Hari itu, Arcelia yang perutnya sudah semakin besar pergi mengunjungi Lyrienne di rumah peristirahatan musim semi.
“Yang Mulia… Anda tampak lebih sehat dan segar,” ucap Lyrienne jujur, matanya menatap penuh ketulusan.
Arcelia tersenyum kecil. Tangan kirinya mengusap perlahan perutnya yang kini mulai membulat jelas di balik gaun tipis berlapis tenun cahaya.
Lyrienne menambahkan, suaranya nyaris seperti bisikan:
“Dalam filosofi dunia atas… seorang perempuan yang sedang mengandung tak hanya membawa kehidupan, tapi juga cahaya primordial. Itulah sebabnya ia terlihat lebih bercahaya—karena tubuhnya menjadi jembatan antara langit dan dunia. Energi cinta semesta mengalir melaluinya.”
Arcelia menunduk pelan, memandangi perutnya. “Mungkin karena untuk pertama kalinya… aku merasa benar-benar terhubung dengan dunia. Sebagai kehidupan itu sendiri.”
Udara dipenuhi aroma dedaunan yang baru dihancurkan—campuran dari akar langit dan kelopak rempah putih yang hanya tumbuh di wilayah suci. Di tengah ru