Lucien dan Lizbeth saling berpegangan tangan, penuh keyakinan.
“Lucien, mungkin sebaiknya kamu belikan saja aku alat tes kehamilan. Jika memang sudah pasti, kita sendiri yang pergi ke rumah sakit untuk mengecek kehamilan. Bagaimana?” tanya Lizbeth seraya menatap dalam-dalam Lucien.
“Oke. Jika kamu maunya seperti itu.”
Saat itu juga Lucien meminta seorang kru pergi menggunakan helikopter, untuk membeli alat tes kehamilan ke darat. Saat menunggu, Lucien tidak bisa diam. Dia seperti setrikaan, maju-mundur. Lizbeth yang tengah menyantap makanan ringan hanya tersenyum melihat kekasihnya cemas.
Namun, di satu sisi Lizbeth juga merasa cemas. Sesekali dia akan mengelus perutnya, dan berharap jika itu benar.
Ketukan pintu terdengar dari luar, Lucien langsung membukanya. Seorang kru memberikan satu kantong plastik, dan membelikan beberapa alat tes kehamilan. Dengan sigap Lucien menyerahkannya kepada Lizbeth.
“Sayang, semangat!” kata Lucien.
Lizbeth tersenyum dengan rasa letih yang dirasanya. “