Sudah dua bulan sejak forum nasional itu.
Dan meski tak ada rekaman viral,
nama Alana mulai berbisik di ruang-ruang digital.
Namun anehnya, semakin banyak yang menyebut namanya,
semakin ia merasa tak ada yang benar-benar menyebut rumahnya.
> “Mereka bicara tentang aku.
Tapi lupa kenapa aku mulai semua ini.”
---
Pagi itu, di meja makan, ia berkata:
“Ma, Pa… aku mau tutup Rumah Pelan.”
Nara nyaris tersedak.
Raydan menatap anaknya penuh tanya.
“Tutup? Kenapa?”
Alana mengangkat bahu.
“Karena sekarang sudah bukan ruang lagi.
Sudah mulai jadi panggung.
Dan aku lelah jadi penontonnya.”
---
Malam itu, mereka berdiskusi.
Tak ada larangan. Tak ada paksaan.
Nara hanya bertanya,
“Kalau ditutup, lalu kamu akan ke mana?”
Alana diam lama. Lalu berkata,
> “Mungkin ke tempat nyata.
Tempat yang bisa disentuh. Tempat orang bisa duduk beneran.”
---
Tiga hari kemudian, ia menulis pengumuman besar di laman depan:
> “Rumah Pelan versi digital akan beristirahat.
Aku tidak menghilang.
Tapi aku ingin membuka v