.
Rere membuka pintu dengan wajah penasaran. Mobil hitam yang berhenti di depan rumah bukan mobil sembarangan. Bukan milik tetangga, bukan juga taksi online.
Rere melirik ke dalam. "Kak Rey! Gurumu datang!"
Rey segera keluar, berdiri di teras dengan ekspresi penuh harapan. Ini pertama kalinya belajar dengan Ustaz Tahmid. Pasti akan lebih nyaman dibanding mendengar bentakan Atmajaya setiap malam.
Tapi begitu pintu mobil terbuka, harapan itu runtuh seketika.
Rey menatap sosok mungil yang melompat turun.
Seorang anak laki-laki, tidak lebih dari sepuluh tahun.
Pakai celana juga kaos santai, wajah berseri-seri seperti seseorang yang baru saja menang lotre.
Bocah itu melangkah ringan ke arahnya, tersenyum lebar, lalu berkata dengan suara jernih, "Saya yang akan mengajari Mas Rey."
Rey terbelalak. "Nggak salah?"
Anak itu justru mengangguk penuh percaya diri. "Kata Abi Tahmid, saya lebih cocok buat ngajari Mas Rey."
Dada Rey naik turun. "Ustaz Tahmid sendiri yang bilang?"
"Iya, Abi bilang beg