Pikiran Nina semakin berkecamuk. Air matanya semakin deras. Begitu pun dengan Bi Lastri yang saat ini mulai berkaca-kaca.
Nina langsung mendekati brankar Bryan dan diraihnya jari-jemari yang tidak bergerak sama sekali saat disentuh.
“Mas Bryan!! Bangun, Mas!! Hiks.. Bangun, Mas!! Tolong bangun, Mas!!” ucap Nina heboh sembari menangis histeris.
“Bu, jangan seperti ini! Tolong jaga sikap Anda! Pasien tidak boleh diganggu!” tegur perawat berusaha menjauhkan Nina dari brankar Bryan.
Perawat terus mendorong brankar Bryan hingga ke ruang ICU, tanpa memedulikan Nina yang masih mencoba mengikuti mereka.
Nina pasrah saat Bryan sudah dibawa masuk ke dalam ruang ICU. Nina hanya bisa menyandarkan kepalanya di pintu itu sembari tersedu-sedu.
“Ya Tuhan, aku mohon kuatkan Mas Bryan. Jangan Engkau buat dia menderita seperti ini,” lirih Nina.
*
Fredrinn kembali ke ruang tempat Bryan dirawat. Gurat sendu terpa