"Gilang, suara kamu kecil banget. Lagi di mana sih?"
Panggilan video dengan Alvin baru saja tersambung. Wajah sahabatnya itu muncul dari layar, dibingkai headphone besar dan latar belakang berupa studio musik sederhana di Los Angeles.
"Aku di mobil. Parkir di tempat sepi. Sinyalnya stabil, kan?" jawab Gilang, menyandarkan punggung ke jok kursi dan menyipitkan mata ke layar ponsel demi melihat status bar sinyal.
"Stabil sih, cuma mukamu yang kayak sinyal ngadat," Alvin tergelak setelahnya. "Tapi ya sudahlah, ini penting. Aku dapat sesuatu yang enggak bisa ditunda."
"Langsung aja, Vin," ucap Gilang pelan. "Aku lagi enggak punya banyak waktu. Banyak yang harus kupecahkan."
Alvin menarik napas. "Aku nemu bukti transfer, Lang. Malam toko itu kebakaran. Jumlahnya besar. Dan yang lebih parah, penerimanya..."
Gilang mendahului, suaranya dingin, “Damar Wira Nugraha?”
Alvin terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Iya. Transfer masuk pukul 20.32. Dari rekening anonim yang sekarang udah ditutup. Tapi