Malam itu, kami menemukan sebuah ceruk di balik dinding batu yang cukup aman untuk beristirahat.
Api unggun kembali menjadi pusat dari dunia kecil kami, apinya yang berderak pelan seolah menjadi satu-satunya musik di tengah keheningan Perbatasan Senja.
Arista, dengan ketangkasannya, sedang sibuk memeriksa persediaan kami yang semakin menipis di sudut yang sedikit lebih gelap. Memberikan kami—aku dan Riel—ruang dan waktu yang anehnya terasa begitu privat.
Aku duduk menatap api, memikirkan kembali kejadian tadi siang.
Pohon raksasa yang bisa diajak ngobrol.
Gila.
Dunia ini benar-benar tidak ada habisnya memberiku kejutan.
"Caramu menenangkan sang Treant tadi…"
Suara Riel yang dalam tiba-tiba memecah lamunanku.
Aku menoleh.
Ia sedang duduk di seberang api, membersihkan pedang peraknya yang indah, tapi matanya menatapku dengan lekat.
"…itu bukan sesuatu yang bisa diajarkan di akademi elf mana pun, Liora."
Aku bisa merasakan pipiku sedikit menghangat. Kenapa si