author-banner
Wijaya Kusuma
Wijaya Kusuma
Author

Novels by Wijaya Kusuma

Istri Kedua Sang Presdir

Istri Kedua Sang Presdir

Neina Zalika hanya ingin membalas budi. Ia tak pernah menyangka bahwa satu permintaan dari lelaki tua yang begitu berjasa dalam hidupnya akan menyeretnya ke dalam badai rumah tangga yang penuh kebencian, intrik, dan luka. Menjadi istri kedua Keandra Dipta Sakti bukanlah mimpi, melainkan mimpi buruk yang membekas di setiap helaan nafasnya. Disembunyikan dari publik, direndahkan di rumah sendiri, dituduh sebagai perusak rumah tangga, hingga dijadikan bulan-bulanan fitnah oleh istri pertama Keandra, seorang model ternama yang tak akan tinggal diam. Neina hanya bisa bertahan—sampai kebenaran dan pengkhianatan besar akhirnya terkuak. Ketika cinta tak diberi kesempatan, di tengah reruntuhan kebencian, badai baru datang menghantam, dan kebenaran tertutup oleh rahasia dan kebencian. Rahasia kelam tentang masa lalu keluarganya, kematian orang tuanya, dan pengkhianatan dari orang yang ia percaya, membuat Neina berada di ambang kehancuran. Mampukah Neina bertahan? Ataukah ia akan hancur dalam pusaran fitnah, pengkhianatan, dan rencana jahat yang mengintainya dari segala arah?
Read
Chapter: Bab 118. Foto yang Membakar
Langit Jakarta tampak biasa saja pagi itu. Gedung tinggi menjulang di jantung kota berdiri tenang seperti tak terjadi apa-apa. Namun di lantai 8 kantor DS Company, suasana mendidih seperti bara yang hendak menyulut api besar.Neina berjalan melewati deretan meja dengan nafas teratur, walau jantungnya berdebar tak karuan. Suasana kantor terasa... aneh. Biasanya, ia disambut dengan anggukan sopan atau senyum basa-basi. Tapi hari ini?Tatapan tajam, lirikan cepat, bisikan lirih. Ia tahu perasaan ini. Perasaan sedang jadi bahan pembicaraan.“Pagi,” sapa Neina pada seorang rekan kerja di departemen pemasaran.Wanita itu hanya mengangguk canggung. Lalu buru-buru menunduk menatap layar laptop. Neina menelan ludah. Matanya bergerak cepat menyapu sekitar. Beberapa kepala buru-buru berpaling begitu tatapan mereka bertemu. Di meja pantry, dua karyawan tampak melihat ke arah ponsel bersama-sama, lalu menoleh ke arah Neina dan tertawa kecil.Tiba-tiba, notifikasi masuk di ponselnya.Dari Eva: “Kam
Last Updated: 2025-08-05
Chapter: Bab 117. Retak yang Pecah
Langit malam menggantung kelam di atas mansion megah yang berdiri kokoh di atas tanah luas, sebuah istana keheningan yang kini diselimuti ketegangan. Lampu-lampu kristal memantulkan cahaya kekuningan ke dinding marmer, menciptakan bayangan yang bergoyang perlahan, seolah mengikuti irama napas rumah itu yang mulai sesak oleh konflik yang membara. Aroma bunga mawar yang seharusnya menenangkan kini terasa getir, bercampur dengan aura amarah yang menguar di setiap sudut.Di dalam kamar utama, suara dentingan jam antik yang monoton hampir tertelan oleh debat panas yang telah berlangsung selama lebih dari lima belas menit. Setiap kata yang terucap adalah percikan api yang membakar bara dendam yang telah lama terpendam."Aku sudah cukup sabar, Keandra!" Olivia berteriak dengan nada tajam, suaranya memantul di dinding-dinding besar kamar itu, menusuk telinga. Rambutnya yang tergerai terlihat acak-acakan, napasnya memburu, dadanya naik turun menahan amarah yang meledak-ledak. “Kalau kau ti
Last Updated: 2025-08-04
Chapter: Bab 116. Kembali ke Rumah
Keandra tidak menjawab. Ia malah melangkah mendekati Olivia, meraih pinggang perempuan itu dan memeluknya tiba-tiba. Pelukan itu terasa dingin, hampa, seakan hanya dilakukan untuk menunjukkan sesuatu pada Naina, sebuah pesan tersirat tentang kepemilikan.“Ayo naik, sayang,” bisik Keandra, cukup keras untuk didengar Naina yang berdiri tak jauh dari sana, seolah ingin memastikan Naina mendengar setiap kata yang keluar dari bibirnya.Naina menahan napas. Seluruh tubuhnya kaku, seperti boneka rusak yang kehilangan kendali, teronggok tak berdaya di tengah panggung drama yang tak ia minta.Langkah kaki terdengar dari arah tangga, menginterupsi ketegangan yang menggantung di udara. Daniswara muncul dengan tongkat di tangan, setiap langkahnya terdengar berat, dan batuk keras beberapa kali, seperti ingin membersihkan udara dari kepalsuan yang menggantung di sekeliling mereka. Pakaiannya masih piyama abu-abu, namun matanya tajam, memindai ketiganya dengan cermat, seolah ia bisa melihat menembu
Last Updated: 2025-08-04
Chapter: Bab 115. Bayangan dibalik Kemegahan
Udara masih pekat dan basah, menyisakan jejak dingin dari malam yang panjang, ketika mobil hitam itu berhenti perlahan di depan mansion keluarga Daniswara. Kabut belum benar-benar menghilang dari halaman depan, menggantung tipis seperti selubung misteri yang enggan terurai. Jam di dashboard menunjukkan pukul lima pagi, dini hari yang seharusnya tenang, namun terasa mencekam bagi Naina.Naina duduk kaku di kursi penumpang, mengenakan pakaian yang masih kusut dan basah sebagian akibat malam panjang di villa terkutuk itu. Aroma apak dan samar-samar bau asap masih menempel di kain, seolah membekas kuat di indera penciumannya. Rambutnya kusut masai, wajahnya pucat pasi seperti mayat hidup, dan matanya merah sembab karena kurang tidur, memancarkan keputusasaan yang mendalam. Di sisi kemudi, Keandra menarik napas panjang, berat, seolah mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya, sebelum membuka pintu dan turun lebih dulu. Tanpa kata, tanpa ekspresi, ia membuka pintu untuk Naina, gestur yang teras
Last Updated: 2025-08-03
Chapter: Bab 114. Terkunci di Villa
Pagi itu datang tanpa suara, seolah alam pun menahan napas. Matahari menyelinap malu-malu di balik kabut yang belum sepenuhnya reda, membiarkan dinginnya udara menampar kulit wajah Naina yang baru saja membuka mata. Langit-langit kamar berwarna kelabu dengan hiasan ukiran kayu tua yang terasa asing, menambah kengerian pada pagi yang senyap. Ia menggeliat pelan, merasakan tubuhnya masih terbalut selimut tebal, mencoba mengusir sisa mimpi buruk yang menghantui. Namun, begitu tangannya menyentuh kenop pintu, jantungnya langsung berdegup kencang, memompakan adrenalin ke seluruh tubuhnya.Terkunci.Kata itu terngiang-ngiang di benaknya, menggema di ruang hampa ketakutan. Ia mencoba lagi. Diputar, digedor, didorong, bahkan diketuk kuat-kuat, berharap ada keajaiban, berharap ini hanya lelucon. Tidak ada yang merespons. Hanya kesunyian yang mencekam."Pak Keandra?" panggilnya, suaranya sedikit bergetar. Tidak ada jawaban. "Pak Keandra, buka pintunya!"Suara detik jam di dinding menjadi sat
Last Updated: 2025-08-03
Chapter: Bab 113. Perlawanan Neina
"Bantuan?" Keandra tertawa hampa, tawa yang tak sampai ke matanya. "Bantuanmu ini justru membuatku semakin hancur! Membuatku merasa lebih buruk dari sebelumnya!" Ia semakin menekan tubuh Neina ke arahnya, cengkeramannya di lengan Neina menguat, menimbulkan rasa nyeri."Saya mohon, Pak... saya tidak bisa..." Neina merintih, berusaha mendorong tubuh Keandra menjauh. Namun, upayanya sia-sia. Keandra hanya semakin mempererat pelukannya."Ini yang kau inginkan, bukan?" suara Keandra terdengar berat, penuh amarah yang tertahan. "Kau ingin aku bebas, bukan? Bebas dari ikatan yang tak memuakkan ini? Nah, inilah kebebasan yang kau tawarkan!"Keandra menekan tubuh Neina lebih rapat, bibirnya menuruni pipi Neina, mencari leher perempuan itu. Neina panik, memalingkan wajah, kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan, berusaha menghindari sentuhan Keandra. Ia merasakan rambutnya tertarik saat Keandra menahannya."Lepaskan saya, Pak! Kumohon!"Neina berteriak, suaranya parau karena ketakutan dan
Last Updated: 2025-08-01
Benih 20 Milyar CEO Dingin

Benih 20 Milyar CEO Dingin

"Danisa," Panggil Daren, pria berusia 34 tahun yang tidak lain adalah bosnya. "Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" jawabnya. "Menikah dengan saya. Dan lahirkan anak untuk saya." Sebuah kalimat yang membuat Danisa mematung di tempat. Tak ada angin dan hujan, tiba-tiba atasannya yang tidak pernah terlihat dekat dengan wanita memintanya untuk menikah dan melahirkan anak. Daren, pria yang tidak mau dekat dengan wanita manapun. Tiba-tiba meminta dirinya untuk menikah dan punya anak dari bosnya sendiri. Memang Danisa suka uang, tapi tidak dengan menjual diri sama pria kaya yang harus mengorbankan mahkota berharganya. Lebih baik Danisa mencari sampingan pekerjaan lain dari pada harus melahirkan anak untuk bosnya.
Read
Chapter: BAB 225
Siang itu, mendadak suasana rumah sakit menjadi mencekam.Darren sudah keluar dari dalam ruang perawatan Rinaldi, ayahnya. Namun belum sempat Riana yang baru saja akan menghampiri putranya dan ingin bertanya tentang apa yang dilakukan Daren di dalam sana sudah dibuat terkejut dengan beberapa perawat yang saling berlari menuju ke ruang Reynaldi dengan tatapan mata yang terlihat panik.Bukan hanya Riana yang terkejut, Danisa pun ikut merasa panik dengan kejadian nyata yang saat ini dilihatnya.Lewat sorot matanya Ia pun bertanya pada Riana dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada Renaldi di dalam kamar perawatannya.Detak janur Riana berpacu kencang saat melihat para petugas medis berlarian yang tak lama diikuti oleh dokter pribadi Renaldi yang menangani langsung pria tua itu.“Apa yang terjadi?” Entah pada siapa Riana bertanya sebab Danisa dan Daren pun tidak mengerti dengan apa yang terjadi.Danisa mendekat ke arah Riana memeluk perempuan itu dengan maksud ingin menguatkan ji
Last Updated: 2024-10-20
Chapter: BAB 224
Suasana ruang yang didominasi oleh warna putih itu begitu hening. Sambutan yang kini didapat oleh seorang pengusaha muda yang bernama Daren Raynaldi. Ya, dia sangat membenci nama Reynaldi yang begitu sangat dirinya benci. Daren begitu membenci nama itu. Sebab nama tersebut adalah nama dari pria yang memiliki aliran darah sama dalam tubuhnya. Nama yang begitu sangat dibencinya, sebab pria yang tak lain adalah ayahnya sendiri telah menorehkan luka yang begitu dalam untuk dirinya selama ini. Kini, dia dapat melihat penderitaan dari pria yang tak ingin ditemui olehnya itu. Pria yang sangat dibenci oleh Daren, kini tergeletak lemah tak berdaya. Bahkan, dirinya yakin untuk sekedar membuka mata pria itu tak akan mampu melakukannya. Daren masih berdiri di tempatnya, setelah dirinya usai menutup pintu ruang perawatan khusus yang hanya ada satu ranjang beserta pasien serta seluruh alat yang menempel dalam tubuh pria yang sudah sangat lemah tak berdaya. Ya, pria angkuh dan sombong itu sudah
Last Updated: 2024-10-19
Chapter: BAB 223
Seperti yang Darren katakan kepada Danisa yang meminta untuk ditemani. Kini, keduanya sedang berada di dalam mobil menuju ke sebuah tempat yang Danisa sendiri pun belum mengetahui. Iya, Danisa belum bertanya pada sang suami sebab setelah darah mengajak dia harus disibukkan dengan mengurus kedua buah hatinya yang kemudian mengantar Ara dan Aiden menuju ke tempat sang nenek.Setiba di sana, kedua anak kembar itu pun langsung turun dari mobil. Sebab tak sabar untuk bermain bersama nenek dan tantenya.“Mom dan daddy nggak usah anterin arah ke dalam. Nanti biar Ara yang bilang sama nenek jika Mommy dan Deddy akan pergi.”Ara yang sudah tidak sabar itu meminta ayah dan sang ibu untuk segera berlalu dari kediaman sang nenek. Tetapi Danisa tak langsung mengiyakan, sebab dia pun ingin bertemu dengan sang Ibu dan meminta izin untuk menitip kedua buah hatinya di sini.“Mommy mau bertemu nenek dulu, Princess. Nanti setelah ketemu nenek baru Mommy dan Deddy akan berangkat.”Danisa tersenyum lembut
Last Updated: 2024-09-22
Chapter: BAB 222
“Apa kamu sibuk hari ini?” tanya Daren tiba-tiba saat subuh dan keduanya sedang berada di atas ranjang saling berpelukan satu sama lain. Danisa yang berada dalam dekapan hangat suaminya itu mendongak. Menatap penuh tanya pada sang suami akan maksud yang hendak Daren katakan kepadanya itu. “Kenapa?” tanya Danisa, balik bertanya ingin memastikan jika Daren ingin mengajaknya pergi ke suatu tempat. Daren membalas tatapan sang istri. Memberikan usapan lembut ke lengan Danisa setelah aktivitas panas malamnya telah berlangsung. Keduanya tak langsung tidur setelah melakukan ibadah subuhnya. Saling mendekatkan diri, dan Danisa tak ingin banyak tanya atau berbicara kecuali jika itu urusan kedua buah hatinya. “Temani aku,’ ucap Daren singkat, tak langsung memberitahukan tujuannya ke mana akan pergi mengajak wanitanya. “Aku akan temani, jika kamu butuh aku. Tak perlu bertanya,” jawab Danisa, merekahkan senyum manisnya dan kembali mengeratkan dekapan hangat yang Daren berikan untuknya. Daren
Last Updated: 2024-09-17
Chapter: BAB 221
“Jangan bicara begitu sama mama,” kata Danisa minta agar Daren mampu meredam emosi pada sang mama.DADanisa tak ingin melihat hubungan ibu dan anak itu menjadi renggang. Sebab, dia tahu seberapa besar rasa sayang dan pengorbanan Riana yang begitu besar dalam membesarkan Daren dulu. Daren tak menjawab, pria itu masih diam merasakan sentuhan lembut dari Danisa yang memeluk dirinya dari belakang tubuh tegapnya itu. “Mama akan sedih, jika kamu berkata kasar padanya. Bukankah selama ini kau selalu memperjuangkan kebahagiaan mama,” lanjut Danisa mengingatkan pada suaminya. Perjuangan yang Daren lakukan untuk mamanya begitu besar. Hingga dia mampu melawan ego menikah demi bisa memberikan cucu yang selalu dituntut oleh mamanya dulu. Daren menarik nafasnya dalam-dalam. Kemudian membuangnya secara kasar sebelum akhirnya membuka suara menjawab setiap kalimat yang terucap dari wanitanya itu. “Kau tak mengerti,” jawab Daren singkat. “Aku tahu, Daren,” bela Danisa untuk dirinya sendiri, yang
Last Updated: 2024-09-16
Chapter: BAB 220
Riana menghentikan langkah kakinya saat Daren menyebut kata ‘tua bangka’. Riana berpikir, mengapa Daren bisa mengetahui rahasia yang masih dijaga olehnya dengan begitu baik. Dia pun berpaling, menatap Daren yang sedang berusaha menahan amarah. Riana tahu, jika Daren tidak akan meluapkan amarahnya di hadapan anak-anaknya. Riana sudah menyiapkan segala sesuatu untuk segala kemungkinan yang akan terjadi jika Daren akan marah kepada dirinya. “Kau tak boleh bicara seperti itu Daren,” tegur Riana dengan nada rendahnya sebab tak ingin menunjukkan perdebatan yang akan berlanjut kemarahan putranya tersebut. Daren diam, tak langsung menjawab apa yang dikatakan oleh ibunya itu kepadanya. “Sejak kapan Mama berhubungan lagi dengannya?” tanya Daren dengan suara dinginnya. “Dan untuk apa mama menemui tua bangka itu lagi. Itu sebabnya mama tak mau kembali lagi ke Singapura dan memilih menetap di sini.” Daren masih tak menunjukkan sikap ramahnya. Danisa yang semula bersiap menghidangkan sarapan d
Last Updated: 2024-09-10
Penjara Hati Bos Arogan

Penjara Hati Bos Arogan

“Aku akan bantu. Tapi dengan syarat,” kata pria itu dengan Tatapan yang begitu sulit diartikan. “Syarat? Syarat apa?” Tanya Alya bingung.  Evan diam beberapa saat, dia pun kembali menjawab. “Jadi pelayanku. Kau harus selalu siap dengan apa pun yang aku mau.” Sebuah permintaan yang sangat tidak masuk akal Alya dengar. Tetapi dia harus mendapatkan uang segera.  Pelayanan apa yang Evan maksudkan untuknya. Tapi, dia sangat terdesak kal ini. Lalu, apa yang harus Alya lakukan? Menerima atau menolak, sedang masa depan yang ia punya sangat panjang?
Read
Chapter: Bab 116. Kembali Merajut
Alya kembali ke kamarnya. Niat hati ingin menenangkan diri, tapi justru ia kembali dibuat berdebar dengan setiap kalimat pernyataan yang Evan beri pada kedua orang tuanya. Nada dering pesan masuk membuatnya menoleh cepat ke arah meja rias, tempat ponselnya diletakkan. Sebuah pesan dari Vira.Vira: Lihat ini sekarang. Kamu harus tahu.Tautan video menyertai pesan singkat itu. Tanpa pikir panjang, Alya mengetuk layar. Jantungnya hampir berhenti ketika wajah Evan muncul dalam video. Konferensi pers. Mikrofon berjejer di hadapan pria yang pernah ia cintai begitu dalam, dan kini...“Nama saya Evan Ibrahim Sanders,” suara Evan terdengar tegas, namun ada getaran kecil dalam intonasinya. “Saya berdiri di sini bukan sebagai CEO perusahaan keluarga saya, tapi sebagai seorang pria... yang selama ini menyembunyikan bagian terpenting dalam hidupnya. Saya telah menikah. Lima tahun lalu.”Gemetar tangan Alya menggenggam ponselnya. Ia mundur selangkah, lalu terduduk di tepi ranjang.“Nama istri saya
Last Updated: 2025-06-02
Chapter: Bab 115. Ketegangan Ayah dan Anak
Suasana rumah itu sunyi, terlalu tenang untuk pagi yang seharusnya ramai oleh hiruk pikuk aktivitas. Udara dingin yang merembes dari celah jendela membuat ruangan tampak membeku, seolah waktu ikut berhenti menunggu ledakan yang akan segera terjadi.“Rumahmu terlalu sepi untuk orang yang sedang merayakan kemenangan besar,” suara itu dalam, tegas, dan penuh nada ejekan samar.Evan menoleh pelan. Pria yang berdiri di ambang pintu itu tinggi, dengan jas hitam rapi dan sepatu mengilap. Wajahnya menua, tapi masih menyimpan pesona yang dulu membuat banyak orang tunduk di dunia bisnis. Ibrahim.Ayahnya.“Kalau datang untuk memuji diri sendiri atas kemenangan perusahaan, kau bisa pulang sekarang,” kata Evan datar, lalu menyesap kopinya.Ibrahim tersenyum kecil dan duduk di sofa panjang tanpa diminta. Ia mengambil sikap seperti seseorang yang memiliki tempat itu.“Tidak, aku datang bukan untuk membahas perusahaan. Kita sudah lewat fase itu.”“Ayah bangga. Kamu bisa selesaikan masalah besar deng
Last Updated: 2025-06-02
Chapter: Bab 114. Kehadiran Ibrahim, Ayah Evan
Matahari pagi menyelinap pelan dari balik tirai jendela ruang makan yang luas dan penuh cahaya hangat. Aroma roti panggang dan telur orak-arik menggoda indra penciuman, menyatu dengan wangi lembut dari teh melati yang mengepul dalam cangkir porselen di atas meja.Alya duduk di salah satu sisi meja panjang, mengenakan blus putih santai dan celana linen abu-abu. Pasmina santai menghias wajah cantiknya, meski sederhana tetap membingkai indah wajahnya. Wajahnya masih menyisakan rona merah muda yang tak bisa ia sembunyikan, terutama saat matanya melirik ke arah pintu kamar yang tertutup rapat di lantai atas. Di sampingnya, duduk seorang anak laki-laki yang begitu ia sayang, dengan rambut ikal cokelat gelap dan mata besar penuh rasa ingin tahu."Mommy... Ayah Evan belum pulang, ya?" tanya Cale pelan, sembari menggigit roti panggangnya yang dioles mentega keju kesukaannya.Alya sedikit terkejut. Tangannya yang hendak meraih sendok berhenti di udara. Ia mengalihkan pandangan ke arah putranya
Last Updated: 2025-06-02
Chapter: Bab 113. Teh Jahe Hangat
Langkah-langkah pelan Alya menyusuri lorong rumah besar itu, sunyi diiringi suara detak jarum jam dinding yang bergema lembut. Di tangannya, sebuah cangkir keramik putih berisi teh jahe hangat beraroma kuat yang baru saja ia buat di dapur. Aroma rempahnya semerbak, seolah ingin menyembuhkan udara yang tegang beberapa waktu lalu.Sesampainya di depan pintu kamar Evan, Alya mengetuk pelan."Evan?" panggilnya, suaranya lirih.Tak ada jawaban.Ia mengetuk sekali lagi, sedikit lebih keras. "Aku hanya membawakan teh jahe. Untukmu."Masih sunyi. Tak ada sahutan dari dalam.Alya menghela napas kecil. Dalam hatinya, ia ragu. Tapi udara dingin malam yang masih menggantung dan bayangan wajah lelah Evan saat baru datang tadi membuatnya mantap untuk masuk. Ia mendorong pintu perlahan, memastikan tidak membuat suara gaduh.Saat pintu terbuka sepenuhnya, pemandangan yang menyambutnya membuat detak jantung Alya seketika melonjak.Evan baru saja keluar dari walk-in closetnya. Tubuh tegapnya terbuka ta
Last Updated: 2025-06-01
Chapter: Bab 112. Usaha Evan
Di rumah Evan, Alya sudah seminggu kembali dari rumah ibunya, suasana mencekam. Alya duduk di depan TV, menatap layar dengan wajah pucat. Vira ada di sampingnya, menggenggam tangan sahabatnya erat.“Kenapa mereka sejahat itu, Mbak? Aku… aku tidak pernah minta apa pun. Tidak pernah cari sensasi…” suara Alya gemetar. Jujur, ia tak pernah berpikir hingga sejauh ini sebab kembali masuk ke kehidupan Evan yang bahkan tidak ia inginkan. “Kamu harus tenang. Jangan berpikir macam-macam. Pak Evan pasti tidak akan tinggal diam.” Vira meyakinkan Alya dan menguatkan jika Evan pasti akan selalu berada di pihaknya. “Aku tak yakin, Mbak. Yang dihadapinya bukan hanya keluarga wanita itu. Tapi keluarganya juga.” Alya sungguh putus asa dan bingung di situasi seperti ini. “Pak Evan sudah berjanji. Dan dia tidak akan mengingkari. Kamu yakin itu,” tegas Vira meyakinkan Alya yang lemah saat ini. Ponsel Alya bergetar. Nama Evan muncul.“Alya…” suara Evan terdengar berat. “Aku minta maaf. Aku tidak bisa m
Last Updated: 2025-05-29
Chapter: Bab 111. Konflik Bisnis dan Cinta
Langit sore itu menggantung kelabu di atas gedung yang menujlang tinggi di ibu kota. Dari balik jendela lantai ruangan presdir yang berkuasa. Evan Mahardika memandangi awan yang mulai menebal, seakan menjadi pertanda akan datangnya badai. Namun badai itu bukan hanya milik langit—ia telah memasuki ruang kantornya lebih dulu.Pintu ruang direktur utama terbuka perlahan. Sosok tinggi tegap masuk dengan langkah pasti. Ibrahim Sandres, ayah Evan sekaligus pendiri bisnis yang kini Evan kendalikan, membawa serta aura tekanan yang membuat ruangan seketika mencekam. Setelan jasnya rapi, rambut peraknya disisir ke belakang, dan matanya—dingin dan tajam seperti belati."Kita perlu bicara," ujar Ibrahim tanpa basa-basi saat memasuki ruangan mewah sang pemimpin yang tak lain adalah anaknya sendiri. Evan berdiri dari balik mejanya. “Silakan, Ayah. Duduklah.”Namun Ibrahim tak duduk. Ia berdiri tegak, menatap Evan dari seberang meja seperti seorang hakim menatap terdakwa. Tatapan yang menghujam bak
Last Updated: 2025-05-29
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status