“Maksudnya gimana?” tanya Indah.
“Sarah sudah wanti-wanti ke saya soal pembayaran pemesanan semua tempat ini dan harga makan siang kita hanya bisa dibayar cash. Mereka nggak punya mesin EDC.”
“Jadi, gimana? Berapa harga makan siang kita?” Indah merasa mereka tidak terlalu banyak memesan. Kalau harga segitu yang di dompetnya pun masih cukup. “Aku diajak makan siang PresDir perusahaan tambang di tempat susah sinyal dan PresDir itu nggak bawa dompet berisi uang cash.
“Lihat mereka, cuma sepasang suami istri tua yang menjalankan usaha keluarga berusia puluhan tahun. Semua pelanggan pasti sudah tahu di sini cuma terima uang tunai. Ini salah saya.” Arsya bergeser ke tepi pondok dan menjulurkan kakinya untuk mengenakan sepatu. “Mungkin mereka punya rekening,” kata Arsya lagi.
“Saya ada bawa uang cash. Biar saya yang bayar.” Indah meraih tas tangannya. Uangnya memang tidak banyak, tapi ia rasa masih cukup kalau hanya untuk membayar pemesanan tempat selama dua jam dan dua piring sate.
“Oh,