Chapter: Bab 83. Kebenaran yang DitakutkanCahaya lampu ruang perawatan menyinari wajah pucat Cale yang terbaring lemah di atas ranjang. Jarum infus tertancap di tangan mungilnya, membuat Alya tak sanggup menahan gemetar di tubuhnya. Ia duduk di kursi dekat ranjang, tangannya menggenggam jemari putranya yang dingin. Alya melirik ponselnya. Sudah hampir jam 12 malam. Hanya ada mereka di ruangan itu. Dunia di luar begitu sunyi, tapi hatinya penuh suara: kecemasan, rasa bersalah, ketakutan.Setelah ia memastikan Cale nyenyak tidurnya. Alya menuju ke sofa tunggu yang berada di seberang ranjang pasien. Ia ingin menghubungi seseorang yang selalu mampu menenangkan dirinya di kala hatinya sedang resah melanda. Dengan tangan gemetar, ia menekan nama yang tertera di layar: Vira. Satu-satunya orang yang tahu seluruh kebenaran.Sambungan terangkat dalam tiga dering. Suara khas Vira langsung terdengar, meski agak parau mungkin temannya itu akan tidur. “Alya? Ada apa? Kamu telepon malam-malam begini?” Belum sempat menjawab, Vira melanjut
Huling Na-update: 2025-05-07
Chapter: Bab 81. Ke Rumah SakitMesin mobil meraung pelan menembus kesunyian malam. Suasana di dalam mobil itu begitu hening, seolah-olah suara apa pun bisa membuat semuanya runtuh. Hanya ada detak jam digital dashboard dan hembusan napas tergesa dari seorang anak kecil yang tertidur dalam pangkuan ibunya—atau lebih tepatnya, tergolek lemah.Alya duduk dengan tubuh kaku, memangku Cale yang tampak pucat dan lemas. Tubuh mungil anak itu panas membara, membuat peluh Alya mengalir deras meski AC mobil dinyalakan cukup dingin. Tangannya tak henti membelai rambut anaknya dengan gelisah. Ia nyaris tak berani berkedip, matanya terus mengamati dada kecil Cale yang naik turun dengan napas cepat, tidak teratur.Kecemasan telah mencengkeramnya sejak telepon darurat dari pengasuh datang. “Bu, Cale demam tinggi dan muntah-muntah terus,” begitu katanya dengan suara panik. Tanpa pikir panjang, Alya langsung pamit dari makan malam bersama Evan dan berlari pulang.Kini, ia berada dalam mobil Evan. Pria yang sudah lima tahun tak ditem
Huling Na-update: 2025-05-06
Chapter: Bab 80. Mengikuti AlyaWajah itu—yang barusan bersikap tenang—mendadak menegang. Ia berdiri begitu cepat sampai kursi di belakangnya bergeser keras.“Ada apa?” tanya Evan, ia ikut penasaran dengan apa yang terjadi pada Alya tiba-tiba bangkit dari duduknya. “Maaf, aku… harus pergi. Maaf,” jawab Alya cepat. Ia meraih tasnya tanpa sempat meneguk air minum yang baru tersaji di atas meja makan mereka. Kabar yang baru saja ia dapat lebh penting dari pertemuan yang sama sekali tidak ia inginkan. “Biar kuantar,” kata Evan, mencoba berdiri di jalurnya. Evan menawarkan bantuan bantuan ketika melihat Alya tiba-tiba panik. “Tidak!” jawab Alya, lebih keras dari yang ia sadari. Pandangannya segera melunak, tapi ekspresi paniknya tak bisa ditutupi. “Maaf, Evan. Aku benar-benar harus pergi sekarang.”Evan memicingkan mata. “Alya, kau baik-baik saja? Setidaknya biar aku—”“Aku bilang tidak,” potong Alya, lalu berbalik dan berjalan cepat keluar restoran.Evan terdiam sejenak. Tapi nalurinya sebagai pria yang terbiasa deng
Huling Na-update: 2025-05-06
Chapter: 79. Makan MalamEvan.Ia berdiri tenang, mengenakan setelan jas gelap yang membingkai tubuh tingginya dengan sempurna. Rambutnya rapi, senyumnya tipis. Tapi mata itu—mata yang dulu menatap Alya dengan tatapan yang begitu sulit diartikan. “Nona Alya.” Suaranya terdengar ringan, seperti tak ada beban di antara mereka.Alya menahan napas. “Apa yang anda kerjakan di sini?”Evan melirik ke pintu ruang rapat yang tertutup. “Aku ada janji sama bosmu. Mau presentasi proposal kerja sama.”“Proposal?” Alya menyipitkan mata. “Anda sangat yakin sekali bisa bekerja sama dengan kami, Tuan,” ujar Alya meremeh kan keinginan Evan yang sulit untuk menembus kerja sama dengan perusahaannya. Evan tersenyum tipis, sejak pertemuan dan perbincangan kerja sama yang ingin Evan lakukan dengan perusahaannya. Memang, Alya seolah tak memberikan celah agar perusahaannya bisa melakukan kerja sama. Tentu saja, Evan tak akan menyerah begitu saja, sampai ia bisa bekerja sama dan akan sering bertemu Alya. Dan satu …merebut Alya kemba
Huling Na-update: 2025-05-05
Chapter: Bab 78. GelisahSudah dua malam berturut-turut Alya memandangi langit-langit kamar, dan tetap tidak menemukan jawab dari keresahan yang mengendap dalam dadanya. Cahaya remang dari lampu tidur membentuk bayangan samar di dinding, menari perlahan seiring hembusan udara dari pendingin ruangan. Suara detak jarum jam terdengar lebih keras dari biasanya, seolah menertawakan pikirannya yang tak kunjung tenang.Alya membetulkan selimut Cale yang melorot hingga pinggang bocah itu. Anak kecil itu tidur dalam posisi menyamping, memeluk boneka mobil cars yang selalu menemani. Napasnya teratur, damai. Tak seperti ibunya yang masih terjaga dengan pikiranya yang sedang menerawang oleh rasa cemas yang melandanya. Sejak Evan kembali, Alya merasa seperti kembali diceburkan ke dalam kolam kenangan yang dingin dan dalam. Dulu, ia sempat berpikir bahwa waktu akan menenggelamkan semua rasa. Tapi ternyata, waktu hanya menyimpannya rapat-rapat, dan kini membukanya kembali.“Mommy…”Suara lirih itu membuat Alya menoleh cep
Huling Na-update: 2025-05-05
Chapter: Bab 77. Pov AlyaLangit Tokyo sore itu mendung. Awan menggantung berat, seolah menahan hujan yang belum siap jatuh. Di dalam gedung kaca berlantai dua puluh satu itu, Alya duduk di balik meja kantornya yang minimalis. Di balik jendela besar, kota terlihat seperti lukisan yang buram. Tapi bukan cuaca yang membuat dadanya sesak sore itu—melainkan nama yang tertera dalam proposal kerja sama yang baru saja dikirimkan tim marketingnya."Evan Sanders."Dua kata yang langsung membuat darahnya surut ke ujung kaki. Dunia seolah berhenti berputar beberapa detik. Jantungnya berdetak lebih keras dari biasanya. Bukan karena gugup menghadapi kerja sama baru, tapi karena sosok Evan adalah masa lalu yang tak pernah ingin ia temui lagi—apalagi sekarang.Tangannya bergetar saat membuka slide presentasi yang dikirimkan perusahaan Evan. Ia membaca cepat, dan tak bisa membohongi dirinya sendiri: proyek ini sangat menjanjikan. Tapi yang lebih mengejutkan, ternyata Evan sendiri yang meminta untuk bertemu langsung dengannya.
Huling Na-update: 2025-05-04
Chapter: BAB 225Siang itu, mendadak suasana rumah sakit menjadi mencekam.Darren sudah keluar dari dalam ruang perawatan Rinaldi, ayahnya. Namun belum sempat Riana yang baru saja akan menghampiri putranya dan ingin bertanya tentang apa yang dilakukan Daren di dalam sana sudah dibuat terkejut dengan beberapa perawat yang saling berlari menuju ke ruang Reynaldi dengan tatapan mata yang terlihat panik.Bukan hanya Riana yang terkejut, Danisa pun ikut merasa panik dengan kejadian nyata yang saat ini dilihatnya.Lewat sorot matanya Ia pun bertanya pada Riana dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada Renaldi di dalam kamar perawatannya.Detak janur Riana berpacu kencang saat melihat para petugas medis berlarian yang tak lama diikuti oleh dokter pribadi Renaldi yang menangani langsung pria tua itu.“Apa yang terjadi?” Entah pada siapa Riana bertanya sebab Danisa dan Daren pun tidak mengerti dengan apa yang terjadi.Danisa mendekat ke arah Riana memeluk perempuan itu dengan maksud ingin menguatkan ji
Huling Na-update: 2024-10-20
Chapter: BAB 224Suasana ruang yang didominasi oleh warna putih itu begitu hening. Sambutan yang kini didapat oleh seorang pengusaha muda yang bernama Daren Raynaldi. Ya, dia sangat membenci nama Reynaldi yang begitu sangat dirinya benci. Daren begitu membenci nama itu. Sebab nama tersebut adalah nama dari pria yang memiliki aliran darah sama dalam tubuhnya. Nama yang begitu sangat dibencinya, sebab pria yang tak lain adalah ayahnya sendiri telah menorehkan luka yang begitu dalam untuk dirinya selama ini. Kini, dia dapat melihat penderitaan dari pria yang tak ingin ditemui olehnya itu. Pria yang sangat dibenci oleh Daren, kini tergeletak lemah tak berdaya. Bahkan, dirinya yakin untuk sekedar membuka mata pria itu tak akan mampu melakukannya. Daren masih berdiri di tempatnya, setelah dirinya usai menutup pintu ruang perawatan khusus yang hanya ada satu ranjang beserta pasien serta seluruh alat yang menempel dalam tubuh pria yang sudah sangat lemah tak berdaya. Ya, pria angkuh dan sombong itu sudah
Huling Na-update: 2024-10-19
Chapter: BAB 223Seperti yang Darren katakan kepada Danisa yang meminta untuk ditemani. Kini, keduanya sedang berada di dalam mobil menuju ke sebuah tempat yang Danisa sendiri pun belum mengetahui. Iya, Danisa belum bertanya pada sang suami sebab setelah darah mengajak dia harus disibukkan dengan mengurus kedua buah hatinya yang kemudian mengantar Ara dan Aiden menuju ke tempat sang nenek.Setiba di sana, kedua anak kembar itu pun langsung turun dari mobil. Sebab tak sabar untuk bermain bersama nenek dan tantenya.“Mom dan daddy nggak usah anterin arah ke dalam. Nanti biar Ara yang bilang sama nenek jika Mommy dan Deddy akan pergi.”Ara yang sudah tidak sabar itu meminta ayah dan sang ibu untuk segera berlalu dari kediaman sang nenek. Tetapi Danisa tak langsung mengiyakan, sebab dia pun ingin bertemu dengan sang Ibu dan meminta izin untuk menitip kedua buah hatinya di sini.“Mommy mau bertemu nenek dulu, Princess. Nanti setelah ketemu nenek baru Mommy dan Deddy akan berangkat.”Danisa tersenyum lembut
Huling Na-update: 2024-09-22
Chapter: BAB 222“Apa kamu sibuk hari ini?” tanya Daren tiba-tiba saat subuh dan keduanya sedang berada di atas ranjang saling berpelukan satu sama lain. Danisa yang berada dalam dekapan hangat suaminya itu mendongak. Menatap penuh tanya pada sang suami akan maksud yang hendak Daren katakan kepadanya itu. “Kenapa?” tanya Danisa, balik bertanya ingin memastikan jika Daren ingin mengajaknya pergi ke suatu tempat. Daren membalas tatapan sang istri. Memberikan usapan lembut ke lengan Danisa setelah aktivitas panas malamnya telah berlangsung. Keduanya tak langsung tidur setelah melakukan ibadah subuhnya. Saling mendekatkan diri, dan Danisa tak ingin banyak tanya atau berbicara kecuali jika itu urusan kedua buah hatinya. “Temani aku,’ ucap Daren singkat, tak langsung memberitahukan tujuannya ke mana akan pergi mengajak wanitanya. “Aku akan temani, jika kamu butuh aku. Tak perlu bertanya,” jawab Danisa, merekahkan senyum manisnya dan kembali mengeratkan dekapan hangat yang Daren berikan untuknya. Daren
Huling Na-update: 2024-09-17
Chapter: BAB 221“Jangan bicara begitu sama mama,” kata Danisa minta agar Daren mampu meredam emosi pada sang mama.DADanisa tak ingin melihat hubungan ibu dan anak itu menjadi renggang. Sebab, dia tahu seberapa besar rasa sayang dan pengorbanan Riana yang begitu besar dalam membesarkan Daren dulu. Daren tak menjawab, pria itu masih diam merasakan sentuhan lembut dari Danisa yang memeluk dirinya dari belakang tubuh tegapnya itu. “Mama akan sedih, jika kamu berkata kasar padanya. Bukankah selama ini kau selalu memperjuangkan kebahagiaan mama,” lanjut Danisa mengingatkan pada suaminya. Perjuangan yang Daren lakukan untuk mamanya begitu besar. Hingga dia mampu melawan ego menikah demi bisa memberikan cucu yang selalu dituntut oleh mamanya dulu. Daren menarik nafasnya dalam-dalam. Kemudian membuangnya secara kasar sebelum akhirnya membuka suara menjawab setiap kalimat yang terucap dari wanitanya itu. “Kau tak mengerti,” jawab Daren singkat. “Aku tahu, Daren,” bela Danisa untuk dirinya sendiri, yang
Huling Na-update: 2024-09-16
Chapter: BAB 220Riana menghentikan langkah kakinya saat Daren menyebut kata ‘tua bangka’. Riana berpikir, mengapa Daren bisa mengetahui rahasia yang masih dijaga olehnya dengan begitu baik. Dia pun berpaling, menatap Daren yang sedang berusaha menahan amarah. Riana tahu, jika Daren tidak akan meluapkan amarahnya di hadapan anak-anaknya. Riana sudah menyiapkan segala sesuatu untuk segala kemungkinan yang akan terjadi jika Daren akan marah kepada dirinya. “Kau tak boleh bicara seperti itu Daren,” tegur Riana dengan nada rendahnya sebab tak ingin menunjukkan perdebatan yang akan berlanjut kemarahan putranya tersebut. Daren diam, tak langsung menjawab apa yang dikatakan oleh ibunya itu kepadanya. “Sejak kapan Mama berhubungan lagi dengannya?” tanya Daren dengan suara dinginnya. “Dan untuk apa mama menemui tua bangka itu lagi. Itu sebabnya mama tak mau kembali lagi ke Singapura dan memilih menetap di sini.” Daren masih tak menunjukkan sikap ramahnya. Danisa yang semula bersiap menghidangkan sarapan d
Huling Na-update: 2024-09-10