalam daripada apa yang terlihat. Hal ini membuat saya berpikir bahwa, sering kali, ekspektasi berperan sebagai penghalang bagi kita untuk merasakan film sepenuhnya, sehingga perlu ada keseimbangan antara harapan dan pengalaman. Pendeknya, biarkan diri kita mengalami, dan mungkin kita akan menemukan lebih dari sekadar apa yang kita harapkan.