Dokter menatapku sebentar. “Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi…”
Aku langsung lemas. Suara dokter menghilang di antara detak jantungku yang kacau. Kepala mendadak terasa berputar. Namun, kemudian dokter melanjutkan ....
“… Dia masih bernapas. Tapi kondisinya sangat kritis. Kami butuh donor darah segera, golongan darah pasien B negatif."
Aku tercekat. Setahuku itu termasuk golongan darah langka. Sementara golongan darahku tidak sama dengannya.
Mas Azzam memekik, “Apa gak ada di bank darah?”
Pria dengan berjas putih itu menggeleng. "Sayangnya persediaan di bank darah sedang kosong."
Aku masih berdiri terpaku di depan dokter. Kata-katanya menggema di kepala seperti dentuman yang seakan memecah kepala. "Kondisinya kritis. Kami butuh donor darah segera."
Tangan dan kakiku mendadak dingin. Aku menoleh ke arah Rayyan, yang masih tertidur dalam pelukanku, tak tahu apa yang sedang terjadi.
"Ya Allah, Tolong selamatkan suamiku!"
Sejak tadi aku tadi air mata yang keluar, dan suara y