Share

#18 Perasaan Pak CEO

Author: NaLaTu
last update Last Updated: 2025-05-08 18:50:05

Cling...

Setelah berjam-jam yang terasa seperti seumur hidup, pintu lift akhirnya terbuka.

Naya hampir menangis lega. Ia berdiri cepat-cepat, diikuti Adrian yang tetap terlihat tenang walaupun kemejanya sudah kusut sedikit.

Mereka melangkah keluar, disambut petugas teknisi dan beberapa satpam.

"Maafkan kami, Pak Adrian, Nona..." para teknisi membungkuk dalam-dalam.

Adrian hanya mengangguk malas, satu tangannya refleks menahan punggung Naya agar tidak terinjak-injak kerumunan. Ia bahkan tidak sadar saat melakukan itu.

Jam menunjukkan pukul 02.17 dini hari. Kantor sudah sepi.

"Naya."

Suara Adrian dalam. "Aku antar pulang."

Naya langsung gelagapan. "T-tapi, Pak, saya biasa naik angkutan kok... nggak apa-apa, sungguh!"

Adrian menatapnya dingin. "Tidak ada diskusi."

Dengan berat hati, Naya akhirnya masuk ke dalam mobil hitam mewah milik Adrian. Selama perjalanan, mereka hanya diam. Sesekali Naya mencuri pandang, tak percaya ia satu mobil dengan pria paling dingin se-kantor.

Mobil melaju me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #18 Pembelaan

    Pagi itu kantor terasa lebih dingin dari biasanya.Adrian berjalan menyusuri lorong panjang lantai eksekutif, kemeja biru gelap membalut tubuhnya. Ada bekas luka samar di pipi kirinya, dan jalannya sedikit kaku. Namun dia tetap menjaga aura wibawanya.Dari arah berlawanan, Naya datang dengan membawa nampan berisi kopi-kopi untuk ruangan meeting.Langkahnya berhenti mendadak.Mata Naya membelalak pelan saat melihat Adrian yang tampak babak belur. Ada rasa khawatir yang otomatis muncul."Pak Adrian...?" gumamnya lirih.Mereka saling memandang sekilas.Hening. Canggung.Suasana mendadak seperti freeze.Naya panik, dia reflek mau ke kanan.Adrian—dengan gugupnya—ikut melangkah ke kanan.Naya buru-buru ke kiri.Adrian juga geser ke kiri.Mereka hampir bertubrukan."Ah... anu... m-mohon maaf, Pak!" kata Naya panik, menunduk dalam-dalam.Adrian mengangkat tangannya, mencoba terlihat santai, walau mukanya sudah merah. "Tidak apa-apa..."Mereka akhirnya berhasil melewati satu sama lain, tapi a

    Last Updated : 2025-05-08
  • Gairah Membara sang CEO Muda   #20 CEO Berkuasa

    Siang itu, kantor Hartawan Group masih sibuk.Naya baru saja keluar dari pantry, membawa tumpukan dokumen yang harus dibagikan ke beberapa ruangan.Langkahnya cepat—sedikit tergesa.Saat berbelok di lorong sempit, tanpa sengaja—Brak!Naya menabrak seseorang.Dokumen bertebaran di lantai."Aduh...!" seru Naya panik, buru-buru membungkuk.Namun sosok pria itu juga membungkuk pada waktu bersamaan, membuat wajah mereka hanya beberapa sentimeter saja.Dan dalam momen itu, karena keseimbangan Naya goyah, tubuhnya terdorong maju.Ciuman kecil.Hanya sepersekian detik. Tapi cukup untuk membuat dunia seakan berhenti berputar.Naya membelalak.Adrian juga membeku.Suasana hening, sangat hening.Sementara di ujung lorong, seseorang menyaksikan semuanya dengan mata melebar marah—Sarah.Senyuman sinis muncul di bibirnya.**"Maaf! Maaf banget, Pak Adrian!" seru Naya gugup sambil buru-buru berdiri dan mundur beberapa langkah.Adrian sendiri tampak berusaha menguasai diri. Ia berdeham pelan, kembal

    Last Updated : 2025-05-09
  • Gairah Membara sang CEO Muda   #1 Hamil

    “Selamat pagi, Nona. Kami telah memeriksa hasil tes darah dan USG-nya.” Suara dokter perempuan itu lembut, tapi kalimat yang keluar darinya bagai guntur di kepala Naya. Naya yang baru pulang dari pabrik tekstil tempat dia bekerja segera memeriksakan diri ke klinik terdekat karena ia merasa ada sesuatu yang tak beres dengan perutnya. “Kamu… hamil satu bulan.” Deg. Dunia Naya runtuh seketika. Matanya membelalak, telinganya berdenging, dan seluruh tubuhnya lemas. “A-apa?” bibirnya gemetar, suaranya lirih. “I-Itu… nggak mungkin, Dok. Aku… aku nggak pernah…” "Maaf, Nona. Sesuai hasil dari surat ini, semua sudah jelas. Anda memang hamil satu bulan." Ia menutup mulutnya. Ingatannya melayang. "Lisa..." Ingatannya tertuju pada sebuah bar. Bunyi musik yang keras. Temannya, Lisa, menariknya masuk dengan paksa. "Cuma sebentar, Nay! Ayok ih! Biar lo nggak stres mikirin dunia terus!" Itu kata Lisa waktu itu. Tapi entah sejak kapan Lisa menghilang, dan Naya… ia tak ingat apa pun set

    Last Updated : 2025-03-04
  • Gairah Membara sang CEO Muda   #2 Asisten Pemuas Nafsu

    Deg! Pluk! Korek itu jatuh tepat ke benda cair itu. Napas Naya tertahan sejenak. Bum! Salah satu dari preman itu menendang pintu. “Masih untung hari ini aku siram air! Kalau ke depannya belum ada kabar dari kalian…” Ia mengangkat lagi botol besar yang ternyata berisi air itu lalu menyiraminya lagi ke bolongan pintu itu. “…BENSIN YANG BAKAL KUSIRAM!!” teriaknya sambil menyalakan korek api lain dan melemparkannya ke lubang pintu. Alhasil, api itu padam lagi karena benda cair itu memanglah air. Naya menjerit pelan, buru-buru menghampiri Rendi dan Ibunya. Ia memeluk erat mereka. "Bu..." *** Di sisi lain kota, lampu-lampu gedung pencakar langit bersinar terang di antara langit malam yang pekat. Di lantai tertinggi sebuah gedung mewah, seorang pria masih duduk sendiri di ruang kantor besar yang sunyi. Adrian Hartawan, CEO muda dengan reputasi dingin dan nyaris tak tersentuh, masih menatap layar laptopnya yang menampilkan laporan keuangan kuartal pertama. Rambutnya sedi

    Last Updated : 2025-03-04
  • Gairah Membara sang CEO Muda   #3 Godaan Sekretaris Baru

    Adrian menunjuk ke pintu. "KELUAR!" Wanita itu kaget. Ia lalu berdiri dan setelahnya ia melempar senyuman. Ia lalu berjalan dengan seksi menuju pintu. Saat wanita itu hendak membuka pintu untuk keluar, pintu itu terbuka dari luar. Seorang wanita paruh baya dengan aura elegan masuk—Ibu Adrian. Di belakangnya muncul Derren menemani Ibu Adrian. "Sial!" umpat Adrian dalam hati. "Derren!" geram Adrian sambil melotot ke Derren yang tersenyum licik di samping ibunya. Ibu Adrian melihat ke arah sekretaris seksi tadi dan tersenyum puas. “Sayang, dia aku yang rekrut. Cantik, kan? Sekretaris harus punya penampilan yang menarik.” Adrian langsung mengangkat suara. “Apa? Jadi Ibu yang bawa dia ke sini?" "Iya, Sayang. Ibu lakukan yang terbaik buat kamu. Gimana? Kamu suka?" "Pasti suk-" "Diam lu, Der!" potong Adrian. Derren tersenyum licik merasa puas melihat temannya itu kesal. Adrian membuang napas kasarnya. "Yang terbaik? Ibu bercanda? Ini yang terburuk!" "ADRIAN!" Adr

    Last Updated : 2025-03-07
  • Gairah Membara sang CEO Muda   #4 Penderitaan Si Miskin

    Braaak! Sebuah mobil mewah melaju terlalu dekat dan menyenggol tubuh Naya. Tubuhnya terhuyung dan terjatuh ke trotoar. Lututnya luka. "AAHHH!" Seseorang keluar dari dalam mobil. Seorang wanita berpakaian seksi, "Oh, shit!" Ia langsung menghampiri Naya. Melihat perawakan Naya, ekspresi wanita itu berubah. "Ah elah... lo ya! Ngapain sih jalan di tengah-tengah!" Naya hanya menunduk sambil memegangi lututnya yang berdarah. "Aduuuh..." "Alah! Gak usah lebai deh!" Wanita itu melihat kap depan mobil mewah itu sedikit lecet. "Heh, orang miskin! Liat tuh! Lecet gara-gara lo! Emang lo sanggup buat ganti rugi, hah?" Derren—yang sedang duduk di kursi kemudi—keluar dengan panik. “Sarah, udah, jangan gitu.” Sarah, si asisten montoknya, melotot. “Dia yang salah! Liat, Jadi lecet mobil kamu!” "Ah, udah, gak usah dipikirin mobil ini." Derren memeriksa kondisi Naya. “Kamu luka? Maaf ya, saya nggak sengaja. Saya... saya nggak fokus tadi.” "Dih, kok malah belain dia sih?" Sarah kesal.

    Last Updated : 2025-03-07
  • Gairah Membara sang CEO Muda   #5 Penderitaan Silih Berganti

    BRAK!! Pintu terbuka dengan sangat keras, membentur dinding dan hampir copot engselnya. Seorang pria tinggi dengan bau alkohol menyengat berdiri di ambang pintu. Pria itu bersendawa dengan jari tangannya ia masukkan ke bolongan pintu itu. Naya dan ibunya menoleh bersamaan. Pria itu... ayah Naya. Tiga hari menghilang, dan kini pulang dalam keadaan mabuk. Ibu Naya langsung berdiri meski masih batuk. “Kamu dari mana aja?! Tiga hari nggak pulang! Uhhuk... uhhuk..." "Sudah, Bu!" belai Naya, berdiri, sambil mengelus-elus bahu Ibunya. Ayah Naya menatap dengan sorot mata kosong. “AARKKH! Gak usah ngatur-ngatur! Ini hidupku! Urusanku sendiri!” Ibu Naya hanya terdiam dan menahan batuknya. "Kenapa kamu?" tanya Ayahnya dengan sikap peduli tak peduli. Ia melirik ke kaki Naya. “Gak urusan Ayah!" jawab Naya ketus. "Urus aja diri Ayah sendiri!" Ayahnya diam. Tak ada pembelaan, tak ada penyesalan. Ia hanya mendengus dan berjalan menuju kamar. Saat ia hendak membuka pintu kamar, Nay

    Last Updated : 2025-03-07
  • Gairah Membara sang CEO Muda   #6 Ada Harapan

    “Halo?” Suara laki-laki di ujung sana membuat jantung Naya melonjak. “Ma—maaf, ini… aku Naya, perempuan yang tadi pagi ditabrak... maksudnya… bukan ditabrak... diserempet, Pak.” Derren langsung terdiam sejenak. “Oh. Iya, saya ingat. Ada apa?” Naya menarik napas dalam, menahan gemetar. “Saya... butuh pekerjaan. Tolong... saya siap kerja apapun. Saya beneran butuh bantuan.” Suaranya nyaris pecah. Rintihan pelan itu membuat dada Derren terasa berat. "Tapi, sebelumnya kamu bilang kamu tidak butuh dikasihani bukan? So, what's this?" "Aku nggak minta dikasihani, aku minta diuji. Kasih aku kerja, dan nilai sendiri aku layak atau nggak.” Naya tersadar. "Ma-maaf kalau aku berlebihan." "No no no! Itu luarbiasa! You know, I like you!!" "Maksudnya, Pak?" “Oke... kamu butuh pekerjaan ya? Fine! Datang ke kantor saya besok jam sembilan pagi. Saya akan carikan posisi yang bisa kamu isi dan kamu akan langsung diwawancarai. Gimana? You like it?" Naya nyaris nggak percaya. “I

    Last Updated : 2025-03-07

Latest chapter

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #20 CEO Berkuasa

    Siang itu, kantor Hartawan Group masih sibuk.Naya baru saja keluar dari pantry, membawa tumpukan dokumen yang harus dibagikan ke beberapa ruangan.Langkahnya cepat—sedikit tergesa.Saat berbelok di lorong sempit, tanpa sengaja—Brak!Naya menabrak seseorang.Dokumen bertebaran di lantai."Aduh...!" seru Naya panik, buru-buru membungkuk.Namun sosok pria itu juga membungkuk pada waktu bersamaan, membuat wajah mereka hanya beberapa sentimeter saja.Dan dalam momen itu, karena keseimbangan Naya goyah, tubuhnya terdorong maju.Ciuman kecil.Hanya sepersekian detik. Tapi cukup untuk membuat dunia seakan berhenti berputar.Naya membelalak.Adrian juga membeku.Suasana hening, sangat hening.Sementara di ujung lorong, seseorang menyaksikan semuanya dengan mata melebar marah—Sarah.Senyuman sinis muncul di bibirnya.**"Maaf! Maaf banget, Pak Adrian!" seru Naya gugup sambil buru-buru berdiri dan mundur beberapa langkah.Adrian sendiri tampak berusaha menguasai diri. Ia berdeham pelan, kembal

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #18 Pembelaan

    Pagi itu kantor terasa lebih dingin dari biasanya.Adrian berjalan menyusuri lorong panjang lantai eksekutif, kemeja biru gelap membalut tubuhnya. Ada bekas luka samar di pipi kirinya, dan jalannya sedikit kaku. Namun dia tetap menjaga aura wibawanya.Dari arah berlawanan, Naya datang dengan membawa nampan berisi kopi-kopi untuk ruangan meeting.Langkahnya berhenti mendadak.Mata Naya membelalak pelan saat melihat Adrian yang tampak babak belur. Ada rasa khawatir yang otomatis muncul."Pak Adrian...?" gumamnya lirih.Mereka saling memandang sekilas.Hening. Canggung.Suasana mendadak seperti freeze.Naya panik, dia reflek mau ke kanan.Adrian—dengan gugupnya—ikut melangkah ke kanan.Naya buru-buru ke kiri.Adrian juga geser ke kiri.Mereka hampir bertubrukan."Ah... anu... m-mohon maaf, Pak!" kata Naya panik, menunduk dalam-dalam.Adrian mengangkat tangannya, mencoba terlihat santai, walau mukanya sudah merah. "Tidak apa-apa..."Mereka akhirnya berhasil melewati satu sama lain, tapi a

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #18 Perasaan Pak CEO

    Cling...Setelah berjam-jam yang terasa seperti seumur hidup, pintu lift akhirnya terbuka.Naya hampir menangis lega. Ia berdiri cepat-cepat, diikuti Adrian yang tetap terlihat tenang walaupun kemejanya sudah kusut sedikit.Mereka melangkah keluar, disambut petugas teknisi dan beberapa satpam."Maafkan kami, Pak Adrian, Nona..." para teknisi membungkuk dalam-dalam.Adrian hanya mengangguk malas, satu tangannya refleks menahan punggung Naya agar tidak terinjak-injak kerumunan. Ia bahkan tidak sadar saat melakukan itu.Jam menunjukkan pukul 02.17 dini hari. Kantor sudah sepi."Naya."Suara Adrian dalam. "Aku antar pulang."Naya langsung gelagapan. "T-tapi, Pak, saya biasa naik angkutan kok... nggak apa-apa, sungguh!"Adrian menatapnya dingin. "Tidak ada diskusi."Dengan berat hati, Naya akhirnya masuk ke dalam mobil hitam mewah milik Adrian. Selama perjalanan, mereka hanya diam. Sesekali Naya mencuri pandang, tak percaya ia satu mobil dengan pria paling dingin se-kantor.Mobil melaju me

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #17 Terjebak

    Sore itu, Adrian tiba di rumah mewah keluarga Hartawan. Langit mulai menggelap, dan hawa dingin menyeruak masuk bersama embusan angin dari taman. Di ruang tamu, Ibu Ratna sudah duduk di kursi empuk, mengenakan piyama sutra warna gading. Meski wajahnya masih tampak pucat, ada sorot tajam di matanya. Adrian menghampiri, membungkuk sedikit mencium tangan ibunya. "Bagaimana keadaan Mama?" tanyanya pelan. Ibu Ratna tersenyum lemah. "Sudah lebih baik... berkat kamu mau dengar Mama, Nak." Adrian hanya mengangguk kecil, duduk di seberangnya. "Ngomong-ngomong, Mama mau ketemu Luna." Nada suara Ibu Ratna mengeras sedikit. "Suruh dia datang makan malam ke rumah. Kita harus mulai perkenalan sebelum acara gala." Deg. Adrian mengerjap, tapi cepat-cepat menutupi keterkejutannya. Senyum tipis tersungging di wajahnya, penuh kepalsuan. "Luna... lagi sibuk, Ma. Dia ada meeting panjang. Nanti kalau dia senggang, aku ajak ke sini." Ibu Ratna menghela napas panjang. "Jangan lama-lama, Adrian. Ga

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #16 Cemburu

    Sepanjang hari itu, Adrian merasa pikirannya tidak fokus.Setiap kali ia mencoba menunduk memeriksa laporan di mejanya, bayangan wajah Naya kembali terlintas. Tatapan polos itu... tubuh mungil yang gemetar dalam dekapannya... aroma sabun sederhana yang tercium samar dari rambut gadis itu. Semua bercampur membanjiri otaknya, membuatnya tidak nyaman."Sialan," gumamnya pelan, mengacak rambutnya sendiri.Adrian memutuskan keluar dari ruangannya untuk sekadar menghirup udara segar. Ia berjalan melewati koridor, langkahnya panjang-panjang, tangan masih dimasukkan ke saku celana.Secara tidak sengaja, matanya menangkap sosok Naya yang sedang membungkuk di pojok ruangan, sibuk mengatur minuman dan makanan ringan untuk rapat sore.Gadis itu kelihatan berusaha cekatan, tapi tetap saja sesekali menjatuhkan sendok, lalu buru-buru memungutnya lagi.Bibir Adrian sedikit terangkat, sangat tipis, nyaris tak terlihat. Sesuatu dalam dirinya merasa... geli."Apa anak itu selalu ceroboh begini?" pikirny

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #15 Diam-diam Suka

    Mobil sport hitam itu berhenti mulus di depan gerbang rumah besar bergaya modern minimalis. Adrian menatap sekilas bangunan megah itu, lalu menghela napas panjang sebelum turun. Dengan langkah berat, ia berjalan ke pintu depan.Seorang pembantu muda berseragam hitam-putih membungkuk sopan."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?""Saya mau ketemu Nona Luna," jawab Adrian dingin.Pembantu itu tersenyum kaku. "Sebentar ya, Tuan."Ia bergegas masuk ke dalam rumah. Sementara itu, Adrian menunggu di teras, merasa tidak nyaman berdiri di bawah sinar matahari sore yang hangat.Di dalam, pembantu itu berjalan ke belakang rumah, menuju area kolam renang.Di sana, Luna tengah berbaring santai di kursi berjemur, mengenakan bikini merah elegan. Dua potong timun menempel di matanya, headphone di telinganya, seolah dunia ini hanya miliknya."Nona Luna," kata pembantu itu pelan."Ada tamu—seorang pria, ingin bertemu."Luna mengangkat satu tangan malas, tanpa membuka mata. "Suruh aja masuk...

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #14 Permintaan Nona Ratna

    Adrian baru saja memarkir mobil sport hitamnya di garasi vila mewah itu. Wajahnya lelah, dasinya sudah longgar, dan langkahnya berat. Ia membuka pintu utama dan masuk ke ruang tamu bergaya klasik.Di sana, Ibu Ratna sudah menunggunya, duduk di kursi berlengan dengan ekspresi wajah tegang."Adrian!" seru ibunya begitu melihatnya.Adrian mendesah panjang. "Apa lagi, Bu? Saya capek."Ibu Ratna berdiri, matanya merah. Ia berjalan cepat ke arah Adrian, lalu menyodorkan ponsel ke wajah putranya."Barusan kakekmu telepon!" katanya dengan suara bergetar. "Dia... dia mempermalukan kita, Adrian! Mengancam kita!"Adrian mengernyit. "Apa lagi urusannya?""Kakekmu mau semua anak dan cucunya datang di Gala Hartawan. Dan kau... kau harus hadir mewakili mendiang ayahmu!" suara Ibu Ratna meninggi. "Dengan pasangan!"Adrian mengangkat alis, seolah baru mendengar sesuatu yang benar-benar konyol. "Pasangan? Jangan bercanda, Bu.""Aku serius, Adrian!" Ibu Ratna menjerit kecil. "Kalau kau tidak datang bawa

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #13 Ancaman dari Mertua!

    Setelah kejadian itu, Naya kembali bekerja. Meski hatinya masih campur aduk, ia menahan semua rasa bersalah itu. Tugas-tugasnya tetap menumpuk — mengantar dokumen, membersihkan ruangan, membuang sampah, semua dikerjakannya dengan kepala tertunduk.Sore menjelang malam, begitu jam pulang, Naya tidak langsung ke rumah.Dia menggenggam catatan kecil berisi alamat yang diberi OB lain tadi siang.Aku harus ketemu Dayat. Aku harus minta maaf.Dengan langkah cepat, Naya menyusuri jalanan kota yang mulai dipenuhi lampu-lampu neon. Ia mencari-cari alamat itu. Menyusuri gang demi gang, belok kiri, belok kanan, tapi tetap tidak menemukan.Peluh menetes di keningnya.Naya duduk di trotoar, menghela napas panjang. Kakinya pegal, tubuhnya lelah.Saat itulah, tanpa sengaja, di seberang jalan, ia melihat sosok yang dikenalnya—Dayat.Dayat duduk sendirian di pinggir trotoar. Matanya kosong, menatap lurus ke arah jalanan yang ramai.Naya langsung bangkit dan berlari kecil menyeberang."Dayat!" panggiln

  • Gairah Membara sang CEO Muda   #12 Desahan Asisten Direktur

    Semua orang menoleh. Adrian semakin panik! Ia kaku. "AHHH... OAHH... BUAI AKU, PAK!!! FUCK ME!" Mulut Luna mendekat ke alat kelamin Adrian. "SHIT!" Adrian langsung berdiri. Matanya merah menahan malu dan marah. "PEREMPUAN GILA!" bentaknya. Semua terdiam. Hanya lantunan lagi keras yang terdengar. Derren yang sedari tadi asik dengan dunianya, terpaku. "HAHAHAHA... GUA MAU NIKAH, PAK! NIKAHIN AKU SEKA-" "CUKUUUP!!!" Adrian berteriak. Luna menantangnya dengan tatapan liar. "Kenapa? Malu? Terima aja, Pak. Anda udah merusak saya." Derren bertindak. "Lun. Apa-apaan kamu?" "Shut up you bastard!" Derren diam. "Kamu udah gila, stres. Darimana Ibuku dapat perempuan sampah kayak kamu, hah?!" "YA? Saya memang sudah gila. Saya tergila-gila sama anda, Pak... hahahahah!" "Udah udah udah!" Derren menarik Luna. "Lo udah mabuk berat!" "LEPASIN!" Luna menepis. "SAYA MABUK!" teriak Luna lebih keras. "MABUK SAMA GAIRAH SEKSUAL PAK ADRIAN!" "KURANG AJAR!" Adrian dengan tangan mengepal

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status