Pagi itu, udara Jakarta terasa berbeda. Bukan karena hujan atau panasnya yang khas, tapi karena sesuatu di dada Raka dan Maya yang belum bisa mereka tafsirkan. Mereka duduk berdampingan dalam mobil sedan hitam milik perusahaan, menuju sebuah apartemen mewah di kawasan SCBD.
Apartemen itu adalah tempat tinggal Rayyan Putra Alkarami — adik tiri Raka yang selama ini menjadi bayangan samar di masa lalu ayahnya.
Di kursi belakang, Nayla memainkan kamera kecil yang baru saja dibelikan Raka. Bukan karena iseng, tapi karena Nayla sedang serius menekuni hobi barunya: membuat dokumenter. Ia berniat mengangkat kisah ibunya ke dalam tayangan singkat bertajuk “Dari Gelap ke Terang.”
“Deg-degan nggak?” tanya Nayla pelan kepada Raka.
“Jujur aja, ya… iya.”
“Kenapa?”
Raka menghela napas. “Karena aku nggak tahu harus ketemu versi seperti apa dari seseorang yang katanya adikku. Dia bisa jadi marah, atau malah tidak mau diakui.”
Maya menggenggam tangan Raka.
“Tenang. Kadang keluarga datang bukan untuk me