Ruang sidang dipenuhi ketegangan yang tebal seperti kabut pagi di lembah yang belum tersentuh matahari. Sorotan kamera televisi, suara bisik-bisik dari para jurnalis, dan tatapan tajam dari kursi-kursi pengamat menyatu dalam satu suasana yang menyesakkan.
Di kursi terdakwa, Joana Rivelle duduk dengan kepala tegak, namun wajahnya kusut. Rambut panjangnya tampak tidak terurus, matanya merah menyala seperti bara api yang tak kunjung padam.
Di kursi saksi, Melvin Reandra duduk tegak dengan setelan jas hitam dan dasi biru tua. Di sampingnya, kuasa hukum keluarga Reandra, serta beberapa pengacara dari pihak jaksa, siap menyambut detik-detik yang paling dinantikan—putusan akhir atas wanita yang hampir merenggut tiga nyawa sekaligus.
Ketukan palu terdengar tiga kali.
“Sidang perkara Joana Rivelle atas dakwaan percobaan pembunuhan berencana dinyatakan ditutup dengan pembacaan putusan,” suara Ketua Majelis Hakim menggema di seantero ruangan.
Semua yang hadir langsung diam. Tak ada napas yang te