mso-font-kerning:1.0000pt;">Tak lain dan tak bukan, seseorang yang baru masuk itu adalah Morgan.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Tujuh tahun mengabdi di militer membentuk Morgan menjadi sosok yang berbeda. Kini dia tampak gagah, penuh percaya diri, dan berwibawa.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Kalau saja Morgan melakukan operasi plastik pada wajahnya, mereka bertiga tak akan mengenalinya.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“Kau! Apa yang kau lakukan di sini, Menantu Sialan?!” serang Melisa.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“Kau benar-benar tidak tahu malu dan tidak tahu diri, Morgan! Setelah hal menjijikkan yang kau lakukan tujuh tahun lalu itu, masih bisa-bisanya kau menampakkan batang hidungmu lagi di hadapan kami!” sambut Joseph.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Morgan menatap kedua orang itu bergantian. Lalu dia menatap Arman.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Kemarahan terpancar jelas dari matanya, dan Arman yang merasakan itu refleks mundur selangkah.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Kemudian, Morgan menatap Agnes. Melihat istrinya dalam kondisi seperti itu, mendadak dadanya terasa sesak.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“Apa tujuanmu datang kemari, Menantu Sialan?! Tak akan kubiarkan kau mengacaukan hidup putriku lagi!” kata Melisa, dengan cepat memosisikan dirinya di samping kiri Agnes.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Joseph, sementara itu, memosisikan dirinya di samping kanan Agnes, menghalangi Morgan sehingga dia tak bisa lagi melihat wajah istrinya itu.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“Aku peringatkan kau, Morgan. Kalau kau bertingkah macam-macam, aku akan mengerahkan anak-anak buahku ke sini untuk meringkusmu dan menyeretmu keluar. Aku serius dengan apa yang kukatakan!” ucap Joseph.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Joseph kini seorang polisi dengan pangkat yang lumayan tinggi. Kerap kali, dia memerintahkan anak-anak buahnya untuk melakukan sesuatu untuknya, padahal itu sama sekali tak ada kaitannya dengan tugas utama mereka sebagai polisi.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Karena itulah, meski Morgan kini terlihat berbeda, Joseph berani mengancamnya.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“Ibu Mertua, Kakak Ipar, lama tak jumpa. Tapi aku ke sini bukan untuk bicara dengan kalian. Aku ke sini untuk menyembuhkan istriku,” kata Morgan.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Beberapa detik, tak ada yang mengatakan apa pun. Lalu Arman tertawa. Dia tertawa lepas sekali sampai-sampai kedua matanya berair.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“Kalian dengar itu, Tante, Joseph? Si Sampah ini bilang dia datang untuk menyembuhkan Agnes. Memangnya dia pikir dia siapa? Dokter? Tabib?” cibir Arman.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“Heh, Morgan, cobalah kau bercermin. Kau ini mendekam di penjara tujuh tahun. Sekarang kau sudah bebas? Oke. Tapi lantas apa? Kau pikir apa yang bisa dilakukan seorang mantan narapidana sepertimu?”mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“Kau ini sampah, Morgan. Dan meski tujuh tahun telah berlalu, kau tetap sampah. Bisa-bisanya kau sesumbar mau menyembuhkan Agnes. Kalau kau tak sedang bercanda, kau pasti sudah gila!”mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Begitulah Arman mencercanya. Dia mendapatkan keberaniannya setelah melihat Morgan tak bisa membalas ketika diserang Melisa dan Joseph.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Tetapi dia salah sangka. Morgan tak membalas bukan karena dia tak bisa, tapi malas. Dia tak melihat itu penting.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Namun, lain halnya dengan cercaan-cercaan Arman barusan. Orang ini dulu berkali-kali menawarkan diri untuk melamar Agnes, padahal Agnes jelas-jelas adalah istri sahnya.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Dulu mungkin Morgan lebih memilih diam atau menghindar, tapi tidak kali ini. Dia pun mendekati Arman, menatapnya dengan dingin. mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“Tadi kau bilang akan menikahi Agnes, padahal dia masih istriku. Dan dari kata-katamu tadi, istriku yang berharga ini di matamu tak lebih dari sebuah barang rusak. Kau sadar dengan apa yang kau katakan itu?”mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Ketika Morgan mengatakannya, suaranya terdengar berat dan menekan, membuat Arman merasa terancam.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Tapi, demi menjaga harga dirinya, dia berusaha menunjukkan kalau dia tidak takut.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“Memangnya salah apa yang kubilang itu? Separuh muka Agnes penuh dengan luka memar dan luka bakar. Ibarat barang, dia saat ini dalam kondisi rusak. Apa yang salah dari—”mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Plak!mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Belum juga Arman menyelesaikan kalimatnya, dia sudah terhuyung-huyung akibat terkena tamparan Morgan.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Melisa dan Joseph tercengang. Mereka tak pernah menduga Morgan akan berani menampar Arman.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“K-kau! Berani-beraninya kau menamparku! Kau tahu kan siapa ayahku? Dengan apa yang kumiliki dari ayahku, aku bisa menghancurkan hidupmu sampai kau menderita seperti di neraka!” ancam Arman.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Plak!mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Satu tamparan lagi. Kali ini lebih keras daripada tadi, sehingga Arman menyemburkan darah dan dua giginya tanggal.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Melisa dan Joseph lagi-lagi tercengang. Mulut mereka terbuka lebar seakan-akan dagunya akan jatuh.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“Sekali lagi kau menghina istriku, bukan hanya gigimu yang terlempar ke lantai, tapi juga tangan dan kakimu. Kau dengar itu?” desis Morgan, berjongkok di depan Arman yang tersungkur.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Arman merasakan kengerian yang luar biasa. Saat dia menatap Morgan, dia seperti melihat sesosok malaikat kematian.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Saking ketakutannya dia, celananya sampai basah karena air kencingnya sendiri.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Morgan berdiri. Bisa saja dia menghajar Arman hingga babak belur, dan sejujurnya dia ingin melakukannya, tetapi bukan itu tujuannya datang ke rumah sakit.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Maka dia pun hanya berkata, “Jika aku jadi kau, Arman, saat ini juga aku akan keluar dari ruangan ini.”mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Arman awalnya tak merespons, hanya menatap Morgan dengan ketakutan terlihat jelas di matanya.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Lalu dia bangkit dan mengambil dua giginya yang tanggal.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“A-awas kau, Morgan! Akan kubalas perbuatanmu ini nanti!” ujarnya, lalu keluar dari ruang inap itu.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Kini, Morgan kembali menatap istrinya. Ibu mertuanya dan kakak iparnya masih berjaga di posisi yang sama. mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Morgan mendekat, dan kembali Joseph mengadangnya.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“Jangan macam-macam, Morgan! Kuperingatkan kau sekali lagi, aku bisa mengerahkan anak-anak buahku ke sini, dan mereka akan menyeretmu ke luar seperti menyeret anjing!” ancam Joseph.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Apakah Morgan takut? Tentu saja tidak. Bahkan kalaupun Joseph mengerahkan ratusan anak buahnya sekali pun, Morgan bisa mengatasi mereka dengan mudah.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Tetapi dia tak ingin menambah-nambah masalah. Dia juga tak ingin menghajar kakak iparnya ini seperti tadi dia menghajar Arman.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“Aku ke sini untuk menyembuhkan Agnes, dan aku akan memulainya dengan membuat Agnes siuman. Tidakkah kalian akan senang melihat Agnes siuman?” cetusnya.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Joseph mendengus.mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">“Omong kosong! Kau pikir kau siapa? Bahkan dokter terbaik di rumah sakit ini saja bilang kalau Agnes baru akan siuman dalam beberapa minggu. Berhentilah membual, Keparat!” hardik Joseph.mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Morgan mulai kesal pada kakak iparnya ini. Dia tidak membual. Dia benar-benar bisa membuat Agnes siuman. font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Selama di militer, berkat fasilitas-fasilitas darifont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Jenderal Yudha, dia mempelajari ilmu medis kuno hingga tingkat paling tinggi. Dan kini, bisa dibilang, dia nyaris bisa menyembuhkan penyakit apa pun.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Membuat istrinya siuman adalah perkara mudah. Tapi dia butuh ketenangan agar dia bisa fokus pada apa yang dilakukannya.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">“Bagaimana kalau kita bertaruhfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">, Josephfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">?font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;"> Aku akan mencoba membuat Agnes siuman, dan aku hanya butuh lima menit saja.”font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">“font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Kalau font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">aku gagal, kau boleh melakukan apa pun yang kau mau padaku. Apa pun itu.” font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">“font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Tapi kalau aku berhasil, kau harus membiarkanku membawa Agnes pergi. Aku akan menyembuhkannya dan merawatnya sampai dia pulih.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">”font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
mso-font-kerning:1.0000pt;">Morgan mengatakan semua itu dengan tenang dan percaya diri. Hal itu mso-font-kerning:1.0000pt;">justru mso-font-kerning:1.0000pt;">membuat Joseph muak.mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;background:rgb(255,246,122);mso-shading:rgb(255,246,122);">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Tapi, di sisi lain, Joseph melihat ini sebagai peluang untuk mempermalukan Morgan dan mengusirnya.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">“Kalau kau terbukti membual,font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;"> kau harus meninggalkan rumah sakit ini dengan cara merangkak, dalam keadaan telanjang bulatfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">,font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">dan aku akan merekamnya dengan kamera ponselku, lalu kusebarkan video itu di internet. Kau berani?” tantang Joseph.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">“Tak masalah,” jawab Morganfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">, cepat.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Joseph memicingkan mata. font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">“Oke, kita sepakat!” font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">ujarnyafont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Joseph pun menyingkir, memberi ruang bagi Morgan untuk maju.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">“Beri aku lima menitfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;"> sajafont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">. Jangan mengangguku,” kata Morganfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">,font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;"> setelah font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">dia berdiri di samping kiri Agnesfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">.mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Melisa tampak cemas. Dia melihat Joseph, dan font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Joseph font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">mengangguk sembari menunjukkan telapak tangannya, meminta ibunya itu untuk tenang.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Dalam benaknya, Morgan benar-benar hanya sesumbar, dan itu artinya dialah yang akan memenangkan pertaruhan konyol mereka itu.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Joseph pun tersenyum meremehkan Morgan. Dia ingin tahu apa yang ingin coba dilakukan Morgan.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Morgan sendiri saat ini sedang memejamkan mata, sambil menyentuhkan telapak tangannya di dahi Agnes.mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Dfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">i mata orang-orang yang melihatnya, dia hanya diam saja, font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">padahal sebenarnya dia sedang mengalirkan energi murni kepada istrinya.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Teknik pengobatan ini adalah salah satu teknik paling kuno yang dipelajarinya selama di militer itu. Dan dia yakin, dia akan berhasil membuat istrinya siuman.mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Tanpa disadari siapa pun di ruangan itu, font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">saat ini font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">seorang suster font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">sedang font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">berdiri di ambang pintufont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">,font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;"> mengamati apa yang tengah dilakukan oleh Morgan.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Si suster tampak cemas, tapi di saat yang sama penasaran. font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Tadi ketika tiba di depan rumah sakit, Morgan turun dari sebuah mobil dengan motif tentara. Dan bersama mobil itu ada beberapa mobil lain, juga dengan motif yang sama.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Si susterfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;"> merupakan salah satu orang yang melihat font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">hal tersebut, sehingga dia curiga kalau Morgan sebenarnya adalah orang penting di militerfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Dan memang, dia melihat ada aura yang berbeda yang dipancarkan pria ini.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Empat menit berlalufont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;"> danfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">mfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">asih belum juga ada tanda-tanda sesuatu akan terjadi.mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Joseph tersenyum miring. font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Sambilfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;"> melipat kedua tangannya di dada, font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">dia berjalan menghampiri Morganfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">.mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">“Sudahlah, Morgan. Hentikan permainan konyolmu ini. Aku tahu kau hanya membual. Tapi apa pun itu, pertaruhan tetaplah pertaruhan.” font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">“Kau harus memenuhi janjimu. Bersiaplah untuk merangkak keluar dari rumah sakit ini dalam keadaan telanjang bulat.” font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Morgan font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">tak merespons. Dia masih memejamkan mata, fokus pada apa yang dilakukannya.mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">“font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Oh, mfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">asih mau melanjutkan permainan konyolmu ini? Ya ampunfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">, Morgan,font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;"> apa saja sih yang kau alami selama di penjarafont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">, sampai-sampai otakmu jadi rusak?font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Kau sering dilecehkan napi-napi di sana, ya?font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">”font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;"> sambung Joseph.mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Morgan tampak font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">terusik dengan kata-kata Joseph yang terakhir,font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">tfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">api dia tak boleh font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">kehilangan fokusfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">. font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Tinggal sfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">edikit lagi. font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Tinggal sedikit lagi danfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;"> Agnesfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;"> akanfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;"> siuman.mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">“Oh sudahlah! Muak juga aku lama-lama! Singkirkan tanganmu itu dari adikku!” font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">bentakfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;"> Joseph font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">akhirnya, font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">mencoba menarik tangan Morgan font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">kuat-kuatfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Tapi anehnyafont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">, dia bahkan tak bisa membuat tangan Morgan goyah. font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Dan tangan Morgan terasa panas.mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">“Diam dan jangan menggangguku!” ucap Morgan, dingin.mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Joseph terkesiap. font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Tiba-tiba dia merasa suhu di ruangan jadi lebih dinginfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Dan ketika dia menyadarinya, dia mendapati tangan dan kakinya gemetar.font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">‘A-ada apa ini? K-kenapa aku begini?’ pikir Joseph.mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">Dfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">an dfont-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">i titik inilah, jari-jari tangan Agnes bergerak.mso-font-kerning:1.0000pt;">
font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">…font-size:11.0000pt;mso-font-kerning:1.0000pt;">