Langit di luar jendela masih pekat, nyaris tak berwarna. Jam dinding di ruang tengah menunjukkan pukul 04.17 pagi, namun waktu terasa tak bergerak. Di dalam rumah itu, keheningan menebal seperti kabut, menyelimuti semua napas dan pikiran.
Hazel duduk dalam diam selama beberapa saat, sebelum akhirnya berdiri perlahan. Tubuhnya masih menyisakan getar samar, namun langkahnya terasa lebih tenang dari sebelumnya. Ia menatap Isabell yang masih duduk di sudut sofa, matanya mulai berat menahan kantuk, tapi wajahnya tetap menunjukkan perhatian.
Hazel menghampirinya. Suaranya pelan, tapi jelas. “Isabell…”
Isabell langsung menoleh. “Ya?”
“Kau sudah menemaniku sejak tadi malam,” Hazel berkata lembut. “Aku sangat bersyukur kau ada di sini. Tapi sekarang sudah hampir pagi, dan… aku rasa kau perlu istirahat. Pulanglah dulu. Tidurlah sebentar. Aku tahu kau belum memejamkan mata sama sekali.”
Isabell hendak membantah, tapi Hazel menyentuh bahunya dengan pelan.
“Aku akan baik-baik saja,” lanjut Hazel.