Jaxton mematikan sambungan conference meeting setelah ia menutup pertemuan dengan para staf Quinn Entertainment.
Saat waktu baru menunjukkan pukul dua belas siang, dimana seharusnya dia masih bekerja di Gedung Quinn Entertainment. Namun ketika pagi tadi seorang gadis dengan wajah secantik boneka dan tubuh yang memukau memasuki ruangannya untuk melakukan interview sebagai Sekretaris Eksekutif, ia pun tak mampu lagi menahan hasratnya. Audriana Camelia. Seulas senyum tipis terukir di bibir pink pucat itu kala mengingat bagaimana sensualnya tubuh perawan yang dimiliki gadis itu. Semuanya masih begitu alami, begitu murni dan mulus kencang serta memikat. Kulit kuning langsat Audriana yang beraroma apel membuat Jaxton tergila-gila, hingga tanpa sadar ia telah menciptakan belasan jejak kemerahan serta gigitan gemas di beberapa tempat di tubuh Audriana. "Ah, shit!!!" Jaxton mengutuk reaksi tubuhnya yang langsung panas dan mengeras maksimal ketika otaknya telah dipenuhi bayangan sensual tubuh satu-satunya gadis yang ia telah ia hisap madu keperawannya. Ia bahkan sama sekali belum merasa puas menikmati tubuh itu. Ia masih ingin bercinta dengan penuh gairah panas dan liar dengan Audriana. Dan hal itu sangatlah aneh, mengingat Jaxton tidak pernah sudi mengulang percintaan dengan wanita mana pun, secantik dan seseksi apa pun, lebih dari satu kali. Tubuhnya. Ya, mungkin karena itu. Tubuh Audriana memang luar biasa menawan, jika ia boleh memuji. Meskipun gadis itu menutupinya dengan pakaian kerja yang longgar dan tidak menarik ketika pertama kali ia memasuki ruang kerja CEO, namun sebagai player kelas berat, Jaxton pun seketika dapat langsung mengenali sebutir berlian yang berkilau dari balik tumpukan debu. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan mesum Jaxton yang mulai melantur kemana-mana mengenai Audriana. "Masuk!" Pintu itu pun terbuka, dan masuklah seorang lelaki muda berparas tak kalah tampan dari Jaxton. "Maaf, Tuan Jaxton. Apa anda memanggil saya?" "Masuklah, Geo!" Tukas Jaxton kepada ajudan pribadinya yang bernama Geovan Aditya. Ajudan itu pun menutup pintu dan masuk ke dalam ruang kerja Jaxton dengan langkah ringan. Ia berhenti tepat di depan meja kerja Tuannya dan membungkuk penuh hormat. "Apa ada yang bisa saya bantu, Tuan?" Jaxton tak langsung menjawab. Sejenak ia kembali meraih sebuah dokumen yang mungkin sudah puluhan kali ia baca. Bahkan Jaxton pun sudah menghapalnya di luar kepala. Dokumen yang berisi riwayat hidup serta sisi-sisi kehidupan seorang Audriana Camelia. Gawat. Ia harus segera mengenyahkan Audriana dari pikirannya. Jaxton tidak suka mengetahui kalau seorang wanita telah membuatnya kacau dan sulit berkonsentrasi bekerja. "Bawakan lima orang wanita paling cantik, seksi dan mahir di ranjang untuk melayaniku, sekarang." Jaxton berucap dengan tatapan netra zamrud yang menghujam setajam elang kepada Geovan. Ajudan itu sama sekali tidak terlihat kaget dengan permintaan gila bosnya itu. Jaxton Quinn telah terkenal dengan hasrat seksual yang meledak-ledak, dan dilayani oleh lima orang jalang adalah hal biasa baginya. Dengan wajah datar, Geovan pun mengangguk. "Baik, Tuan. Apakah ada lagi permintaan Tuan yang ingin disampaikan?" "Tidak Geo, itu saja. Pergilah dan bawa mereka segera ke hadapanku." Dengan menekan perasaan ingin bertanya tentang kondisi Audriana, Jaxton pun mengusir Geovan agar segera pergi dari ruangannya. "Baiklah, Tuan. Kalau begitu saya permisi dulu." Geovan menundukkan kepalanya sebelum ia mundur dan membuka pintu. "Tunggu." Suara berat itu membuat Geovan serta merta menghentikan langkahnya dengan satu tangan yang masih berada di pegangan pintu. "Bagaimana kondisi Audriana?' Shit!! Jaxton mengutuk dirinya sendiri ketika ia ternyata tidak mampu untuk menahan rasa penasaran kepada gadis yang telah ia klaim sebagai miliknya itu. "Nona Audriana tadi mengamuk, Tuan. Ia marah sekali ketika tidak diperbolehkan pergi dari rumah ini." Jaxton menaikkan satu alisnya dengan ekspresi tertarik. Seulas senyum yang teramat tipis hingga hampir tak kentara terlukis di bibir pink pucatnya. Ah, kelinci kecilnya itu ternyata bisa mengamuk juga. Menggemaskan sekali! "Tapi semuanya sudah aman terkendali, Tuan Jaxton. Dia sudah disuntik obat tidur dan sekarang sedang beristirahat di kamarnya," Geovan pun kembali menginformasikan. "Bagus, kalau begitu sekarang pergilah." Sepeninggal Geovan, Jaxton pun langsung mendesah berat. Ia melepaskan jas abu-abu gelap serta dasinya, lalu melemparkan semua benda itu dengan asal ke atas sofa. Aaah!!! Kenapa tubuhnya sepanas api yang membara, membayangkan Audriana yang sedang terlelap di atas ranjang? Sial. Sungguh, ia akan menghilangkan bayangan Audriana dari otaknya dengan bercinta habis-habisan dengan lima orang jalang yang dibawakan Geovan! *** "Oh yes... Ah, Audriana. Ssshh... Kau hebat sekali." Jaxton menggerak-gerakkan bokongnya untuk mendorong tongkat besarnya yang memiliki panjang di atas normal itu ke dalam mulut seorang wanita yang melahapnya dengan rakus. Sedari tadi ia terus meracaukan nama Audriana, meskipun bukan Audriana yang sedang mengulum juniornya. Empat orang jalang sudah tergeletak pingsan tak berdaya di atas karpet, di atas sofa, di kursi kerja serta di atas meja akibat ulahnya yang brutal dalam melampiaskan nafsu yang seakan tidak bisa padam. Tinggal satu orang wanita bayaran yang terlihat masih mampu melayaninya, meskipun terlihat sekali wajahnya begitu lelah. Sejak tadi ia terus berusaha mengulum milik Jaxton walaupun kesulitan karena ukurannya yang super extra large. Tiba-tiba Jaxton menjambak rambut bercat pirang panjang wanita itu untuk menarik kepalanya dengan kasar lalu membanting tubuh telanjangnya ke atas meja. "Menungginglah, bitch!" Titahnya dingin kepada wanita yang sekujur tubuhnya telah gemetar kelelahan karena beberapa jam tanpa henti melayani nafsu binatang Jaxton. Jaxton menyodok lubang kenikmatan wanita itu dengan sangat kasar dan tanpa ampun, membuat wanita yang sedang menungging di atas meja itu pun menjerit-jerit kesakitan. Namun ia tak berdaya sebab Jaxton mencengkram pinggangnya dengan keras. "Tuan, ampun! Hentikaan!" Jerit wanita itu sembari mencakar-cakar permukaan meja dengan kukunya yang panjang bercat merah dan telah rusak, akibat cakaran tanpa sadarnya di permukaan kayu jati yang solid itu. Namun seakan tuli, Jaxton terus saja menyodok dengan kuat. Pinggul kokohnya bergerak dengan cepat maju mundur tanpa jeda, tak membiarkan detik demi detik yang berlalu begitu saja tanpa kenikmatan yang memenuhi setiap pori-pori kulitnya. "Audriana... Audriana... aaaakhhh!!" Jaxton terus meracaukan nama Audriana seperti seseorang psikopat yang sangat terobsesi pada targetnya. Ia tak pernah puas setiap kali membayangkan wajah dan tubuh molek seindah bidadari yang membuatnya gila. "Fuck!!!" Jaxton pun memaki keras ketika menyadari bahwa wanita jalang ke lima yang melayaninya ternyata juga telah ikut tak sadarkan diri. Aaaarggh, ada apa dengan dirinya? Kenapa hasratnya sangat sulit dipadamkan?? Jaxton telah membuat lima wanita penghibur dengan jam terbang yang tinggi pingsan, namun rudal raksasanya masih saja tegak berdiri dan tidak ada tanda-tanda akan istirahat sama sekali. Lelaki itu pun menyugar rambut coklatnya yang berantakan sambil tertawa kasar. Sesungguhnya satu-satunya yang mampu menidurkan juniornya ini adalah Audriana, itulah kenyataan yang ingin ia sangkal sejak mengenal gadis cantik berambut panjang itu. Meski masih ingin terus menyangkal, namun ia tidak bisa lagi mengabaikan rasa sakit karena nafsu yang tak terselesaikan. Maka dengan cepat, Jaxton mengenakan bath robe hitam yang tersedia di dalam lemari ruang kerjanya, lalu segera menelepon Geovan ajudannya. "Geo, aku minta kau bersihkan ruangan kerjaku ini. Usir dan bayar para jalang ini dengan harga setinggi mungkin agar mereka mau menutup mulutnya. Dan bawa Audriana ke ruang makan, sekarang." ***"Maaf, jadi kamu yang menyetir." Geovan berucap seraya menyandarkan tubuhnya dengan lemas di kursi penumpang. Kedua matanya terpejam rapat, napasnya masih pendek-pendek dan keringat dingin membanjiri di sekujur tubuhnya, membuat kemeja hitam yang ia kenakan terasa lengket di kulitnya. Kania yang sedang fokus menyetir pun menoleh ke arah suaminya seraya tersenyum maklum. "Nggak apa-apa. Kamu kan lagi sakit," sahutnya. "Udah, tidur aja dulu. Kepala kamu masih pusing kan? Nanti kalau sudah sampai rumah, aku bangunin deh." Geovan hanya mengangguk pelan, dengan mata yang masih menutup. Bukan hanya kepalanya saja yang pusing, tapi perutnya pun terasa mual seperti diaduk-aduk. Eugh. 'Tadi aku makan apa sih??' keluhnya dalam hati. Rasanya tak ada yang aneh, karena Geovan baru mengisi perutnya dengan sarapan tadi pagi, sebelum ia buru-buru berangkat lebih dulu ke kampus Kania untuk memberikan kejutan pada istrinya. Dan siang ini ia juga belum makan apa pun, karena Audriana yang ma
"Baby! Kamu pendarahan!" Suara Jaxton yang terdengar penuh getaran kecemasan pun adalah yang terdengar selanjutnya, tak pelak membuat semua orang menatap ke arah suami istri itu dengan penuh rasa ingin tahu. Tak menunggu lama, lelaki bule bernetra zamrud itu pun segera membopong istrinya. "Tunggu! Aku ikuut!!" Kania berteriak dan menarik tangan suaminya untuk mengekori Jaxton yang terus berlari membawa Audriana di dalam dekapannya. "Minggir!" Desis Jaxton geram ketika beberapa orang mengabadikan momen itu ke dalam ponsel mereka sehingga menghalangi jalan keluar. "Jaxton, tunggu. Pakai helikopterku saja," ucap Geovan tiba-tiba sambil menunjuk ke arah rooftop gedung. Kania pun mendelik ke arah suaminya. Dia saja tadi berangkat ke venue acara dengan bermacet-macetan di jalanan kota Jakarta, sementara suaminya dengan santainya naik helikopter?! Menyebalkan. Jaxton mengangguk, seraya mengutuk dirinya sendiri kenapa tidak berpikiran untuk menggunakan helikopter juga. Akan jauh le
Halo, teman-teman. Author di sini cuma mau menginfokan, bahwa buku ini sebenarnya sudah tamat ya. Namun, aku mau menambahkan beberapa Extra Part di buku ini juga, dan untuk mulai terbit kapan masih belum tahu ya, hehe. Karena aku masih fokus menulis buku baru, The Sexy Stranger (udah baca belum? Btw, untuk kisah Geandra dan Jordan, bukunya sudah ada dan sudah tamat, namun ada di aplikasi lain yang tidak bisa aku bawa ke sini, karena di sana kontrak eksklusif, maaf yaa 🙏🤗 kalau masih mau tanya2, boleh langsung aja DM aku di blackauroranovels ya. Oh iya, judul buku Gea-Jordan adalah : Enemy In Love. Baiklah, terima kasih sudah membaca buku Let Me Go, Mr. CEO, makasih untuk ulasan dan gems-nya juga. Love kalian semua. -Black Aurora-
***LIMA BULAN KEMUDIAN*** Saat ini Kania sedang berada di podium di atas panggung, berdiri dengan penuh percaya diri di depan ribuan peserta wisuda. Sebagai mahasiswi dengan nilai IPK tertinggi, dirinya diminta untuk mewakili Fakultas Psikologi untuk memberikan pidato perpisahan. Manik beningnya menatap ke seluruh penjuru dan memberikan kalimat-kalimat motivasi, sebelum akhirnya ia pun menyudahi pidatonya yang diiringi oleh tepukan riuh dari para peserta wisuda serta keluarga yang mendampingi. "Kamu keren banget!" Seru Audriana dengan wajah yang berseri-seri sembari memeluk Kania hangat. Wanita yang kini kehamilannya telah memasuki tri semester akhir itu pun kemudian kembali duduk bersama Kania di kursi, bersama Jaxton yang berada di sampingnya. Kedatangan suami istri selebriti ini sempat membuat heboh pada awalnya. Bahkan pihak unversitas yang tidak tahu bahwa salah satu mahasiswinya telah mengundang seorang CEO agensi artis beserta istrinya, yang tak kalah tenar dari artisnya
Kania terkagum-kagum mengamati bagaimana Geovan dengan aura CEO-nya yang bersinar itu memberikan setiap perintah kepada anak buahnya. Dan gadis itu pun takjub saat mengetahui bahwa persiapan pernikahan 'dadakan' mereka telah siap hanya dalam empat jam! Geovan benar-benar mengerahkan segala sumber dayanya sebagai CEO untuk mewujudkan apa yang ia inginkan dalam waktu yang terbilang sangat singkat, sebuah perayaan yang digelar di rumah milik keluarga Aditya. "Maaf karena cuma bisa memberi pernikahan yang sederhana, Sayang. Aku hanya ingin kita sah sebagai suami istri. Untuk perayaan yang lebih maksimalnya akan diselenggarakan bulan depan. Is that okay?" Suara maskulin Geovan dan belaian lembutnya di puncak kepala Kania membuat gadis itu pun sontak meleleh. Gimana nggak makin jatuh cinta coba? Dan yang dibilang 'sederhana' bagi si sultan blasteran Korea itu saja sudah menghabiskan dana hampir 5 milyar! Meskipun diadakan di rumah, namun tetap saja semuanya begitu mewah. Taman lu
"Sakit ya?" tanya suara maskulin yang mengalun lembut itu. Kania menggigit bibirnya kuat-kuat untuk menahan nyeri luar biasa di bagian bawah tubuhnya. Cairan bening yang tumpah di wajahnya sebagai bukti, betapa dirinya berusaha menahan semua kesakitan itu, dan yang juga membuat Geovan tidak tega. "Mau kuhentikan?" Bisik lelaki itu sambil mengecup kedua kelopak mata Kania yang basah. "Tidak, lanjutkan saja. Semua rasa sakit ini adalah hakmu," sahut Kania lembut. Meski sakitnya seperti ada yang memotong tubuhnya menjadi dua dengan pisau, tapi Kania lega karena kini dirinya yang utuh, telah dipersembahkan untuk satu-satunya lelaki yang ia inginkan dan berhak mendapatkannya. Geovan mengecup lembut bibir sewarna jingga itu dengan penuh perasaan cinta, yang serasa tumpah ruah hanya untuk Kania.Meskipun Kania menangis kesakitan, but it feels magical. Penyatuan cinta mereka terasa indah bagi Geovan yang sudah sejak lama mendambanya. Kania yang manis, Kania yang lucu, Kania yang selalu