Mata Aura berkaca-kaca, lalu tersenyum. "Nggak peduli apa maksud Nyonya Riana, aku rasa kamu sudah berpikir terlalu berlebihan."Riana menatap Aura dengan ekspresi seolah-olah mengerti segalanya. "Hehe. Nona Aura, jangan berbohong lagi. Kita ini sesama wanita, kamu rasa aku nggak tahu apa yang sedang kamu pikirkan? Tapi, jadi orang itu harus tahu diri. Dari segi status keluarga, kamu kalah dari Winona. Dari segi keistimewaan, kamu juga nggak bisa menandingi Sherly.""Aku sangat mengerti Jose ini, dia hanya masih belum bosan denganmu. Tapi, kalau sudah bosan, nasibmu akan berakhir dengan sangat menyedihkan."Setelah mengatakan itu, Riana bersandar di kursi dengan ekspresi puas. "Kalau aku jadi kamu, aku akan menghilang sekarang juga agar nanti nggak mempermalukan diri di seluruh lingkaran sosial Jakoro. Takutnya Grup Tanjung juga akan ikut hancur."Kalimat terakhir itu jelas merupakan ancaman bagi Aura. Gosip memang tidak akan menghancurkan Grup Tanjung, tetapi Riana mampu melakukannya.
"Masuklah ke mobil," kata Riana.Aura merasa makin penasaran. Riana bukan tipe orang yang mudah diajak berbicara, sehingga dia tidak tahu apa yang sedang direncanakan Riana. Namun, saat melirik ke arah dua pengawal di belakangnya, dia juga tahu jelas dia sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk melawan. Dia akhirnya masuk ke dalam mobil setelah ragu sejenak, tetapi dia memilih duduk berjarak satu kursi dari Riana.Riana melepaskan kacamata hitamnya, lalu memerintah sopirnya. "Nyalakan mobilnya."Mendengar perintah itu, sopir itu pun langsung menjalankan mobilnya.Melihat pemandangan di luar jendela yang perlahan-lahan berganti, Aura merasa makin tegang.Saat menoleh dan melihat jemari Aura sedang meremas ujung roknya, Riana tersenyum. "Nona Aura nggak perlu takut, hari ini aku nggak akan melakukan apa-apa padamu."Aura hanya menggigit bibirnya dan tidak menjawab.Mobil akhirnya berhenti di sebuah kompleks vila dan Riana mengajak Aura masuk ke salah satu vila. Dia berdiri di balkon da
Masalah ini benar-benar membuat Aura kebingungan. Dia mengangkat tangannya dan mengelus sudut bibirnya dengan pikiran yang sangat kacau. Entah sudah berapa lama, dia pun tertidur dengan lelap.Saat keluar dari kamar mandi, Jose hanya melilitkan handuk di pinggangnya. Dia berdiri tegap di tepi ranjang dan menatap Aura yang sedang tertidur. Cahaya lampu yang redup membuat ekspresi Aura terlihat begitu lembut dan wajah Aura terlihat mungil serta indah seperti boneka. Dia berdiri di sana dan menatap Aura sejenak, lalu akhirnya naik ke ranjang dan berbaring di samping Aura.Malam itu pun berlalu dengan tanpa kata-kata.Saat Aura bangun di keesokan paginya, Jose sudah tidak ada di sana. Jose memang selalu sibuk setiap harinya, sehingga dia sudah terbiasa. Setelah merapikan dirinya, dia baru perlahan-lahan berangkat ke kantor.Namun, saat duduk di kursi di kantornya, Aura baru sadar dia tidak bisa mengerjakan apa pun karena pikirannya penuh dengan anak dalam kandungannya itu. Sebelum tidur se
Jose sepertinya cukup sibuk karena dia langsung masuk ke ruang ke ruang kerja untuk menangani urusan perusahaan begitu pulang.Aura juga masuk ke ruang kerja dengan diam. Entah karena pengaruh hamil, dia merasa hari ini jauh lebih lelah dari biasanya. Setelah berpikir sejenak, dia pun menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Begitu keluar, dia langsung meringkuk di tempat tidur dan bersiap untuk tidur.Namun, Aura baru saja hendak tidur, ponselnya yang diletakkan di meja samping tempat tidur pun bergetar. Ternyata itu adalah dari Lulu.[ Malam ini kamu kenapa sih? Kelihatannya ada yang nggak beres, bertengkar dengan Jose ya? ][ Aura: Nggak kok. Justru kamu ini, kenapa bisa bersama Deddy? Jujur saja. ]Begitu pesan Aura itu terkirim, Lulu tidak langsung membalas. Hanya terlihat tulisan sedang mengetik di bagian atas layar dan itu berlangsung cukup lama, lalu pesan dari Lulu pun akhirnya masuk.[ Rara, aku nggak bisa membiarkan ibuku mati dengan sia-sia. ]Hanya dengan satu kalimat sederh
Tatapan Jose membuat Aura gemetar, lalu tersenyum kaku. "Itu ... Kamu mau minum? Aku tuangkan segelas untukmu juga ya?"Saat mengatakan itu, Aura berdiri dan hendak pergi mengambil sebotol anggur.Menyadari hal itu, pelayan di samping segera membantu Aura mengambil sebotol anggur dan menuangkan segelas untuk Jose.Jose langsung menarik Aura kembali ke kursi dan merangkul pinggang Aura yang ramping dengan tangan besarnya, lalu berbisik, "Kenapa buru-buru?"Aura bisa merasakan genggaman Jose cukup kuat sampai ujung jari Jose yang menekan tubuhnya dan membuat seluruh tubuhnya merasa kaku. Dia segera menggelengkan kepala dan membantah, "Nggak buru-buru kok."Saat itu, kebetulan pelayan mulai menghidangkan makanan dan memperkenalkan nama hidangan, sehingga percakapan terpotong.Aura diam-diam menghela napas lega, tetapi dia malah menyadari Lulu sedang menatapnya dan ekspresi Lulu terlihat seolah-olah ingin bertanya apa yang sedang dilakukannya. Dia pun mengernyitkan alis pada Lulu, lalu tib
Mendengar jawaban itu, Jose tidak mengatakan apa-apa lagi dan mengisyaratkan Marsel untuk menyalakan mobilnya.Melihat mobil akhirnya berhenti di depan restoran makanan barat, Aura bertanya dengan bingung, "Untuk apa kita datang ke sini?""Makan," jawab Jose dengan singkat, lalu keluar dari mobil.Meskipun tidak mengerti mengapa Jose membawanya ke sini, Aura tetap menganggukkan kepalanya. Bukankah para pasangan biasanya kencan di tempat seperti ini? Dengan statusnya dan Jose, dia merasa agak berlebihan datang ke sini.Namun, pikiran Jose memang selalu sulit untuk ditebak, sehingga Aura memutuskan untuk keluar dari mobil dan masuk ke restoran itu bersama Jose. Saat itu, dia baru menyadari restoran baru ini baru dibuka hari ini dan Kaley sedang berdiri di depan pintu.Begitu melihat Jose dan Aura datang, Kaley langsung tersenyum dan menyambut mereka. "Kalian akhirnya datang juga, aku sudah menyiapkan tempatnya. Ayo masuk."Aura akhirnya mengerti, ternyata Jose membawanya datang untuk mer