Chapter: Sisi Yang Tak Diketahui Oleh ArikaNyatanya, Tuhan tidak membiarkan manusia untuk tahu segalanya. Bukan menjadikan sebuah ketidaktahuan sebagai alasan untuk dicela. Akan tetapi, terkadang lebih baik tidak tahu daripada tahu segalanya dan tak bisa sembuh dari luka. Ilmu terbatas juga sebuah anugerah, sama seperti ketika manusia bisa dan lekat dengan kata 'lupa'. Arika membuka pintu ruang kerja Johan dengan sangat hati-hati. Tubuhnya bahkan menunduk sedikit sarat akan segan dan tak mau ambil resiko. Sejenak, dia menilik ke seluruh ruangan dengan desain elegan yang dominan hitam putih itu, memastikan bahwa tidak ada alasan untuk takut dipanggil bosnya itu. "Oh, hai Arika!" Seruan Johan malah membuat gadis yang seperti kelinci ketakutan itu terlonjak. Suara bariton Johan dan tubuh tegapnya mendekati gadis itu dengan langkah yang sangat teratur. Sangat persis sekali dengan perawakan Tom Lembong tapi ini versi yang tidak lembut. "Apa kabar?" tanyanya lagi, membuat si gadis menggigit bibir bawahnya. "Bapak ada perlu apa, y
Last Updated: 2025-09-21
Chapter: Masa Lalu Yang MelekatWaktu yang berjalan mengiringi kehidupan manusia selalu memberikan kesan yang berbeda-beda dari satu masa ke masa. Kenangan indah atau kenangan yang tidak pernah diinginkan pun akan hadir untuk mengisi perjalanan usia. Tinggal manusia saja yang perlu menentukan arah; mau meninggalkannya di waktu dia mendapatkannya atau terus membawanya sampai tumbuh dewasa? Arika mengembuskan napas dalam dan duduk lagi di kubikel miliknya. Berjarak dua kubikel ke kanan, Fatina sedang mencuri-curi kesempatan untuk berbicara kepada sahabatnya. Akan tetapi, nihil adanya karena Arika kembali serius dengan laptop dan kerjaannya. Sepertinya kesempatan untuk ngerumpi harus ditunda dulu sampai waktu istirahat tiba. Untungnya tinggal tiga jam. Gawai Arika berdering saat dia hendak memindahkan file yang ada di benda itu ke laptop. Sengaja dia tidak mengunggahnya ke penyimpanan awan agar tidak gagal muat kalau internet sedang tidak mendukung. Terkesan sedikit ribet namun dia lebih menyukai cara klasik nan me
Last Updated: 2025-09-18
Chapter: Bosnya BosKejutan di hidup bisa saja membuatmu bahagia. Tapi tak satu juga yang mendapatkan kejutan yang lebih menyusahkan. Tergantung dari sudut pandang mana kamu melihatnya. Arika sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk di kubikelnya. Sudah hampir sebulan pekerjaan itu tidak disentuh olehnya sama sekali. Sungguh keterlaluan nasib di dunia ini. Bukan hanya dia yang terlahir jablay ternyata pekerjaannya pun juga. Ah, lebih tepatnya dia bukan jablay, tapi jomlo. Lalu Pandu? Seperti yang dia katakan kepada Fatina, dia masih tidak percaya dengan pernikahan mereka. Di kepalanya, semua itu tidak masuk akal. Sudahlah, dia harus serius lagi mengerjakan tumpukan kertas dan file yang ada di foldernya. Tidak lama setelah itu, dia baru saja menyelesaikan tiga pekerjaan utama untuk memindah ilustrasi yang diminta para klien ke dalam galeri bersama. Masih ada pekerjaan yang lain yang membutuhkan tenaga dan konsentrasinya. Akan tetapi hari tenang pasti sudah dihapuskan dari kalender hidupnya. Dengan la
Last Updated: 2025-08-30
Chapter: Kehidupan Yang Memuakkan Tapi DirindukanTerlalu lama berapa pada pusaran waktu dengan orang-orang yang sama kadang membosankan. Akan tetapi manusia selalu mempunyai rasa rindu jika sudah keluar darinya. Yang parah, jika mereka malah tenggelam dan tak bisa menyelamatkan diri dari hal tersebut. Arika memasuki lantai tiga, tempat dia bekerja dahulu. Dia berjalan di antara kubikel yang berjajar. Tidak seperti perkantoran biasa yang memiliki kubikel sempit, kantornya menyediakan kubikel yang cukup leluasa dan nyaman. "Arika?" Seseorang memanggil namanya. Arika pun menoleh dan mendapati Fatina yang berdiri di depan pintu ruang rapat. Segera, mereka berdua saling menghampiri. "Kangen banget." Arika memeluk Fatina dengan erat. Begitu juga dengan Fatina yang membalas pelukan itu dengan tak kalah eratnya. Melepas rindu memang momen yang membahagiakan serta mengharukan. "Gila. Kenapa lo enggak nelepon gue sih?" tanya Fatina dengan nada jengkel. Dia sedikit menggeplak pundak temannya. Namun seketika dia membelalak dan menark ta
Last Updated: 2025-08-23
Chapter: Kembali Masuk KerjaManusia sering menganggap remeh sesuatu yang telah dimilikinya. Mereka berpikir bahwa hal itu tidak akan bisa lenyap dari genggaman tangan. Namun bukan begitu cara semesta bekerja. Maka dari itu kita mengenal kata sakral yang sangat menyakitkan yang bernama kehilangan. Arika hanya diam saat para pelayan mendatanginya untuk menawarkan tempat duduk. Dia kesal. Duduk di atas anak tangga teras begini saja dijadikan masalah. Padahal dia belum merasa memiliki semua ini seutuhnya. Ya, sama dengan keraguannya tentang pernikahan mereka. Semua terdengar seperti dongeng. Para pelayan itu menjauh saat Pandu keluar dan menghentikan langkahnya di sebelah Arika. "Berdirilah. Kamu enggak mau, kan, terlihat seperti gembel dengan baju mahal begitu?" Arika tidak menjawab dan tetap duduk. Malas sekali memerespons ucapan lelaki yang sok berkuasa. Kalau bukan karena kepentingan perjanjian pasca nikah itu, mungkin dia sudah kabur saja dari rumah ini. "Arika, jaga sikapmu. Banyak pelayan yang melihat
Last Updated: 2025-08-22
Chapter: Sarapan Bersama PanduKadang jebakan dalam hidup tidak hanya untuk menjatuhkanmu. Akan tetapi terkadang ia juga menyelamatkanmu dari jebakan yang lebih mematikan. Arika sudah rapi dengan setelan kantoran semi kasualnya. Dia sudah memakai riadan tipis dan wajahnya terlihat sangat segar pagi ini. Akan tetapi pikirannya masih saja berputar pada ucapan Pandu kemarin malam bahwa mereka akan berangkat bersama.Gadis itu melihat wajahnya di cermin. Dia sendiri saja masih ragu dengan hubungannya bersama Pandu. Dia sengaja tidak mempermasalahkan pernikahan mereka lagi hanya karena menghindari konflik. Selagi dia dibiarkan berada di kamar sendiri dan privasinya terjaga dengan baik, dia tidak akan protes. Toh selama ini Pandu tidak menjamahnya. Dugaannya semakin kuat bahwa mereka hanya sedang bersandirwara menjadi sepasang suami istri.Namun, selagi semua yang dia dapatkan bisa menguntungkan dirinya, bersandiwara pun tidak jadi masalah. Dia malah akan melayani dengan senang hati, mau sampai mana Pandu membawa sandiw
Last Updated: 2025-08-21
Chapter: Expart 1"Jairaaaa!"Jevano segera menghampiri adiknya yang sekarang berusia tiga bulan. Dia melepas tas punggungnya dan meletakkan benda tersebut ke sembarang tempat. Adiknya ada di stroller depan rumah karena sedang waktunya mandi matahari. Lelaki itu langsung menciumi wajah bayi tersebut sampai membuat si bayi bangun."Pulang-pulang yang disapa bukan bundanya malah adiknya dulu." Juwita duduk di teras sambil menjaga bayi perempuannya. Di atas pangkuannya ada buku sketsa rancangan baju dan alat tulis.Jevano nyengir. Dia baru saja pulang dari menemani ayahnya ke Swiss untuk perjalanan bisnis. Karena Jamal berangkat bersama Suwono, Jevano dan Syahid langsung minta ikut saat tahu bahwa orang tua mereka akan menuju negara yang sama. Walhasil, dua pasangan bapak dan anak itu harus
Last Updated: 2023-12-15
Chapter: Keluarga Jamal 2Hari ini adalah hari yang paling ditunggu.ANAK PEREMPUAN JAMAL DAN JUWITA LAHIR.Dua lelaki yang sedari masuk rumah sakit penuh dengan kepanikan, kekhawatiran dan kebahagiaan itu masih belum beristirahat sama sekali. Juwita masuk ke operasi karena air ketubannya sudah pecah saat di rumah.Akan tetapi, semua itu terbayar saat terdengar tangisan bayi dari dalam. Jamal yang diminta untuk menemani Juwita pun sampai menangis saat menggendong bayinya. Rasanya lega sekali. Tuan dan Nyonya Anggari datang setelah Arjuna dan Hellen. Bahkan Arjuna dan Hellen sampai berpelukan saking bahagianya.Jevano yang tersenyum bahagia harus tertawa melihat om dan tantenya yang jadi canggung. Lucu sekali.Otomatis, rumah utama keluarga Anggari dipenuhi dengan hadiah dan ucapan selamat. Jevano pun sampai bosan sekali melihat satpam keluar masuk pintu utama untuk mengirimkan paket yang datang. Apalagi saat buka kado. Terlalu banyak sampai dia muak."Baju lagi, Yah.
Last Updated: 2023-12-14
Chapter: Keluarga Jamal"Ayah, tadi itu siapa?" tanya Jevano saat mereka memasuki rumah.Jamal berjalan cepat di depan Jevano dan tidak ada niat untuk menjawab pertanyaan anaknya yang sedari tadi dilontarkan."Ayah, tolong jawab." Jevano agak meninggikan nada bicaranya. Dia sebal karena diabaikan oleh sang ayah."Bukan urusanmu, Jevano Kalindra!" Jamal menghadap anaknya. "Gara-gara kamu yang berantem, Ayah harus bertemu dengan dia!"Pemuda itu tersentak. Ayahnya terlihat sangat marah. Dia tidak pernah melihat mata ayahnya yang membelalak dan wajah merah padam ditujukan kepadanya.Di sisi lain, Juwita yang mendengar ada keributan di ruang tengah, berusaha bangkit dari kasurnya. Itu pas
Last Updated: 2023-12-13
Chapter: Panggilan Ke SekolahJevano menatap pusara ibunya dengan mata yang masih sembab. Dia memakai kemeja putih dan celana bahan hitam, masa dengan Jamal dan Lukman. Juwita berdiri di samping anaknya dan memeluk pundak lelaki itu. Air mata mereka belum kering. Sama seperti tanah persemayaman akhir Bunga.Semua orang sudah kembali, meninggalkan pemakaman."Aku masih mau di sini." Jevano berucap saat merasakan kedatangan seseorang. Dia yakin itu adalah salah satu sopir keluarganya."Jev," ucap Juwita yang tidak tega melihat wajah sedih anaknya.Jevano menggeleng. Waktu yang begitu singkat dia rasakan bersama ibunya belum cukup. Dia ingin melepas kepergian ibunya untuk yang terakhir kali. Dia masih ingin di sini lebih lama lagi.
Last Updated: 2023-12-12
Chapter: Permintaan BungaJuwita menatap Jevano yang sedang duduk terdiam di ruang tunggu rumah sakit. Sesekali dia mengusap pundak anaknya dengan lembut untuk menenangkannya. Suaminya duduk di sisi kanan Jevano. Sedangkan Lukman, pria itu sedang mengurus administrasi."Udah jam sepuluh malam, Sayang. Kamu enggak mau pulang?" tanya Juwita kepada sang anak. Dia tahu ini adalah pertanyaan yang agak ceroboh, tapi dia juga tidak bisa membiarkan anaknya terus-terusan begini."Bunda sama Ayah pulang aja dulu. Aku di sini sama Om Lukman." Jevano berusaha untuk tidak meneteskan air matanya. Sedari tadi, dia diliputi oleh kekhawatiran akan keadaan sang ibu di dalam ruang operasi. Sudah sepuluh jam dan belum ada tanda-tanda operasi ibunya selesai."Besok kamu mulai sekolah lagi, Jev." Juwita mengusap lembu
Last Updated: 2023-12-11
Chapter: Berbicara Dengan Bunga"Kamu kenapa, sih, Jae?" Pertanyaan Juwita itu muncul saat melihat suaminya yang tidak fokus. Padahal mereka sedang menikmati waktu berdua setelah lebih dari dua minggu Jamal menghabiskan waktu untuk mengurus proyek barunya dengan klien dari Kanada. Jamal sendiri yang melakukan observasi tempat di restoran ternama.Pria itu tersadar. Dia memaksakan senyum tipis seraya menggeleng. "Enggak papa. Aku cuma kepikiran Jevano aja, Bae."Juwita menatap suaminya lekat dengan penuh pengertian. Dia paham perasaan Jamal sekarang. "Kak Bunga pasti menepati janjinya, Jae. Aku yakin."Jamal membalas tatapan sang istri. "Tahu dari mana?" tanyanya meragu."Aku udah bicara sama Kak Bunga. Sama Jevano juga. Toh, Jevano juga enggak abs
Last Updated: 2023-12-10