Tempat biasa ....
Aura mencemberutkan bibirnya. Sebenarnya dia tidak ingin pergi. Beberapa hari terakhir sejak masuk ke perusahaan baru, kesibukan yang bertubi-tubi nyaris membuat Aura melupakan keberadaan Jose.
Jadi, saat tiba-tiba menerima pesan darinya, Aura refleks merasa sedikit gentar. Terlebih lagi, setiap kali bertemu, sisi Jose yang gila dan tak terkendali selalu membuatnya merasa takut.
Saat dia masih melamun, ponselnya kembali bergetar. Kali ini sebuah panggilan masuk. Melihat nama Efendi di layar, Aura pun mengangkatnya.
"Hei, Bu Wakil Presdir. Sibuk sekali kamu sekarang ya?"
Aura memijat lehernya yang pegal dan malas menanggapi candaan itu. "Ada apa? Langsung saja."
"Dananya sudah masuk. Sudah mutar ke luar negeri dulu, nggak ninggalin jejak apa pun. Kirim nomor rekening, aku transfer sekarang."
Aura baru tersadar bahwa hampir lupa menyelesaikan urusan penting ini. "Oke, terima kasih. Langsung saja kirim ke lembaga amal, ya."
Sebenarnya, uang itu dia minta hanya untuk mema