Cling...
Setelah berjam-jam yang terasa seperti seumur hidup, pintu lift akhirnya terbuka.
Naya hampir menangis lega. Ia berdiri cepat-cepat, diikuti Adrian yang tetap terlihat tenang walaupun kemejanya sudah kusut sedikit.
Mereka melangkah keluar, disambut petugas teknisi dan beberapa satpam.
"Maafkan kami, Pak Adrian, Nona..." para teknisi membungkuk dalam-dalam.
Adrian hanya mengangguk malas, satu tangannya refleks menahan punggung Naya agar tidak terinjak-injak kerumunan. Ia bahkan tidak sadar saat melakukan itu.
Jam menunjukkan pukul 02.17 dini hari. Kantor sudah sepi.
"Naya."
Suara Adrian dalam. "Aku antar pulang."
Naya langsung gelagapan. "T-tapi, Pak, saya biasa naik angkutan kok... nggak apa-apa, sungguh!"
Adrian menatapnya dingin. "Tidak ada diskusi."
Dengan berat hati, Naya akhirnya masuk ke dalam mobil hitam mewah milik Adrian. Selama perjalanan, mereka hanya diam. Sesekali Naya mencuri pandang, tak percaya ia satu mobil dengan pria paling dingin se-kantor.
Mobil melaju me