Kami bertiga minus ayah karena belum pulang kerja, siap berangkat ke rumah orang tua Aldo untuk menghadiri pengajian di rumahnya.
Sejak dua jam yang lalu, Ibu sudah heboh berdandan. Padahal hanya mau menghadiri acara pengajian. Namun, hebohnya seperti anak perawan mau kondangan. Make-up tebal dengan menempelkan segala aksesoris. Bergonta-ganti baju, dengan mencoba semua koleksi hingga isi lemarinya keluar semua. Bolak-balik bertanya padaku apa bajunya sudah pantas atau belum.
Mas Pandu tak kalah heboh. Dia mencari kemeja berwarna senada dengan baju yang akan kupakai. Biar kelihatan couple katanya. Karena kami memang belum punya baju pasangan. Mau beli sudah tidak sempat, karena undangannya juga dadakan. Huh, capek deh! Mertua sama menantu sama-sama absurd.
Kami berjalan kaki menuju tempat acara, karena jarak rumah tidak terlalu jauh. Ibu berjalan di depan kami dengan kaftan warna gading yang berkibar tertiup angin. Bahkan kaftannya beberapa kali menampar wajahku yang berjalan di be