Hening. Tak ada yang berbicara. Yang terdengar hanyalah suara penyiar berita yang terus menjelaskan latar belakang rekaman itu.
Namun, satu hal yang pasti—semua orang di dapur kini terpaku pada layar, dengan pikiran yang penuh tanda tanya.
Tak satu pun dari mereka berkedip. Semua mata terpaku pada layar televisi, menatap sosok Ayu yang masih terpampang jelas dalam rekaman berita.
"Ayu menantu gubernur?" suara Fatima terdengar gemetar.
Mereka saling pandang, seolah berharap ada yang bisa memberikan jawaban masuk akal. Tapi tak ada yang bersuara.
Indri, yang masih memproses informasi di kepalanya, akhirnya bersandar di kursi. Tangannya terlipat di atas meja makan. "Menurut kalian, apa Pak Baim tahu soal ini?"
Sari, yang sejak tadi diam, akhirnya menatap Indri. "Kalau dia gak tahu, gimana?"
Indri menarik napas, lalu menyilangkan tangan di dadanya. Matanya menyipit, seakan mencoba menyusun kepingan teka-teki yang baru saja terbuka.<