Share

Terpaksa Bertahan
Terpaksa Bertahan
Author: MiiZaa

SATU

"Bu dipilih aneka jajanannya," ucapku sambil tersenyum  kepada salah satu langgananku yang bernama Bu Nur.

"Eh Mbak Siti sini saya mau dong, ada apa aja Mbak?"

"Banyak Bu silahkan di pilih," ucapku sambil menghampiri Bu Nur yang sedang menyapu halaman rumahnya..

   Berdagang keliling sudah menjadi pekerjaannku selama dua tahun belakangan ini, di karenakan Suamiku Mas Anang yang tidak mau menafkahiku dan ketiga anakku. 

Mas Anang sudah tidak mau bekerja lagi semenjak pulang dari perantauan, dan sekarang Mas Anang hanya membantuku membuat aneka makanan untuk Aku berjualan..

Beruntung keluargaku sudah memeiliki rumah dari hasil Mas Anang masih bekerja, meskipun tidak besar setidaknya nyaman untuk di tempati oleh keluargaku..

Apakah Mas Anang tidak ada inisiatif untuk bekerja? Aku pun tidak tahu. Terkadang Aku iri kepada mereka wanita yang di perjuangkan segala kebutuhannya oleh suaminya, sampai rela banting tulang untuk menghidupi anak dan istri. 

Sedangkan Aku?  Aku sebagai gelar istri yang harus menanggung biaya hidup suami dan anak anakku agar bisa makan.

"Assalamualaikum," ucapku memasuki Rumah setelah pulang berjualan.

"Waalaikumussalam," ucap anak bungsuku Nia yang berusia empat tahun.

"Yey Mamah pulang," ucap Nia sambil lari menghampiriku.

"Mah Nia laper,"

"Eh anak Mamah laper ya, emang Bapak belum masak?"

"Belum Ma,"

"Emang Bapak kemana?"

"Ada Mah lagi tidur,"

"Ya udah tunggu ya Mamah mau masak dulu," dengan langkah gontai aku memasuki dapur untuk memasak.

"Mah Nia main dulu ya," teriak Nia dari ruang tengah.

"Hati hati ya nak mainnya,"

"Iya," jawab Nia sambil berlari keluar.

Sebenarnya aku lelah dengan rumah tangga ini, tapi aku selalu berharap suatu saat semoga Mas Anang bersikap seperti dulu yang mau bertanggung jawab atas keluarganya sendiri.

Setelah satu jam berkutat dengan alat alat dapur akhirnya pekerjaanpun selesai, aku bergegas ke kamar  mengambil handuk untuk membersihkan badan yang sudah terasa lengket di penuhi keringat.

Saat ku buka pintu seperti biasa.

Suamiku sedang tidur begitu pulas, padahal waktu menunjukan pukul lima sore sudah waktunya solat asar.

"Mas bangun sudah solat asar belum?"

"Heem emangnya udah jam berapa?" ucap Mas Anang dengan suara khas orang bangun tidur.

"Jam lima," ucapku sambil duduk di samping ranjang.

"Kamu udah solat belum, Dek,?"

"Belum Mas, tadinya masak dulu,"

"Kamu aja dulu gih, nanti Mas sesudah Dek Siti solatnya," jawab Mas Anang sembari kembali terpejam.

Akupun bergegas mengambil handuk dan menuju ke kamar mandi..

***

Malam pun tiba..

Kami semua melaksanakan makan malam bersama, walaupun dengan lauk yang sederhana tapi anak anaku tidak keberatan. Anaku yang pertama bernama Adi, Dia masih sekolah kelas 2 SMP sedangkan anakku yang kedua bernama Rina masih duduk di kelas 5 SD, terakhir Si Bungsu Nia masih TK..

"Mah kuota belajar sudah habis," ucap Adi memecah keheningan.

"Emang bakal di pake kapan kak,?"

"Besok Mah,"

"Iya nanti kalau ada lebih uang dari hasil Mamah jualan ya, tapi Mamah mau belanja buat dagang besok,"

"Iya Mah," jawab Adi tersenyum..

Sudah menjadi jadwalku setelah makan malam aku langsung menuju warung Bi Neneng yang merupakan adik dari Emak, tempat nya persis di depan rumah. Beruntung aku mempunyai Bibi yang mengerti akan kondisiku, tak segan segan Bibiki selalu meminjamkan modal ketika aku kekurangan bahan bahan untuk membuat aneka jajanan..

"Bi,,," ucapku sambil memasuki warung.

"Eh Siti, mau belanja yah? sini masuk!"

"Iya Bi,,"

"Sok ambil aja nanti di hitung".

Akupun mengambil bahan bahan yang aku butuhkan dari mulai tepung terigu, tepung kanji, minyak, kacang, bawang merah, bawang putih dan untuk keperluan dapur lainnya. Aku menjual berbagai makanan dari bahan dasar tepung dari mulai batagor, cimol, otak otak, cendol, kadang aku mengambil sayur matang dari orang lain untuk di jual kembali.

"Bi, ini udah semua" ucapku kepada Bibi

"Oh iya sini biar Bibi hitung,"

"Eeh ada Mamah, Mah mau jajan dong," ucap Nia ketika melihatku sedang di warung.

"Mau jajan apa, nak?"

"Jajan ciki ya Mah, boleh?"

"Iya boleh tapi jangan banyak banyak yah,"

"Oke Mah," jawab Nia sambil tersenyum.

"Siti ini semuanya 125 ribu,"

"Oh iya, dengan hutang yang kemarin gak Bi?,"

"Oh kalau di tambah hutang jadi 150 ribu," ucap Bibi sambil memasukan belanjaan kedalam kantong kresek.

"Ini Bi uangnya pas 150 ribu,"

"Mau semuanya di bayar? Emang ada uangnya,?" jawab Bibi sambil melihatku.

"Ada Bi Alhamdulillah tadi jualanku habis," ucapku sambil tersenyum.

"Alhamdulillah kalu begitu, kalau ada yang kurang jangan sungkan sungkan ya ngomong aja ke Bibi,"

"Iya Bi, makasih,"

"Iya sama sama"..

***

"Mas gimana ya, Adi udah abis kuota buat belajar tapi aku gak punya uang habis tadi di pake buat beli bahan bahan untuk dagang sama beli sembako dan bumbu dapur," ucapku sambil memandang Mas Anang.

"Ya terus emang aku punya uang gitu?," ucap Mas Anang ketus.

"Ya seenggaknya usaha cari kerja Mas buat membantu meringankan kebutuhan anak anak," ucapku sambil tertunduk.

Bbraakkk

"Heh jangan mentang mentang kamu yang kerja seenaknya nyuruh aku kerja buat meringankan kebutuhan anak anak, emangnya selama ini aku diam saja di rumah,? aku juga kerja Siti bantu bantu kamu untuk olah jajanan buat kamu jualan,  Heh ingat! aku ini suamimu jangan kurang ajar,,!" Bentak Mas Anang sambil berteriak kepadaku dengan dada naik turun.

"Mas tapi aku capek Mas capek! Bukannya aku sombong tapi aku mau Mas cari kerja buat meringankan bebanku Mas, aku bisa kok olah sendiri tanpa bantuan Mas. Toh ada Adi dan Rina yang bisa bantuin aku," jawabaku dengan nada gemetar menahan tangis.

Tiba tiba,

Bbuuggh...

Bersambung di part selanjutnya..

Terima kasih sudah membaca,,,☺️

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status