Adrian hanya terdiam setelah ibunya mengucapkan kata-kata itu. Clara dan Camila mengangguk menyetujui.
“Semakin lama di rumah, dia akan semakin dendam dan mencelakai kita,” tambah Juliana lirih.
Adrian menghela napas berat. Pikirannya kacau. “Baik. Aku akan mempersiapkannya,” ucapnya dingin. Ia melangkah keluar dari ruang rawat Juliana tanpa menoleh lagi.
Juliana begitu senang mendengarnya. “Ah, akhirnya Adrian memutuskan hal yang benar,” ucapnya.
Beberapa saat kemudian, di kafe tidak jauh dari rumah sakit...
Adrian duduk di sudut ruangan. Tangannya menangkup gelas kopi yang belum ia sentuh. Gavin duduk di seberangnya, memperhatikan raut wajah bosnya yang tidak biasa. Bukan marah. Tapi ragu.
“Jadi… Tuan akan menceraikannya?” tanya Gavin hati-hati.
Adrian tidak langsung menjawab. Ia masih menatap kosong ke luar jendela. “Dia mencelakai ibuku. Itu cukup jadi alasan. Publik bisa menerima kalau aku menceraikan seseorang yang membahayakan keluargaku.”
Gavin diam sejenak. Lalu, mencondongka