Sheina membuka matanya dengan perlahan, ia memegang perutnya sendiri, ia langsung terkejut karena perutnya sudah tidak membesar lagi. Hampir saja ia histeris kalau tidak ada dokter yang sedang memeriksanya saat ini.
“Ibu sudah sadar?” tanya dokter tersebut dengan ramah.
Sheina hanya mengangguk saja. Ia masih khawatir dengan keadaan kedua anaknya. “Di mana kedua anak saya, Dok?” tanya Sheina dengan pelan nyaris tak terdengar karena suaranya pun begitu lemah.
Dokter tersenyum, paham dengan kekhawatiran yang Sheina rasakan sebagai seorang ibu.
“Ada di ruangan NICU, Bu. Alhamdulillah keadaan mereka terus membaik dan bisa bertemu dengan Ibu nanti ya sambil diberi asi untuk pertama kalinya,” jelas dokter.
Tentu saja Sheina tersenyum haru, ada perasaan lega karena kedua anaknya baik-baik saja. Keduanya kuat bahkan sangat kuat walaupun ia berkali-kali merasakan sakit batin dan fisiknya.
“Boleh mereka dibawa ke sini, Dok?!” pinta Sheina dengan penuh harap.
Dokter mengangguk karena tak perlu ad