Raina kembali ke Jakarta dengan perasaan yang tidak menentu. Ia menatap Arjuna dengan tatapan yang berbeda, penuh pertanyaan yang tidak bisa ia ungkapkan. Arjuna, seolah tidak menyadari badai di dalam diri Raina, melanjutkan interaksinya dengan tenang dan posesif. Ia masih mempertahankan sandiwara "calon tunangan" mereka di depan publik, dan Raina terpaksa mengikuti alur itu, senyumnya kini terasa semakin hampa.
Beberapa hari setelah itu, Raina menerima pesan singkat dari Dian.
Dian: Raina, apa ada informasi baru? Saya yakin ada sesuatu yang tidak beres.
Raina menatap pesan itu. Ia ingin membalas, ingin menceritakan tentang pertemuannya dengan Tuan Dirgantara Senior, tentang ancaman yang ia terima. Namun, rasa takut menghentikannya. Ia tidak bisa mengambil risiko itu. Ia harus melindungi Ibu dan Rian.
Raina: Maaf, Dian. Saya tidak bisa menemukan apa-apa. Sepertinya informasi itu tidak akurat.
Ia berbohong. Dan kebohongan itu terasa pahit di lidahnya. Ia tahu, Dian akan kecewa. Tapi ia