"Bundaaaaaa!" Jevano berteriak begitu masuk rumah. Dia tidak peduli dengan suaranya yang menggema ke seluruh penjuru rumah.
"Apa, Sayang?" Juwita sedang ada di tempat favoritnya, kafetaria sebelah dapur. Dia beranjak dari sana dan mendatangi Jevano.
"Bundaaaa!" teriak Jevano sekali lagi yang tambah gunggungan padahal sudah melihat bundanya secara langsung.
"Apa, sih, Sayang? Anak Pak Jamal berisik banget, sih?" Juwita menerima bentangan tangan Jevano. Dia memeluk anaknya. "Bau asem."
"Bunda, ih," protes bocah itu.
Juwita terkekeh. Dia menyibak rambut Jevano ke belakang, menampilkan jidat anaknya yang semakin tampan saja jika dilihat. "Hahaha. Kamu diajak