Beberapa minggu setelah Rumah Pelan pelan-pelan mulai dikenal,
seseorang — entah siapa — membagikan tautannya di sebuah forum digital besar.
Awalnya hanya ratusan pengunjung baru.
Lalu ribuan.
Lalu puluhan ribu.
Semuanya datang dengan niat berbeda.
Sebagian mencari tempat bernaung.
Sebagian mencari konten.
Sebagian mencari perhatian.
Dan dalam waktu kurang dari tiga hari,
kotak anonim yang sebelumnya sunyi…
dipenuhi ratusan kalimat dengan tone yang asing:
“Kenapa di sini nggak ada rating?”
“Harusnya kalian bikin leaderboard penulis.”
“Keren nih buat dijadikan bisnis wellness.”
---
Alana panik.
Ia mencoba mengatur ulang.
Menutup beberapa fitur.
Menghapus akun yang tak sesuai.
Tapi tiap kali satu ruang dibersihkan, dua ruang baru dipenuhi.
> “Aku ingin buka pintu,
tapi mereka datang dengan sepatu kotor dan kamera besar.”
---
Nara menemukannya menangis malam itu.
“Aku gagal, Ma.
Aku mau tempat sunyi. Tapi sekarang malah jadi tempat pamer.”
Nara duduk di sampingnya.
“Sayang… kamu tidak ga