Sore itu, Adrian tiba di rumah mewah keluarga Hartawan. Langit mulai menggelap, dan hawa dingin menyeruak masuk bersama embusan angin dari taman.
Di ruang tamu, Ibu Ratna sudah duduk di kursi empuk, mengenakan piyama sutra warna gading. Meski wajahnya masih tampak pucat, ada sorot tajam di matanya.
Adrian menghampiri, membungkuk sedikit mencium tangan ibunya.
"Bagaimana keadaan Mama?" tanyanya pelan.
Ibu Ratna tersenyum lemah. "Sudah lebih baik... berkat kamu mau dengar Mama, Nak."
Adrian hanya mengangguk kecil, duduk di seberangnya.
"Ngomong-ngomong, Mama mau ketemu Luna."
Nada suara Ibu Ratna mengeras sedikit. "Suruh dia datang makan malam ke rumah. Kita harus mulai perkenalan sebelum acara gala."
Deg.
Adrian mengerjap, tapi cepat-cepat menutupi keterkejutannya.
Senyum tipis tersungging di wajahnya, penuh kepalsuan. "Luna... lagi sibuk, Ma. Dia ada meeting panjang. Nanti kalau dia senggang, aku ajak ke sini."
Ibu Ratna menghela napas panjang. "Jangan lama-lama, Adrian. Ga