Alina refleks merengkuhnya, berusaha menahan bobot tubuh itu semampunya.
“Gallen…?” bisiknya nyaris berteriak.
Napas hangat pria itu terasa di bahunya, tetapi Gallen tak mengucap sepatah kata pun. Ia hanya terdiam dan Alina mendadak tak tahu harus berbuat apa.
Tidak ada orang selain dirinya di lorong itu.
"Biar aku panggilkan Andreas dan membawamu ke dokter."
Ia hendak menjauhkan tubuh kekar itu dari dirinya, tetapi kekuatannya tak sebanding dengan berat tubuh Gallen. Sejurus kemudian ia mendengar gumaman lirih yang hampir tidak terdengar. “Tidak perlu.
"Keadaanmu seperti ini masih bilang tidak perlu?" protes Alina.