Bandara Schiphol, Amsterdam.
Setelah delapan bulan berpisah, Nara menunggu di arrival gate.
Tangannya gemetar.
Perutnya berkecamuk.
Ada rindu, ada canggung, ada... kecemasan.
"Bagaimana jika kami tak lagi senyaman dulu?"
Ketika Raydan muncul dari pintu kaca, Nara melangkah cepat.
Mereka berpelukan erat.
“Kamu kelihatan beda, Dan…” bisik Nara.
“Kamu juga, Na.
Tapi... aroma parfummu masih sama.”
Mereka tertawa pelan, mencoba menenangkan hati yang sama-sama gugup.
Beberapa hari pertama berjalan lancar.
Mereka jalan-jalan menyusuri kanal.
Menikmati sarapan ala Belanda.
Mengunjungi museum Van Gogh.
Namun, di sela kebersamaan itu, ada rasa yang samar:
Seperti sedang saling kenalan ulang.
Nara menyadari:
Raydan lebih banyak diam, lebih banyak memperhatikan, seolah menahan diri.
Raydan pun menyadari:
Nara kini lebih cepat mengambil keputusan, lebih dominan mengatur agenda.
"Kami sama-sama tumbuh. Tapi sedang mencari bagaimana caranya saling menyesuaikan ritme baru."
Suatu sore, saat m