Thomas menghela napas panjang, lalu mematikan layar laptopnya perlahan. “Kalau kau benar-benar ingin menggunakan ini, kita harus sangat hati-hati,” katanya pelan. “Ini bukan informasi yang bisa dilempar begitu saja ke media. Ini terlalu sensitif.”
Sienna tidak langsung menjawab. Matanya tetap terpaku pada layar yang kini gelap. Dalam diam, ia membayangkan apa yang akan terjadi jika potongan informasi itu sampai ke tangan orang yang salah—atau justru diputarbalikkan oleh Nora sendiri.
“Aku tahu risikonya,” ucap Sienna dengan suara rendah. “Tapi aku tidak ingin menghancurkannya.”
Kerutan samar menghiasi dahi Thomas.
Sienna menatap lurus ke depan. “Aku hanya ingin dia berhenti. Aku ingin dia tahu bahwa aku tidak selemah yang dia pikir. Dan yang paling penting,” Sienna mengusap perutnya, “aku ingin melindungi keluargaku. Bayi ini. Dan—”
Thomas langsung menegakkan tubuhnya. “Tunggu. Apa? Kau hamil?” tanyanya terkejut.
Sienna menoleh pada teman lamanya, lalu tersenyum tipis.
Thomas terdiam
