Adiknya pacarku, Abangnya suamiku

Adiknya pacarku, Abangnya suamiku

last updateLast Updated : 2022-06-23
By:  MoonseiiCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
49Chapters
4.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Tidak ada pernikahan yang mudah di dunia ini. Bahkan ketika mereka saling mencintai, menerima satu sama lain, dan bahagia akan kehadiran pasangan. Lalu, bagaimana jika pernikahan itu didasarkan oleh rasa kasihan? Alih-alih cinta? Javier, adalah seorang pemuda hebat yang tengah merintis perusahaan kecilnya. Lelaki ini, rela meninggalkan hubungan yang sudah ia jalin selama empat tahun bersama sang kekasih, untuk menggantikan adiknya. Ia tidak bisa membiarkan hidup Januar (adiknya) hancur begitu saja, karena kesalahan yang remaja itu perbuat. Walaupun orang tuanya menentang, Javier tetap kekeuh akan keyakinannya untuk menjadi seorang Ayah untuk bayi yang dikandung oleh Aletta. Pacar adiknya sendiri. Lalu, bagaimana pernikahan mereka berjalan? Apakah mereka bahagia? Juga, bagaimana dengan perusahaan rintisan Javier? Akankah sifat kekanak-kanakan Aletta menganggu fokus Javier? Dan, bagaimana Aletta menghadapi semua ini? Di tambah dengan sikap sang mertua yang begitu membencinya?

View More

Chapter 1

BAB 1

“Aku hamil.”

Sakit. Itu yang dirasakan Aletta saat melihat seorang lelaki yang berdiri tepat di hadapannya, hanya mematung. Lelaki yang tak ia sangka akan menunjukan reaksi sekasar ini. Aletta mengingat jelas, hari dimana mereka melakukan untuk pertama kalinya. Janu berjanji, bahwa lelaki itu akan bertanggung jawab. Janu juga menambahkan, kalau hanya dengan melakukan itu hubungan mereka akan bertambah awet.

Namun, Aletta Viona Radella. Seorang gadis yang memiliki popularitas di sekolah sebagai salah satu dari deretan wania cantik itu, sepertinya terlalu naif untuk percaya pada perkataan Janu. Pada kenyatannya, lelaki itu tidak lebih dari anak remaja yang sedang berada di puncak pubertasnya. Seharusnya Aletta sadar akan hal itu sejak beberapa hari yang lalu, ketika ia memergoki Janu tengah bercumbu dengan gadis lain di toilet.

Hanya karena cinta. Hanya karena janji manis yang terbukti busuk, lelaki itu berikan padanya. Aletta menutup mata akan kesalahann besar itu. Sebaliknya, ia justru mengajak Janu untuk main ke rumahnya yang selalu kosong dan melakukannya lagi. Memberikan kembali seratus persen kepercayaannya. Kalau di ingat ingat, malam itu Janu bahkan tidak menjelaskann tentang kejadian itu secara jelas.

Janu hanya sibuk meminta maaf. Lelaki itu mengucapkannya berpuluh-puluh kali, walaupun Aletta tidak bisa merasakan adanya penyesalan dalam kata maaf tersebut. Hal seperti itu memang baru pertama kali terjadi pada hubungan keduanya yang sudah berjalan hampir satu tahun. Namun, karena perilaku Ayahnya yang suka bermain wanita sejak Aletta kecil. Perasaan kecewa itu jutru membuatnya merasa muak.

Bayangkan betapa hebatnya Janu menghipnotis Aletta dengan banyak ungkapan manis, sehingga gadis itu bisa memaafkan Janu. Aletta bahkan tidak bisa memaafkan Ayahnya sendiri, tapi Janu bisa membuat Aletta memberi pengampunan dengan mudah. Bayangkan juga betapa hancurnya Aletta saat ini, karena di hadapi dengan fakta bahwa yang Janu ucapkan kemarin hanyalah sebuah bayaran receh untuk Aletta agar ia mau memberi izin Janu untuk menggunakan tubuhnya. Fakta bahwa, memaafkan Janu adalah hal terbodoh yang pernah ia lakukan.

Kini, Aletta merasa tidak ada alat ukur apapun yang sanggup untuk menghitung seberapa besar penyesalannya. Juga seberapa ia benci pada Janu dan dirinya sendiri. Serta bayi di perutnya, yang kehadirannya tidak Aletta inginkan.

“J?” panggil Aletta dengan nada frustasi. “Ngomong dong, jangan diem aja,” lanjut gadis itu, parau. Matanya yang sembab menunjukan kalau air matanya sudah habis karena terus menangis beberapa hari belakangan ini.

“Kamu bercanda, kan?” tanya Janu, menatap Aletta dengan sorot penuh harap.

Sayangnya, Aletta menggeleng. Gadis itu mengeluarkan beberapa alat penguji dari saku jaket yang pagi ini ia gunakan. Hendak menunjukan pada Janu, bahwa ucapannya sudah Aletta buktikan sendiri berkali kali di rumah.

Melihat gerak gerik pacarnya, Janu sontak melirik ke sekitar dengan was was. Keduanya sedang berada di sebuah warung belakang sekolah yang kini keadaannya bisa terbilang cukup ramai. “Lo gila?!” tanya Janu, setengah memekik. Dengan kasar tanganya meraih alat tersebut dari tangan Aletta, yang lalu ia masukan ke saku jaketnya. “Kita obrolin ini pulang sekolah, oke? Nanti aku ke rumah kamu,” kata Janu dengan volume suara yang hampir seperti berbisik.

“Engga,” tolak Aletta, membuat mata sang lawan bicara memutar. “Aku gak bisa duduk tenang sampai nanti sore, J. Jawab aku sekarang, aku harus gimana?!” lanjut Aletta.

“Pelanin suara lo, Aletta. Orang orang bisa denger!” sentak Janu, melirik sekitar. Kali ini, Janu mengambil satu langkah mendekat. Kemudian, ia meraih kedua bahu Aletta. Memaksa gadis itu untuk saling mengunci tatapan dengan miliknya. “Pokoknya, sekarang kamu ke kelas. Kita selesain nanti di rumah, Oke? Nurut ya?” tutur Janu berusaha se tenang mungkin.

“Enggak mau,” tolak Aletta masih sama. “Aku mau kamu jawab sekarang,” kekeuhnya. Aletta tidak bisa menahan rasa resah di dadanya, lagi. Bayi itu akan tumbuh setiap harinya, perutnya akan semakin membuncit. Terlebih badannya yang tinggi dan kurus, akan membuat perubahan kecil pada tubuhnya terlihat dalam waktu yang lebih singkat dari seharusnya.

Mendengar itu, Janu menghentakan kakinya kesal. “Kita gamungkin omongin itu disini, Aletta!” sungut Janu, kesal.

“MUNGKIN!” teriak Aletta, menjadi alasan perhatian pengunjung lain terfokus pada keduanya.

Menyadari itu, Janu mengusap wajahnya dengan kasar. “Shit.” umpat Janu.

Lelaki itu lupa bahwa Aletta adalah gadis dengan sifat keras kepala yang tinggi. Sulit baginya untuk meyakinkan sesuatu yang berkebalikan dengan apa yang gadis itu inginkan atau sesuatu yang Aletta percayai.

Sama halnya dengan Aletta. Janu juga memiliki sifat keras yang tidak kalah tinggi. Terbukti dengan rahang Janu yang kini mengeras karena Aletta tidak mau mendengarkannya. “Jangan bikin aku marah, Ta,” Janu memperingati, tatapannya perlahan terasa semakin menusuk.

“Aku Cuma kamu mau denger kamu bilang, kamu bakal tanggung jawab, J. Udah itu doang!” desak Aletta, gemas sendiri.

Alih alih menjawab, Janu justru berkelit. “Iya, kita obrolin nanti di rumah-“

“Iya apa?” serang Aletta, memotong ucapan Janu. Di hadapannya, Janu kembali membeku di tempat. “Ayo ngomong! Iya apa?!” tanya Aletta, dengan penuh penekanan.  “Ko diem? Tinggal ngomong, J. Kamu tadi udah dengerkan mau aku apa? Kalau kamu ngomong, aku bisa tenang. Aku bisa nunggu sampe kita pulang! Semudah itu-“

“Aku gabisa,” sela Janu, membuat tubuh Aletta melemas seketika. “Aku gabisa tanggung jawab, Ta,” jelas lelaki itu melanjutkan.

Aletta, terkekeh sinis. “Kamu gila?” tanyanya, hampir tak percaya.

“Engga,” sahut Janu. “Kamu yang gila, Ta. Kenapa kamu diem aja? Kenapa kamu gak cari obat atau lakuin hal yang bisa bikin janin di perut kamu mati?!”

Mendengar itu, Aletta hampir saja ambruk ke lantai jika saja tangannya tidak bertumpu pada tembok. Mati? Janu yang katanya mencintai Aletta, dan akan melakukan apapun untuk hubungan mereka agar terus bertahan hingga mereka dewasa nanti. Ingin Aletta membunuh calon bayinya sendiri? Calon bayi mereka? Hasil dari buah cinta mereka sendiri?

Dari pada menangis, Aletta memilih untuk tertawa saat ini. Menertawakan bagaimana semesta lagi lagi menempatkannya di situasi yang di rasa sulit untuk ia lewati. Ia sudah tidak memiliki Ibu. Ayah kandungnya bahkan menikah lagi, dan hanya mengirim uang setiap bulan untuk Aletta yang hidup sendiri.

Dan kini, satu satunya sumber kebahagiaan Aletta. Satu satunya tempat Aletta bersadar dan menjadi salah satu alasan untuk Aletta bertahan hidup, juga harus mematahkan hatinya?

“Kalau gitu, kenapa kamu gak bunuh aja aku?” tuntut Aletta, dengan sebuah kekehan yang terdengar di tengah basahnya pipis gadis itu. “Atau, kamu mau liat aku bunuh diri aku sendiri? Itu yang kamu mau?”

Akan seperti apa jawaban Janu? Dan apa yang lelaki itu lakukan, ketika melihat Aletta bergerak cepat mengambil sebuah gunting yang tergeletak tak jauh dari posisinya?

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Fitria anggraini
episode berikut nya kapan kak
2022-07-17 02:28:12
0
user avatar
Calista Crystal
kak .. ayo donk up lagi .. da ga sabar untuk baca lanjutannya ... semangat kak ... ......
2022-04-10 07:46:50
0
49 Chapters
BAB 1
“Aku hamil.”Sakit. Itu yang dirasakan Aletta saat melihat seorang lelaki yang berdiri tepat di hadapannya, hanya mematung. Lelaki yang tak ia sangka akan menunjukan reaksi sekasar ini. Aletta mengingat jelas, hari dimana mereka melakukan untuk pertama kalinya. Janu berjanji, bahwa lelaki itu akan bertanggung jawab. Janu juga menambahkan, kalau hanya dengan melakukan itu hubungan mereka akan bertambah awet.Namun, Aletta Viona Radella. Seorang gadis yang memiliki popularitas di sekolah sebagai salah satu dari deretan wania cantik itu, sepertinya terlalu naif untuk percaya pada perkataan Janu. Pada kenyatannya, lelaki itu tidak lebih dari anak remaja yang sedang berada di puncak pubertasnya. Seharusnya Aletta sadar akan hal itu sejak beberapa hari yang lalu, ketika ia memergoki Janu tengah bercumbu dengan gadis lain di toilet.Hanya karena cinta. Hanya karena janji manis yang terbukti busuk, lelaki itu berikan padanya. Aletta menutup mata akan kesalah
last updateLast Updated : 2022-02-10
Read more
BAB 2
Janu harus berterimakasih pada Abin. Atau lengkapnya, Bintang. Gadis dengan kacamata bulat yang mendapat predikat sebagai murid terbaik di satu angkatan.Abin, adalah satu satunya teman yang Aletta punya. Walaupun dari luar penampilan mereka tidaklah cocok. Faktanya, hanya Abin-lah yang berhasil menarik gadis itu untuk pulang alih alih terus menekan Janu untuk menjawabnya.Mengenai kehamilan Aletta, tentu saja Abin tau. Hal itu benar benar terlihat jelas untuk Abin, bahkan sebelum Aleta memeriksanya secara resmi. Mudah saja. Aletta yang biasa selalu menggerai rambutnya, akhir akhir ini sering di cepol asal asalan. Pipi Aletta yang biasa merah merona karena make up tipis yang selalu gadis itu gunakan sehari hari, tiba tiba tampak pucat. Aletta bahkan tidak menggunakan pensil alis. Dan yang paling mencolok, akhir akhir ini Aletta suka sekali memakai jaket kebesaran yang sebagian besar itu milik Janu.Abin yakin selain dirinya, banyak teman sekelasnya yang juga mer
last updateLast Updated : 2022-02-10
Read more
BAB 3
Untung perama kalinya, Aletta terkejut akan harapannya yang menjadi kenyataan. Yaitu, Abin benar. Tak lama dari Aletta sampai di rumah, Janu tiba tiba datang dengan sorot penuh penyesalan. Tanpa basa basi, lelaki itu membawa Aletta ke dalam pelukannya. Ia menangis. Hatinya teriris melihat betapa berantakannya Aletta, dengan mata sembabnya. Belum lagi karena rasa sesal yang menghantui pikirannya.Di saat bersamaan, tangis Aletta ikut meledak. Dalam hatinya, ia bersyukur karena Janu benar-benar datang. Hampir lima belas menit pelukan itu bertahan. Kedua kini duduk berhadapan di sofa. Dengan jemari Aletta yang lelaki itu bungkus dengan kedua tangannya.“Maafin aku, maafin kata-kata aku,” kata Janu, hampir terdengar seperti berbisik. Kepala lelaki itu menunduk, tak kuasa menatap Aletta di hadapannya.Untuk pertama kalinya, Aletta bisa merasakan penyesalan dalam ucapan maaf Janu. Buru buru ia mengangguk. Tangan kirinya yang terbebas, ia gunakan untuk meny
last updateLast Updated : 2022-02-10
Read more
BAB 4
05.11Fokus Aletta tidak bisa lepas dari layar ponselnya. Bahkan ketika cahaya mulai menyelinap masuk melalui sela sela gorden di kamarnya. Gadis itu masih setia menunggu Janu untuk melakukan usaha, sekecil apapun bentuknya.Sepeninggalnya Janu tadi malam, Aletta sedikit melunak. Ia ingin menghubungi Janu namun rasanya enggan. Entah atas dasar apa hingga ia sengaja menjadi bodoh, untuk terus berharap pada lelaki seperti Janu. Setelah dua kali lelaki itu mengecewakannya. Setelah dua kali lelaki itu berkata bahwa ia tidak bisa menjanjikan apapun pada Aletta.Iya, bodoh dan juga naif. Hal ini juga bisa saja menjadi alasan mengapa Janu tidak berbuat banyak. Karena lelaki itu tau, Aletta akan selalu menerimanya. Aletta akan rela mempertaruhkan kewarasannya demi Janu walau lelaki itu bertingkah seenaknya. Walau lelaki itu tidak menjanjikan apapun atau bahkan jika lelaki itu lari dari jangkauan Aletta.Pada akhirnya, Aletta akan tetap kekeuh akan perannya sebaga
last updateLast Updated : 2022-02-10
Read more
BAB 5
Tanpa menunggu lagi, Javier langsung mengiyakan ajakan Aletta detik itu juga. Sepanjang perjalanan menuju sebuah kafe yang Aletta usulkan. Isi kepala Javier tidak bisa berhenti memikirkan kemungkinan Aletta bersangkut pautan dengan masalah yang sedang Janu hadapi. Terlebih fakta bahwa Aletta kini mengajaknya bertemu di hari sekolah.               Hanya butuh tujuh menit dari sepuluh menit yang seharusnya Javier tempuh untuk sampai ke tempat tersebut. Dengan buru buru, Javier turun dari mobilnya. Matanya celingkungan menatap beberapa meja yang ada di ruangan bernuansa kayu tersebut.               “Kak!” sapa seorang gadis dengan seragam sekolah yang ia tutupi dengan sebuah jaket hitam yang tanpa gadis itu ketahui, bahwa itu jaket itu milik Javier yang tertinggal. Bahkan saat baru sampai di rumah, Javier sempat mencari keberadaannya.
last updateLast Updated : 2022-02-10
Read more
BAB 6
“Jav, lo denger gua gak, sih?”Javier terhentak saat suara Jordy meninggi. Ia buru-buru menggeleng, mengeluarkan fokusnya dari lamunan.Di hadapannya, Jodry menyerit curiga. Tak biasanya manusia yang selalu perfectionist seperti Javier melamun di saat seperti ini. Pasalnya, mereka tengah membahas perencanaan yang cukup penting untuk pembukaan perusahaan rintisan mereka yang akan di berlangsungkan dalam kurun waktu kurang dari seminggu lagi. Perasaan Jordy begitu menggebu-gebu, dan Javierpun harusnya seperti itu.Perusahaan yang akan Jordy dan Javier dirikan ini, sebenarnya sudah ada sejak tiga tahun yang lalu, saat mereka menyandang status sarjana. Namun karena tidak mendapat izin dari Kala –Ayah Javier- mereka memutuskan melanjutkan pendidikan alih-alih memulai. Walaupun begitu, mereka menyicil beberapa aspek yang bisa mereka lakukan selagi berkuliah. Tak jarang mereka kewalahan, tidak tidur, juga merugi karena mencoba-coba b
last updateLast Updated : 2022-03-10
Read more
BAB 7
Setelah pertemuan di kafe, Janu mengantar Aletta pulang tanpa mengatakan apapun. Aletta mengerti, pacarnya itu pasti marah. Terlebih pertemuan terakhir mereka di akhiri dengan Aletta yang mengurung di kamar. Walaupun begitu, sebelum Janu benar-benar pergi, Aletta telah meminta maaf pada lelaki tersebut. Tak lupa menitah Janu untuk segera menghubunginya jika amarahnya telah sepenuhnya luruh.Kini, sudah dua hari semenjak kejadian itu, Javier maupun Janu tidak ada yang menghubungi atau mendatanginya. Hanya Abin. Gadis itu menelfon Aletta kemarin sore. Menanyakan kabar, serta memperingati Aletta untuk tidak terlalu kelelahan. Abin juga menyarankan Aletta untuk membeli susu ibu hamil demi kesehatan bayinya.Karena itu, pagi ini Aletta sudah bersiap-siap untuk membeli beberapa kebutuhannya sendiri. Seraya menunggu kabar dari kedua kakak beradik itu. Ia yakin, Javier tidak mungkin diam saja setelah mengetahui kehamilannya. Lelaki itu hanya butuh waktu untuk berfikir.
last updateLast Updated : 2022-03-11
Read more
BAB 8
Javier mengembuskan nafasnya kasar menatap bayangan pantulan dirinya di kaca. Ia memiringkan kepalanya ke kanan. Menatap luka di pelipisnya yang masih basah. Tidak hanya itu, pipinya juga memar, sudut bibirnya sobek, dan rasa pusing di kepala.Semua itu ulah Ayahnya. Mereka berpapasan di lorong rumah sakit dengan Javier yang sedang berjalan dengan kertas pembayaran di tangannya. Kala, sang Ayah sontak menarik kertas itu bahkan tanpa menyapa. Dan detik selanjutnya, sebuah tamparan mendarat di pipi Javier. Terlihat jelas sorot kecewa dari sorot mata sang Ayah. Javier hampir menangis, jika saja ia keduanya tidak sedang berada di tempat umum.Mereka kemudian berbincang di kamar Aletta berada. Javier mengarang cerita masuk akal dan juga detail mengenai dirinya dan Aletta. Untungnya, sang Ayah dengan mudah percaya. Pria berkepala empat itu menitah Javier mengurus semuanya. Kala lalu pulang, dengan pesan Javier harus membawa Aletta ke rumah beserta orang tuanya sepulang Alett
last updateLast Updated : 2022-03-12
Read more
BAB 9
Aletta tentu tidak langsung menjawab kala itu. Gadis itu meminta Javier memberinya waktu selama seminggu. Ia mengiyakan,  Aletta bahkan bisa meminta waktu lebih jika ingin. Javier tidak akan memaksa, kesehatan Aletta yang nomor satu baginya. Tetapi, nyatanya rencana mereka tidak semulus itu. Ayah Aletta tiba-tiba muncul tepat bersamaan dengan pulangnya Aletta dari rumah sakit. Keduanya sontak terkejut. Bingung, terlebih kala itu Javier tengah memegang buku kehamilan milik Aletta. Kini, disinilah mereka sekarang. Di sebuah restoran bintang lima, yang menjadi tempat untuk pertemuan dua keluarga. Berbeda dari biasanya, hari ini Javier tampak gugup. Lelaki yang biasanya terlihat yakin akan keinginannya menggantikan Janu itu, terlihat goyah. “Baik, mari kita langsung ke intinya saja. “ Kala membuka obrolan. Aletta hampir tertawa, melihat semenyebalkan apa wajah Ayah  Javier saat ini. Mungkin karena tidak ikhlas anak kebanggaannya harus menikahi Aletta ya
last updateLast Updated : 2022-03-13
Read more
BAB 10
Setetes air mata terjun bebas dari pelupuk Aletta. Tubuhnya menegang, terbelak karena pintu rumahnya diketuk oleh seseorang yang selama ini ia nantikan.Rasanya campur aduk. Aletta senang, namun sedih. Ia puas, juga marah. Otaknya mendadak kosong. Pada akhirnya, ia hanya bisa bergerak mendekat, memeluk tubuh lelaki yang tampak begitu pucat tersebut. Lelaki itu adalah Janu. Dengan sisa tenaganya, ia membalas pelukan Aletta. Menguncinya dalam dekapan, yang tak pernah seerat ini.“Ta,” bisik Janu hampir tak terdengar.Aletta tidak menyahut. Gadis itu memilih untuk mengecangkan pelukannya, seraya terisak. Semua perasaan tadi masih menguasainya, air matanya tidak bisa ia hentikan. Padahal, ia sudah bersiap untuk pergi ke dokter kandungan. Sendiri, karena Javier katanya memiliki urusan penting di kantor.Setelah dirasa puas, keduanya memutuskan untuk berbaring di sofa karena Janu merasa lemas. Lelaki itu belum mengisi perutnya selama berhari-hari.
last updateLast Updated : 2022-03-14
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status