Beranda / Romansa / Istri Kedua Sang Presdir / Bab 12. Pertemuan Dengan Daniswara

Share

Bab 12. Pertemuan Dengan Daniswara

Penulis: Wijaya Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-05 22:40:50
Sunyi menyelimuti ruangan VIP rumah sakit malam itu. Hanya suara detak jam dinding dan alat bantu pernapasan yang mengiringi percakapan dua insan berbeda generasi. Pak Daniswara terbaring lemah, namun wajahnya tampak cerah saat melihat sosok yang baru saja membuka pintu dan melangkah masuk dengan perlahan.

"Neina," sapa Pak Daniswara lirih, senyum hangat terukir di wajah tuanya. Meski tubuhnya dibelenggu oleh infus dan selang oksigen, matanya bersinar seperti ada harapan yang kembali menyala.

Neina duduk di kursi tunggal di samping ranjang perawatan. Ia tersenyum sopan, mencoba menyembunyikan kegugupan yang sejak tadi membuncah di dadanya.

"Pak Daniswara... bagaimana keadaan Bapak sekarang?” tanyanya sopan.

Pak Daniswara mengangkat tangannya lemah, lalu menggenggam tangan Neina dengan erat.

“Kakek.”

“Mulai sekarang, panggil aku... Kakek. Karena kamu sudah menjadi cucuku."

Neina tersentak pelan. Ia menarik nafas dalam, mencoba memahami ucapan itu. "Kakek..."

Semua yang dilakukan oleh
Wijaya Kusuma

Selamat Membaca

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
gk usah kaget Neina.. namanya orang sudah nikah Yo mesti kudu tinggal bersama.. meskipun kamu nikah sirih tetep aja kamu tuh udah jadi istri sahnya Keandra..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 70. Tak Lelah Mengintimidasi

    Neina menahan senyum getir. “Saya hanya berusaha bekerja sebaik mungkin, Bu. Dan sebab itulah saya bisa berada di sini dan di perusahaan Pak Keandra.”Ya. Berusaha menutupi apa yang sebenarnya terjadi antara Keandra dan dirinya-lah yang mampu Neina lakukan. Tak mungkin berkata sesunggunguhnya. Sebab akan membuat Keandra murka. Jika itu ia lakukan. Olivia mendekat, jarak mereka hanya sejengkal. Wajahnya yang nyaris tanpa pori itu hanya sejauh embusan napas. “Tapi kau sadar kan? Keandra tidak benar-benar… menyukai keberadaanmu di sini.”Kalimat yang menusuk. Neina terdiam sejenak. Mencari kata yang tepat untuk diungkapkan. Dari setiap kata yang Olivia sampaikan, terlihat jelas jika ia tahu situasi yang terjadi antara dirinya dan Keandra.Tapi …. untuk pernikahan mereka. Neina tidak mengetahui kebenarannya. Neina menahan napas, dadanya menegang. Bibirnya tertarik ke sudut, membentuk senyum tipis yang pahit.“Itu benar, Bu. Pak Keandra tidak suka saya terlalu lama di sini. Tapi … ada

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 69. Tanya yang Menyudutkan

    Olivia menoleh lagi pada Neina, pandangannya bagai pisau tumpul yang menusuk lambat. “Keandra tahu persis aku suka croissant. Dia selalu bilang, ‘Jangan biarkan Olivia makan roti yang keras, lidahnya terlalu mahal,’” katanya sambil tertawa kecil. Tawa yang manis tapi ada guratan sinis di sudut bibirnya.Neina membalas dengan senyum tipis, "Pak Keandra memang selalu memperhatikan Ibu. Itu yang saya dengar dari Bibi Raras, Bu."Neina berusaha bersikap senormal dan sesopan mungkin agar tidak membuat kesalahan pada orang yang paling bisa membuat Keandra murka. Olivia mendekat sedikit, bahunya nyaris menempel. Ia berbisik pelan, seolah rahasia di antara mereka. “Kau tahu, Neina? Meskipun kami jarang tinggal serumah, Keandra tak pernah lupa hal kecil tentangku. Kopi, roti, bahkan suhu AC di kamar kami.”Olivia terkekeh kecil saat berbicara soal Keandra yang selalu memperhatikannya itu. Neina hanya mengangguk, berusaha tetap menatap nampan. “Saya percaya itu, Bu.”Olivia terkekeh lagi,

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 68. Ketegangan di Pagi Hari

    Pagi-pagi sekali, di rumah megah keluarga Daniswara selalu punya ritme sunyi yang khas. Sinar matahari pagi perlahan merambat masuk dari celah tirai linen putih, menyebarkan kehangatan di dapur luas berdominasi marmer abu-abu. Hampir pukul satu dini hari, Neina baru bisa merebahkan diri setelah berbagai macam drama yang diminta oleh Keandra dan Olivia. Dan semalaman itulah, ia harus melayani dengan baik apa pun yang diinginkan oleh sepasang suami istri yang baru kembali dari Paris itu. Aroma kopi robusta yang kuat bercampur manisnya wangi croissant mentega, menciptakan harmoni yang bikin perut keroncongan. Neina tidak bisa mengeluh, demi menjalankan perintah yang diminta oleh Keandra untuknya semalam itu. Jujur saja, kedua matanya masih mengantuk. Terbiasa kerja keras dan telat beristirahat, tidaklah terlalu menjadi beban baginya. Di dekat kompor, Neina cekatan sekali. Tangannya lincah memotong baguette, menata keju brie di atas talenan kayu, lalu merapikan selai aprikot di mangku

  • Istri Kedua Sang Presdir   67. Pelayan Suami & Madu

    Keandra tak menjawab apa yang Neina katakan padanya barusan. Membiarkan Neina, dengan menatap tajam ke arah wanita yang sedang berdiri di antara mereka menikmati hidangan makan malam sepasang suami istri yang indah. Menurut mereka. Neina mengabaikan tatapan tak bersahabat dari Keandra yang mengintimidasinya itu. Tetap berdiri tenang, bersiap menunggu perintah yang kapan saja memintanya untuk dilayani. Ia dengan langkah kecil dan hati-hati sebab tak ingin buat kesalahan, bergerak menuju lemari penyimpanan. Jemarinya yang ramping meraih sebotol wine merah tua, lalu kembali mendekat ke meja.“Izinkan saya menuangkan wine, Pak, Bu,” suara Neina terdengar pelan, nyaris berbisik, memecah keheningan yang sedikit mencekam.Keandra, sang kepala keluarga, mendorong gelas kristalnya sedikit ke depan. Matanya yang tajam menatap Neina tanpa ekspresi. “Isi penuh,” perintahnya singkat.“Baik, Pak.” Neina menunduk, berusaha menyembunyikan getaran halus di tangannya. Anggur merah itu mengalir perl

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 66. Pelayan di Meja Makan

    Neina melangkah menuju ruang makan dengan dada yang terasa penuh. Hatinya masih berdebar keras, bukan hanya karena apa yang ia lihat tadi, tapi juga karena perintah Keandra yang tidak bisa membuat dirinya menolak. Biasanya, pelayan lain yang bertugas melayani Keandra. Jangankan untuk meminta dirinya melayani, melihat Neina di hadapannya pun enggan Keandra lakukan. Tapi kali ini, ia sendiri yang harus mengurusnya.“Nona Neina,” suara Bibi Raras yang sejak tadi merasa simpati dan memperhatikan Neina. Membuatnya berhenti melangkah.“Iya, Bu.”“Kamu kenapa? Mukamu pucat sekali,” tanya Bu Raras sambil merapikan serbet di meja.Neina menggeleng. “Enggak apa-apa, Bu Raras. Aku baik-baik saja.” Terlihat jelas keraguan di mata Neina yang dapat ditebak oleh wanita senja itu. “Saya tahu, ada sesuatu yang terjadi, Nona.” Bi Raras menebak langsung apa yang membuat dirinya menjadi penasaran. Neina tahu, tak akan bisa menyembunyikan resah yang muncul di hatinya itu.“Pak Keandra minta saya sendi

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 65. Harus Melayani

    “Hati-hati, Sayang.” Suara lembut penuh kasih dan perhatian, yang tidak pernah Neina dengar dari seorang Keandra. Suara itu, suara yang tak pernah Neina dengar dari seorang Keandra Dipta Sakti, selain kata tajam, penuh kebencian yang ditunjukkan saat berhadapan dengan Neina. Neina yang melihat sikap kedua pasangan yang baru tiba itu hanya mampu membuang muka ke arah lain, berusaha keras mengabaikan rasa perih yang tiba-tiba melilit. Entah, perasaan apa yang terjadi padanya itu. Ia tak mungkin memiliki rasa yang tak seharusnya terjadi dalam diri. Tapi, ia sudah berjanji pada Daniswara, Kakek Keandra, jika akan memenuhi permintaannya. Terkait Keandra sudah menyelamatkannya atau belum. Ia tersadar, saat sebuah suara tajam itu terucap dari bibir seorang Keandra, pria yang menjadi suami sekaligus bosnya. “Apa kau tidak bisa bekerja dengan benar?” Suara yang terdengar itu begitu tajam. Terdengar sangat kesal dan penuh kebencian, seolah Neina adalah hama yang mengganggu.“Sayang. Siap

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status