Turun ke bawah appartemen kumuh itu, Peter disambut dengan sorakan antusias seperti bintang rock yang baru naik panggung.
"Dokter Peter! Dokter Peter!" kerumunan berteriak sambil bertepuk tangan.
"Siapa yang mau lima butir?" Peter membuka kantong pertama.
"Saya! Saya!" tiga orang berteriak bersamaan sambil maju ke depan.
"Antri dong! Jangan berebutan!" teriak yang lain dari belakang.
"Eh, kamu jangan nyelak! Aku yang duluan!" protes pria tua dengan tongkat.
"Duluan dari mana? Aku sudah di sini dari sore!" balas wanita paruh baya sambil melotot.
Peter menengahi dengan sabar. "Baiklah, Ibu yang berkerudung hijau duluan."
"Terima kasih, Dokter!" wanita itu berseri-seri sambil menyodorkan ponsel untuk pembayaran digital. "Lima juta transfer ya, Dokter!"
"Wah, enak sekali dia!" gumam pria gemuk dengan nada iri. "Harusnya yang sakit parah duluan!"
"Memangnya kamu sakit apa?" tanya gadis berambut pirang dengan nada penasaran sekaligus meremehkan.
"Diabetes, tekanan darah tinggi, plus asam ur