Di dunia 'Nexus', perdebatan tentang karakter terkuat selalu memicu diskusi panas di antara penggemar. Salah
satu nama yang sering muncul di puncak list adalah Aurelion, sang Pencipta Bintang. Kemampuannya untuk memanipulasi energi kosmik dan menciptakan galaksi dengan gerakan tangan membuatnya hampir tak tertandingi. Dalam lore, dia digambarkan sebagai entitas yang ada sebelum waktu itu sendiri, dan beberapa teks kuno menyebutnya sebagai 'Arsitek Realitas'. Namun, kekuatannya yang abstrak kadang membuatnya sulit diukur secara konvensional.
Di sisi lain, ada Valkyra si Penghancur Dunia, yang secara teknis memiliki feats lebih terukur. Dalam arc 'Kiamat Merah', dia menghancurkan tiga dimensi paralel hanya karena kesal diprovokasi. Apa yang membuatnya unik adalah kombinasikan brute force dengan kecerdasan taktis—dia pernah memanfaatkan kelemahan hukum fisika di suatu alam semesta untuk melipatgandakan serangannya. Beberapa fans berargumen bahwa feats destruktif semacam ini lebih valid dibanding kekuatan konseptual ala Aurelion.
Jangan lupakan juga tentang Dr. Paradox, yang meskipun secara fisik rapuh, memiliki kemampuan memanipulasi paradoks dan timeline. Dalam spin-off 'Paradox Effect', dia menunjukkan bisa meng-existensi-kan musuh dari sejarah hanya dengan berfikir. Tapi kekuatan semacam ini sering dianggap 'cheating' dalam power scaling karena tidak ada counter yang jelas. Lucunya, di Q&A dengan penulis, disebutkan bahwa Paradox sebenarnya takut pada kupu-kupu—elemen humanizing yang menarik untuk dewa omnipotent.
Kalau mau ambil jalan tengah, mungkin sang protagonis tersembunyi, Luminara, layak dipertimbangkan. Meski jarang menonjol, setiap kali dia muncul di climax story, semua hukum kekuatan di dunia Nexus ikut berubah. Ada teori bahwa dia sebenarnya adalah avatar dari dunia itu sendiri, yang menjelaskan mengapa power level-nya selalu berfluktuasi sesuai kebutuhan naratif. Justru ketidakjelasan inilah yang membuatnya fascinating dalam diskusi power scaling.