Haura duduk di tepi ranjang, menatap amplop tipis di atas meja kecil di sampingnya. Ukurannya sangat kecil, mirip amplop THR lebaran.
"Buka gak, ya," gumam Haura ragu.
Kertasnya masih terlipat rapi, seperti tak ingin isinya dibaca. Sejak pulang dari pertemuan dengan Rama, ia belum sempat menyentuh benda itu. Tapi rasa ingin tahu dalam dirinya sudah berputar seperti angin ribut.
Perlahan, Haura membuka lipatannya. Di dalam, hanya satu lembar kecil.
Haura memasukkan kembali kertas kecil itu ke dalam amplop. Belum sempat membaca. Debaran jantungnya membuat ragu.
Ia akhirnya memuturkan keluar kamar. Menuju pintu kamar di sebelah kamarnya, kemudian mengetuk pintu.
Tak perlu menunggu lama. Pintu terbuka dan memunculkan Lysandra. Wajah iparnya tampak sedikit gelisah.
"Ray belum pulang?" tanya Haura kemudian.
Waktu sudah menarik ke angka delapan. Biasanya Rayyan tak pernah pulang lewat dari jam tujuh malam.
Lysandra menggeleng. "Aku gak tahu, Mbak. Tadi terakhir kali tadi chat habis magrib