“Kenapa Ibu yang harus jaga istrimu, sih, Mas?”
Sudah dua hari sejak aku pulang ke rumah dan benar-benar tak melakukan apa pun. Mas Hanung melarangku dengan keras. Bahkan sekadar ke minimarket di depan kompleks saja, Mas Hanung meminta pembantu yang melakukannya. Mungkin jika orang lain diperlakukan seperti ini, seolah dicintai demikian besar. Tapi aku tak berpikir begitu.
Aku yakin, apa yang terjadi padaku dijadikan tameng bagi Mas Hanung agar bisa leluasa bersama Rara di luar sana. Tanpa rasa curiga juga khawatir. Ditambah pergerakanku sangat dibatasi lantaran ibu mertua serta Hannah ada di rumah. Suasana di rumah juga semakin tak nyaman karena interupsi mereka.
“Bu, tolong sabar sedikit.”
Obrolan mereka tampak samar tapi aku masih bisa mendengar walau harus semakin mendekat di tembok pembatas koridor. Niatnya ingin mengambil minum di dapur malah mendengar mereka bicara.
“Kalau proyek aku goal yang ini, aku yakin bis