Javier mengerjapkan matanya beberapa kali. Memastikan pemandangan yang indra penglihatannya tangkap, bukan sebuah halusinasi. Masih dengan baju tidur, wajah bantal, serta rambutnya yang acak-acakan. Javier mendekati meja makan.
“Udah bangun?” Sapaan itu membuat Javier semakin merasa bahwa ia masih bermimpi. Alih-alih merespon, Javier justru mengangkat jari telunjuknya untuk menyentuh pipi Aletta yang memakai celemek di hadapannya.
“Kak?” panggil Aletta, gadis itu terlihat kebingungan melihat tingkah Javier.
Detik selanjutnya, Javier baru yakin kalau semua ini nyata. Aletta dan celemek di tubuhnya, harum sop ayam yang bisa Javier cium, pemandangan dapur yang berantakan, dan beberapa masaka