Chapter: [S-2] Bab 136. Pemuas Hasrat Liar SuamikuNina menerima uluran tangan itu dengan senyuman manis. “Aku ingin kita menikmati malam ini dengan berdansa dan diakhiri dengan bergoyang pinggul sampainya ranjang patah-patah dan dengkul bergetar,” bisik Bryan secara brutal anti sensor club. Sebelum berdansa, Bryan menyetel musik terlebih dahulu. Musik yang begitu romantis dengan alunan nada merdu. Cinta satu malam, oh indahnya Cinta satu malam, buatku melayang Walaupun satu malam, akan selalu ku kenang dalam hidupku “Hm, Mas? Apa kamu gak salah lagu? Masa iya cinta satu malam? Kan cinta kita sampai akhir hayat, bukan satu malam doang,” tegur Nina membuat Bryan tersadar. “Eh iya. Salah setel.” Akhirnya Bryan menyetel lagu yang cocok untuk dipakai berdansa malam ini. Pasangan suami istri itu pun berdansa mengikuti ritme. Bryan membuat Nina berputar sesuai alunan nada hingga vertigonya kambuh. Wkwkw. “Ah, aku jadi pusing, Mas,” keluh Nina. Bryan pun menuntun kepala Nina untuk bersandar di dada bidangnya dan dipelu
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-30
Chapter: [S-2] Bab 135. Riko Sedikit Iri“Ashiaapp!!” sahut Rozak ala-ala Atta Halilintar.“Iya, Pak. Mampir kapan saja, pintu rumah selalu tertutup bahkan tergembok untuk Bapak Rozak,” ujar Fredrinn berniat ngejokes ala Bapack-bapack. Sayangnya jokesnya itu tidak lucu sama sekali. Namun Rozak justru tertawa.Akhirnya pamit juga Rozak dan Aliyah.Fredrinn dan Adelina juga berpamitan dari hadapan yang lainnya. Mereka ingin beristirahat di kamar. Begitu pula dengan para ART yang izin mundur diri.Kini hanya tersisa Nina, Bryan, Riko beserta empat bocil di ruang makan itu.“Ayo anak-anak. Kalian juga masuk ke kamar! Cuci tangan, cuci kaki, cuci muka dan jangan lupa gosok gigi!” seru Nina yang diangguki oleh keempat anaknya itu.Riko tersenyum lebar melihat keempat ponakannya yang mudah sekali diatur oleh Nina.“Mereka ini penurut sekali,” puji Riko. “Pasti kakak mendidik mereka dengan sangat baik. Makanya mereka semua bisa j
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-30
Chapter: [S-2] Bab 134. Keluarga CemaraKeesokan paginya, Nina melihat Bryan sedang menyetrika pakaian kerjanya. Hari masih pagi buta, tapi Bryan sudah sibuk bersiap-siap menuju kantor.“Kamu mau ke mana, Mas?” tanya Nina yang baru saja terbangun dari tidurnya. Bahkan matanya belum terbuka dengan sempurna.“Mulai hari ini aku akan ke kantor, sayang. Aku akan bekerja seperti biasa sebagai direktur,” jawab Bryan dengan pandangan mata yang masih terfokus pada setrikaannya.Nina bangkit dari tidurnya, mengubah posisi menjadi duduk. Dia masih menguap sesekali. Jujur saja rasanya ingin sekali dia melanjutkan tidur, tapi tidak enak karena suaminya sendiri lagi sibuk-sibuknya.“Kamu yakin mau bekerja seperti biasa, Mas? Aku kira status kamu masih jadi tahanan rumah. Kalau kamu ditangkap lagi oleh polisi karena ketahuan melanggar peraturan, bagaimana dong?”“Dari kemarin-kemarin aku kan sudah melanggar peratur
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-30
Chapter: [S-2] Bab 133. Pengen Bercinta (21+)Dua minggu kemudian.Setelah dua mingguan lebih dirawat di rumah sakit, Nina sudah diperbolehkan pulang ke rumah dengan catatan tidak boleh banyak bergerak agar luka tembaknya di perut itu segera pulih dengan baik.Malam itu, Bryan sedang membantu Nina memakai pakaiannya. Namun tiba-tiba Nina menyambar bibir Bryan dengan mendaratkan sebuah ciuman ringan di bibir suaminya itu..“Eh, sayang. Jangan memancing dong.”“Mas, aku pengen,” bisik Nina. “Sudah lama kita gak begituan.”Bryan paham dengan kode istrinya itu. “Tapi luka kamu kan belum kering seratus persen, sayang.”Nina melirik luka di perutnya yang masih diperban. Ya, dia akui walaupun sudah tak terasa nyeri, tapi dia belum bisa bergerak dengan leluasa. Dan hal itu akan mempengaruhi mereka nantinya jika melakukan hubungan suami istri.“T-tapi aku udah gak bisa nahan gimana dong, Mas?”Nina memasang wajah manjanya,
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-30
Chapter: [S-2] Bab 132. Nasib Jomblo“Kita ke rumah sakit dulu ya. Soalnya Bryan ada di sana,” ujar Fredrinn kepada Riko yang tengah mengemudi mobil.“Loh, siapa yang sakit? Bryan?” tanya Adelina yang mendadak khawatir.“Bukan. Tapi menantuku,” jawab Fredrinn.“Oh. Bryan ternyata sudah menikah, ya?” tanya Adelina lagi.“Iya. Bahkan sudah punya anak empat.”Adelina kemudian melirik ke Riko. “Kalau kamu kapan rencana nikah, Nak?”Bless! Hati Riko terasa tertancap duri saat mendapatkan pertanyaan menohok seperti itu.“Mama nih apaan sih? Kok langsung nanya begitu?” balas Riko tidak terima ditanya demikian.“Mama kan cuman nanya. Gak salah toh?”“Salah dong! Salah banget malah!”“Salahnya di mana?”“Jelas salah. Tidak seharusnya Mama bertanya seperti itu.
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-29
Chapter: [S-2] Bab 131. Ibu untuk BryanKeesokan harinya, Fredrinn mengajak Riko mengunjungi kantor cabang Lawrence Company. Di sana, Fredrinn memperkenalkan Riko sebagai anaknya sekaligus penerusnya dalam mengelola perusahaan itu.“Saya kira anak Pak Fredrinn cuman Pak Bryan,” celetuk salah satu karyawan yang terdengar jelas di telinga Fredrinn.“Tidak. Riko juga anak saya. Cuman baru terungkap sekarang,” jawab Fredrinn santai.“Semacam program investigasi ya, Pak. Baru terungkap sekarang.”“Iya, begitulah.”Setelah selesai memperkenalkan Riko kepada semua karyawan di kantor itu, Fredrinn lalu mengajak Riko untuk menemui Adelina, ibu kandungnya.“Kenapa Papa mengajak aku ke tempat ini?” tanya Riko setelah mereka tiba di rumah Adelina.“Ini adalah rumah mama kandung kamu. Walaupun kamu tidak tertarik untuk mengetahui siapa mama kamu, tapi tetap saja kamu h
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-29
Chapter: Bab 302. Mode Senggol Bacok“Itu... itu cuma gertakan, Elyssa! Cuma ancaman!” sahut Juan panik, suaranya naik satu oktaf. “Mustahil aku tega menyakiti anak kecil. Bisa-bisa aku sendiri yang habis digebukin sama Bibi Tatiana kalau sampai Bulan lecet sedikit saja.”Elyssa menghela napas panjang, mencoba meredam emosinya. “Aku serahkan dia padamu itu biar dia mau bicara, tapi kumohon jangan pakai kekerasan fisik. Apalagi sampai kondisinya parah begini. Kalau Bulan lihat ibunya jadi kayak begini, dia pasti bakal trauma dan nangis kencang,” kata Elyssa dengan nada memperingatkan.Juan langsung menunduk, wajahnya dibuat seprihatin mungkin. “Maaf, Elyssa. Aku juga sebenarnya tidak tega menyakitinya, apalagi dia wanita. Ini semua ide anak buahku. Mereka terlalu bersemangat.”Mendengar itu, Brody dan anak buah yang lainnya langsung melirik tajam ke arah bos mereka.“Hah? Perasaan ini kan ide Bos?” celetuk Brody pelan.“Ssttt, diam!” tegur Juan sambil melotot. Ia mendekat ke telinga Brody dan berbisik sangat pelan, “Bantu
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-25
Chapter: Bab 301. Tante, Mama Mana?Seminggu kemudian…Di sebuah kantor Wedding Organizer yang elegan, Elyssa sedang fokus melihat beberapa sketsa dekorasi di atas meja. Ia tampak sangat teliti membandingkan warna bunga dengan konsep panggung yang ia inginkan. Namun, diskusi serius itu terhenti saat ponselnya bergetar kencang."Ah, maaf. Sebentar ya, saya angkat telepon dulu," pamit Elyssa sopan kepada tim WO-nya."Baik, Bu Elyssa."Elyssa melangkah agak menjauh. Di layar ponselnya, tertera nama Tatiana yang melakukan panggilan video. Begitu tombol hijau digeser, hati Elyssa langsung mencelos. Wajah mungil Bulan muncul di layar dengan mata sembap dan hidung yang memerah karena terlalu banyak menangis."Tante Elyssa... Mama mana? Bulan kangen banget sama Mama," isak bocah itu sambil membenamkan wajahnya di pelukan Tatiana.Tatiana menatap ke arah kamera dengan raut wajah putus asa. "Elyssa, Bulan belum mau makan dari tadi pagi. Dia terus-terusan manggil ibunya. Aku bingung harus jawab apa lagi."Elyssa merasa dadanya ses
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-25
Chapter: Bab 300. MuakTepat saat ujung jarum itu nyaris menyentuh kulit Olivia, tangan Juan mendadak berhenti di udara. Jarinya bergetar hebat. Tatapan matanya yang tadi terlihat sadis perlahan goyah saat melihat wajah Olivia yang pucat pasi.“Ah, sial! Aku gak bisa begini!” desis Juan frustrasi.Napas Juan memburu. Ia buru-buru menarik tangannya menjauh dari wajah Olivia. Ternyata, nuraninya masih jauh lebih kuat daripada amarahnya.Seumur hidup, Juan adalah pria yang memegang prinsip untuk tidak pernah menggunakan kekerasan fisik secara langsung pada wanita, seburuk apa pun tabiat mereka. Semua intimidasi tadi hanyalah gertakan mental untuk meruntuhkan pertahanan Olivia.Namun, siapa sangka, wanita di hadapannya ini memiliki hati yang jauh lebih keras dari batu.Juan menarik napas panjang, lalu melempar jarum itu ke lantai dengan perasaan muak."Akhh, sial lah!” umpatnya rendah sambil mengacak rambutnya kasar. Ia membuang muka, tak sanggup lagi menatap wajah Olivia yang penuh tipu daya itu.Ia berbalik m
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-24
Chapter: Bab 299. Bunuh Saja!Juan mengulas senyum miring yang mengerikan. Ia menyadari Olivia sedang mencoba melakukan pertahanan psikologis— menyangkal identitasnya sendiri agar tidak goyah.Juan kemudian berdiri, berjalan menuju tas hitamnya, dan mengambil sebuah jarum panjang yang ujungnya berkilat tajam."Baiklah kalau itu pilihanmu," kata Juan sambil memutar-mutar jarum itu di antara jemarinya. "Kita punya sepanjang malam di sini. Kau tahu apa yang terjadi pada orang yang terjebak di ruang cermin tanpa bisa melihat apa pun kecuali ketakutan mereka sendiri? Mereka akan kehilangan kewarasan sebelum rasa sakit fisiknya benar-benar terasa."Juan menusukkan jarum itu ke permukaan kursi kayu, tepat di antara celah jari Olivia yang terikat.Takk!Suaranya menggema keras karena pantulan dinding kaca."Sekali lagi, Camelia. Bagaimana caramu membunuh Albert?" tanya Juan, kali ini suaranya lebih tajam.Olivia hanya terdiam. Matanya yang sembap menatap kosong ke arah pantulan dirinya di lantai. Ia memilih membisu, seola
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-24
Chapter: Bab 298. Terus MengelakMobil hitam Juan berhenti di depan sebuah gedung tua yang masih kokoh dan terawat di pinggiran kota. Meski bangunannya bagus, suasana di sana sangat sunyi dan hampa, jauh dari hiruk-pikuk pemukiman.Juan turun lebih dulu, sorot matanya dingin saat memberi isyarat agar anak buahnya menyeret Olivia masuk ke dalam.Juan membawa Olivia ke sebuah ruangan yang sangat aneh.Begitu pintu dibuka, Olivia tersentak. Seluruh ruangan itu dipenuhi oleh cermin. Dinding, langit-langit, bahkan sudut-sudut terkecil pun dilapisi kaca yang memantulkan bayangan. Tidak ada celah sedikit pun untuk bersembunyi dari pantulan diri sendiri.Olivia dipaksa duduk di kursi kayu, tepat di tengah ruangan, kedua tangannya diikat kencang pada sandaran tangan.“Hey, lepaskan aku! Kalian tidak punya hak mengurungku di sini!” teriaknya, namun percuma. Tidak ada yang peduli.Juan melepas jasnya, menggulung kemeja putihnya hingga sesiku, lalu berjalan perlahan mengitari Olivia. Ribuan bayangan Juan tampak mengepung Olivia
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-24
Chapter: Bab 297. Gaun untuk Elyssa"Katakan padanya, dia bisa tinggal di sini bersama Bulan agar mereka tidak kekurangan apa pun lagi. Aku siap bertanggung jawab atas nama Albert," sambung Tatiana sungguh-sungguh."Mama Ana... sepertinya ibunya Bulan belum bisa ke sini dalam waktu dekat, karena dia sedang dalam proses pengobatan," jawab Elyssa hati-hati.Tatiana tersentak kaget. "Dia sakit? Sakit apa?""Ah itu, dia..." Elyssa benar-benar kehilangan kata-kata.Melihat kekasihnya kesulitan, Sean segera menimpali untuk membantu. "Camelia sedang mengalami gangguan kesehatan mental, dan sekarang dalam penanganan ketat psikiater. Untuk sementara waktu dia belum diperbolehkan bertemu siapa pun."Tatiana mengangguk paham dengan raut wajah prihatin. "Ah, begitu ya... baiklah kalau begitu."Saat Elyssa dan Sean beranjak dari sofa untuk berpamitan, langkah mereka tiba-tiba terhenti oleh suara derap langkah kecil yang berlari kencang ke arah mereka."Tante Elyssa! Tunggu!" teriak Bulan.Bulan langsung memeluk Elyssa dengan erat, w
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-23
Chapter: Bab 129. Belilah Baju BaruDaffa langsung menggeleng cepat. “Gak ada apa-apa.” Atensinya pun langsung beralih pada Arkana."Aduh, jagoan Papa makannya lahap sekali ya," goda Daffa, mencondongkan badan untuk mencium kening Arkana. "Lihat, Ma, dia senang sekali dibelikan biskuit baru."Wilona tersenyum, senyum yang terasa sedikit kaku. "Tentu saja. Dia senang karena biskuit itu kita belikan dari hasil keringatmu, Daffa. Bukan dari uang hasil merampas."Mendengar kata-kata itu, Daffa terdiam. Ia tahu Wilona masih memendam amarah atas kunjungan Nindi kemarin. Ia meletakkan sendoknya, meraih tangan Wilona yang bebas."Aku tau kamu masih marah, Wil, karena Nindi kemarin," kata Daffa pelan. "Tapi kita sudah sepakat, kan? Kita gak akan membiarkan mereka merusak kedamaian kita. Biarlah mereka hidup bahagia, dan kita pun harus fokus pada kebahagiaan kita juga.”Wilona menarik tangannya perlahan, kembali fokus pada Arkana. "Aku gak marah, Daffa. Aku hanya... memikirkan biaya hidup kita. Kau harus kembali ke pasar sebentar
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-08
Chapter: Bab 128. Rencana Gila WilonaMalam harinya, Daffa dan Wilona berbaring di kasur tipis mereka. Arkana sudah tertidur pulas di antara keduanya.Tak lama, Daffa pun ikut ke alam mimpi, ia tampak kelelahan setelah seharian bekerja di pasar.Namun, Wilona tidak bisa memejamkan mata. Otaknya terus memutar kembali setiap ucapan Nindi: “Sepertinya tempat ini cocok untuk tingkat sosial kalian sekarang.” dan “Kami ingin kalian melihat bagaimana rasanya menjadi pemenang.”Darah Wilona kembali mendidih. Penghinaan itu terasa lebih menyakitkan daripada kemiskinan yang mereka alami.Ia teringat bagaimana Nindi dan Rexa bekerja sama menjebak Baskara, ayahnya, dan bagaimana mereka mencuri semua aset perusahaan milik Daffa, Zenith Corp.Dendam yang selama ini ia tahan, yang ia pendam demi kebahagiaan sederhana, kini meledak kembali. Mereka berhak menderita, pikir Wilona.Wilona pun perlahan bangkit dari kasur, bergerak hati-hati agar tidak membangunkan Daffa. Ia lalu menyelinap keluar dari kamar, menuju kamar kecil Nanik yang ber
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-08
Chapter: Bab 127. Undangan dari Mantan“Wah, jadi ini ya rumah baru kalian? Selamat ya,” sapa Nindi dengan nada merendahkan, menyapu pandangan ke kontrakan kecil itu. Ia menatap Daffa, yang mengenakan kaus oblong lusuh, lalu ke Wilona yang sedang menggendong bayi mereka. "Sepertinya tempat ini cocok untuk tingkat sosial kalian sekarang. Sangat... membumi."Darah Wilona terasa mendidih. Ia ingin sekali menjambak rambut Nindi, melampiaskan semua rasa sakit, pengkhianatan, dan penghinaan yang telah ia dan ayahnya alami. Namun, tatapan mata Daffa, yang berdiri di sampingnya, menyampaikan sebuah peringatan dingin.Daffa menggelengkan kepalanya sedikit, isyarat tanpa suara, mengingatkannya bahwa mereka tidak punya kuasa apa-apa lagi untuk melawan.Wilona menarik napas tajam, menahan semua amarah itu di balik ekspresi datarnya. "Mau apa kau kemari, Nindi?""Aku ingin mengantarkan undangan pernikahan." Nindi menyerahkan amplop itu ke tangan Daffa. "Kami tau kalian ingin melihatnya. Rexa dan aku mengundang kalian untuk menjadi saks
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-08
Chapter: Bab 126. Bertemu LagiSementara itu, di belahan lain, Nindi dan Rexa tenggelam dalam kesibukan persiapan pernikahan mereka yang akan diselenggarakan tiga hari lagi.Di salah satu suite mewah hotel bintang lima di Jakarta, Nindi duduk di sofa beludru, jarinya mengetuk-ngetuk layar tablet, menyempurnakan daftar tamu.Di sudut ruangan, Rexa, calon suami Nindi, tengah bertelepon dengan pihak catering dan WO, ingin memastikan dekorasi aula besar sudah sesuai dengan tema mewah yang Nindi inginkan.Rexa terlihat tegang, tetapi bahagia. Ia akhirnya akan mengikat janji dengan Nindi, sekaligus menjadi bagian tak terpisahkan dari perusahaan Zenith Corp yang sudah Nindi pegang."Rexa! Sini sebentar," panggil Nindi tanpa mengalihkan pandangan dari tablet.Rexa segera menghampiri, duduk di sebelah Nindi. "Ada apa, Sayang? Sudah final untuk bunga mawar putihnya?""Bunga sudah beres, sudah pasti yang paling mahal dan paling segar. Ini tentang daftar tamu," kata Nindi, menyunggingkan senyum tipis. "Ada satu nama lagi yang
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-08
Chapter: Bab 125. Keluarga Kecil"Dia tau kalau Papanya kini wangi kopi dan keringat, bukan wangi parfum mahal lagi," balas Daffa, mencium pipi Arkana yang gembil. "Begini jauh lebih jujur, Wil. Kebahagiaan kita gak lagi perlu dibeli."Setelah selesai, Arkana dibungkus handuk dan dibawa ke kamar. Daffa dengan cekatan memakaikan popok dan pakaian pada putranya, sementara Wilona bergegas ke dapur untuk menyiapkan sarapan.Dapur kontrakan itu sangat sempit, hanya cukup untuk satu orang bergerak leluasa. Wilona sedang mengiris tipis tempe dan bawang putih untuk memasak orak-arik tempe— menu andalan mereka karena murah dan bergizi.Tiba-tiba, sepasang lengan kekar melingkari pinggang Wilona dari belakang. Daffa menyandarkan dagunya di bahu Wilona, menghirup aroma masakan yang bercampur dengan aroma minyak kayu putih dari bahu Wilona."Wanginya enak sekali," bisik Daffa, suaranya serak. "Aku jadi lapar.""Jangan peluk-peluk, Daffa. Tubuhku kotor," ujar Wilona, tersenyum kecil."Aku gak peduli," Daffa mengeratkan pelukannya
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-08
Chapter: Bab 124. Hukuman UntuknyaBeberapa bulan berlalu. Daffa dan Wilona bertahan hidup dengan menjual sisa perabotan kecil di rumah peristirahatan, sementara dunia sibuk menyorot skandal korupsi terbesar tahun ini.Tibalah hari yang menentukan. Daffa dan Wilona, bersama Nanik yang didorong di kursi roda, duduk di ruang tengah. Mereka menatap layar televisi 14 inci yang bersemut, menyaksikan siaran langsung pembacaan vonis di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta.Hakim Ketua membacakan putusan untuk terdakwa pertama: Baskara Hadikusuma.Udara di ruangan itu terasa berat."Menimbang seluruh alat bukti, keterangan saksi, dan pengakuan, Majelis Hakim menyatakan Terdakwa Baskara Hadikusuma terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut, serta tindak pidana pencucian uang, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-08