31
Tubuhku perlahan meluruh, hingga akhirnya terduduk di lantai dengan tetap bersandar di balik pintu.
Mas Pandu, kenapa kamu setega itu, Mas? Kamu melarang kami berurusan lagi dengan wanita itu. Namun, kamu sendiri masih juga berurusan dengannya. Apa jangan-jangan dia sengaja menyuruh kami menjauhinya, agar kalian bisa berdekatan?
Ah, ternyata pernikahan tidak seindah yang dibayangkan. Andai waktu bisa diulang kembali, aku akan menolak dengan keras untuk menikahinya. Aku tidak peduli kalaupun Ayah, Ibu, dan Prisa marah. Itu lebih baik dari pada sakit seperti ini.
Tok! Tok!
Tiba-tiba pintu yang kujadikan sandaran ada yang mengetuk. Buru-buru kuhapus air mata dengan punggung tangan. Lalu berdiri untuk segera membuka pintu. Aku menarik napas panjang terlebih dahulu beberapa kali, lalu memejamkan mata sejenak sebelum membuka pintu.
Pintu terbuka. Tubuh menjulang itu langsung tertangkap netraku. Dia menatap sekilas, sebelum masuk ke kamar dan langsung mengambil tas besar di atas lemari