Keesokan harinya, Ivy diantar ke ruang rehabilitasi oleh Evan menggunakan kursi roda. Tubuhnya masih lemas, namun mau tidak mau ia harus melakukan terapi agar cepat pulih.
Setelah memasuki ruang rehabilitasi, di sana sudah terdapat dokter dan perawat yang sedang menyiapkan peralatan.
Sambil menunggu terapi dimulai, Evan berjongkok di hadapan Ivy. Ia tersenyum kecil.
“Hari ini kita mulai terapinya ya, kamu harus yakin kalau kamu pasti bisa sembuh,” ucap Evan lembut.
Ivy tidak membalas ucapannya, namun Evan tetap tersenyum dan menggenggam tangan Ivy. Berusaha menguatkan wanita itu.
Fisioterapis yang bernama Bu Laras mendekat ke arah mereka dengan senyuman yang terpampang di wajahnya.
“Selamat pagi Pak Evan dan Bu Ivy, hari ini kita akan latih respons syaraf di tangan dan kaki ya. Kalau masih susah ngga perlu dipaksa, Bu Ivy hanya perlu rasakan dan melakukan perintah secara perlahan,” jelas Bu Laras.
Evan mengangguk. “Baik dok,”
Evan kembali menatap Ivy dan membisikkan sesuatu ke telin
