Pukul satu dini hari.
Kediaman Sekar sunyi, hanya suara jangkrik yang bersahut-sahutan di luar jendela. Namun ketenangan malam itu mendadak pecah oleh suara mobil yang berhenti mendadak di halaman.
Deru mesin terdengar keras, seperti kendaraan yang dikemudikan tanpa kendali. Pintu mobil terbuka, dan sesosok tubuh tinggi turun dengan langkah yang limbung. Wira. Suami Sekar. Suami sahnya. Dan juga suami siri Amara.
Dengan langkah tertatih, Wira mendekati pintu rumah. Tangannya terangkat, mengetuk pelan namun tak berirama. Tak ada jawaban dari dalam. Ia lalu memencet bel, berkali-kali. Hampir seperti orang panik.
Tak lama, pintu terbuka cepat. Sekar muncul dari balik pintu dengan wajah terkejut.
“Mas? Kamu mabuk?” serunya, nyaris tak percaya melihat kondisi pria yang dulu ia cintai tanpa syarat. Rambut Wira acak-acakan, wajahnya merah padam, dan tubuhnya berbau alkohol menyengat.
Tanpa menjawab, Wira masuk dengan sempoyongan. Senyum tipis menggantung di bibirnya, entah karena rindu, atau