Wenny mengulurkan tangan karena ingin menyentuh wajah tampan Hendro.
Namun, jari-jarinya yang putih dan ramping langsung ditangkap oleh seseorang. Hendro membuka matanya yang masih mengantuk.
Pria itu menarik tangan kecil Wenny dan menciumnya lembut di bibir. Kemudian, dia menoleh untuk menatapnya sambil bertanya, "Sudah bangun?"
Suara serak Hendro ketika baru bangun terdengar begitu dalam dan menawan.
Dengan mata yang agak menunduk, Hendro menatapnya dengan penuh kehangatan.
Wajah mungil sebesar telapak tangan Wenny memerah sedikit. "Sudah nggak pagi lagi, kita harus bangun."
Hendro memeluk tubuhnya yang lembut ke dalam pelukan, lalu berujar, "Temani aku tidur sebentar lagi."
Hendro masih ingin tidur sebentar lagi.
Namun, Wenny sudah duduk. "Nggak bisa, ini asrama putri. Nanti kalau yang lain bangun, mereka akan melihatmu. Kamu harus cepat pergi."
Hendro menaikkan ujung matanya yang panjang. Sorot mata tampannya memancarkan pesona dan godaan, seakan-akan memang sengaja menggoda Wenny.