Chapter: Bab 154. Sean Mode CemburuKeesokan paginya, Elyssa terbangun saat sinar mentari muncul dari celah-celah gorden. Ia mengerjapkan mata beberapa kali lalu melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul enam pagi.Tanpa membuang waktu, Elyssa pun bergegas ke kamar mandi, hendak membasuh wajahnya. Setelah itu, ia langsung menuju dapur, ingin memasak.Elyssa tahu, Mereka berdua butuh tenaga untuk menjalani sandiwara di acara anniversary ayah dan ibu mertuanya nanti. Untunglah, acara dimulai pukul sepuluh pagi, jadi Elyssa masih punya banyak waktu untuk bersiap-siap.Setelah selesai memasak, Elyssa kembali ke kamar. Albert sudah bangun. Pria itu tampak kelelahan, bahunya bersandar lemah di kepala ranjang."Mas, ayo sarapan," ajak Elyssa.Albert mencoba beranjak, namun ia langsung meringis kesakitan. Punggungnya terasa perih. Sangat perih.Perasaan iba yang tak diinginkan muncul kembali di diri Elyssa. Ia tidak tega melihat Albert kesulitan. “Gak usah deh, Mas. Kamu tungguin aja di situ. Jangan gerak!”Pada
Last Updated: 2025-11-09
Chapter: Bab 153. Membatalkan Rencana"Sayang? Kenapa nelpon jam segini? Maaf, aku lagi gak mantau aplikasi penyadap. Kamu… baik-baik aja, kan?” tanya Sean, suaranya berbisik dan tegang.Elyssa menjawab, "Aku baik-baik aja kok, Mas. Dengerin aku. Kita harus membatalkan rencana besok."Hening sesaat di ujung telepon.Tak lama, terdengar suara Sean yang memekik telinga."Apa?! Batalkan? Elyssa, kamu gila? Bukti kita udah siap semua loh! Acara besok adalah waktu yang sempurna untuk ngancurin mereka!" seru Sean, nadanya naik dan terdengar tidak terima."Aku tau, Mas. Tapi situasinya berubah," balas Elyssa. “Ayah mertuaku ngancem Papa. Dan... dan ibu mertuaku terluka karena mencoba menolong Albert yang dihukum sama Papanya. Aku gak tega, Mas. Albert bilang anniversary itu adalah acara yang paling ditunggu-tunggu ibunya. Mau serumit apapun situasinya, acara itu harus berjalan lancar. Ini semua demi ibunya.”"Lalu kamu menurutinya?! Elyssa, kamu sudah terlalu banyak berkorban! Jangan biarkan rasa iba menguasaimu! Ini kesempatanm
Last Updated: 2025-11-08
Chapter: Bab 152. Luluh?Albert kembali mendongak, matanya yang merah kini memancarkan sedikit cahaya lega. "Makasih, Elyssa. Aku...""Jangan berterima kasih," potong Elyssa cepat.Ia menjatuhkan handuk itu di pangkuan Albert, lalu menunjuk kemeja suaminya yang berlumuran darah di lantai. "Aku melakukan ini bukan untukmu. Aku melakukan ini untuk Mama Ana yang rela terluka demi putra yang tidak tau diuntung sepertimu.""Sekarang bangun! Bersihkan dirimu! Aku mau nyari obat pereda nyeri dulu. Kamu harus tetap kuat karena sandiwara ini harus berjalan mulus. Gak boleh ada orang yang curiga," perintah Elyssa.Albert mengangguk, isakannya mereda, digantikan oleh kepatuhan. Ia tahu, ia baru saja mendapatkan kesempatan terakhir dari istrinya.Elyssa pun berbalik, meninggalkan Albert untuk mengambil kotak obat, tetapi ia tidak bisa menghentikan air mata yang tiba-tiba menetes dari matanya.Ia menangis bukan karena iba pada Albert, tetapi karena pahitnya kenyataan bahwa ia harus kembali berbohong untuk menutupi kebobro
Last Updated: 2025-11-08
Chapter: Bab 151. Tidak Tega?Melihat luka Albert, kebencian Elyssa pun lenyap seketika, kalah oleh rasa kasihan. Saking tak tahan melihatnya, Elyssa pun buru-buru berdiri mencari kotak P3K. Walau benci, ia merasa harus mengobati suaminya.Saat itu juga, Albert langsung berlutut di lantai yang dingin, memeluk erat kaki Elyssa. Isakannya pecah dan terdengar memilukan. Air matanya membasahi kain piyama Elyssa."Aku sadar selama ini, aku sudah banyak menyakitimu, Elyssa. Aku jahat. Aku pantas menerima semua ini," lirih Albert, suaranya serak dan penuh penyesalan.Elyssa diam, merasakan bobot tubuh Albert dan getaran rasa sakitnya."Kalau kamu mau bercerai, silakan. Aku gak akan membela diri lagi," lanjut Albert. "Kalau pun kamu mau menuntutku, silakan juga. Aku pantas mendapatkannya."Albert lalu mendongak, menatap Elyssa dengan deraian air mata, wajahnya penuh memar dan lelah. "Tapi aku mohon, Elyssa. Sekali saja. Bisakah kamu bersikap normal, layaknya pasangan yang harmonis di acara besok?""Mas Albert! Bisa-bisany
Last Updated: 2025-11-08
Chapter: Bab 150. Mengusir ValeriaValeria meraih tangan Elyssa, air matanya sudah menetes. “Elyssa, please. Sekali aja, kasih aku kesempatan. Maafkan aku.”Elyssa menarik tangannya kasar. “Pergi dari sini, Valeria!”“Aku gak mau, Elyssa. Aku tidak akan pergi dari rumah ini!” balas Valeria dengan sangat berani.Elyssa terkejut melihat Valeria yang melawan.Valeria pun kembali berdiri. “Sampai kiamat pun aku tidak akan meninggalkan tempat ini! Ini rumahku! Rumah yang dijanjikan Albert untukku! Aku calon ratu di sini! Ratu yang sesungguhnya.”Mendadak, Elyssa memandang Valeria miris. “Sungguh, Val? Kau percaya dengan janji murahan seperti itu?”“Aku mencintai Albert. Dia juga sama! Sumpah, aku sama sekali tidak pernah berniat untuk merebut suamimu! Dia yang datang sendiri padaku! Dia bilang pernikahannya sudah lama bermasalah.”"Cinta? Kau mencintai Albert yang pengecut, yang hanya berani menyentuhmu di belakangku? Pria seperti itu yang kau sukai, ya?”Valeria tertampar. Ia ingin melawan lagi, tapi Elyssa sudah lebih dul
Last Updated: 2025-11-08
Chapter: Bab 149. Tau Sejak LamaSetelah mendapat dukungan dari ayahnya, Elyssa sudah terlihat lebih tenang. Wanita itu menyeka air matanya lalu menarik napas dalam.Charlie menatap putrinya dengan mata khawatir. "Ayo, Ely. Malam ini kamu pulang saja ke rumah Papa. Kamu tidak perlu tidur di sini," bujuknya. "Papa takut kalau Albert kembali, dia akan menyakitimu lagi."Marina pun ikut membujuk, suaranya terdengar cemas. "Benar, Lis. Kamu ikut ke rumah ya? Soal perceraianmu dan lain-lainnya tinggalkan saja dulu. Besok pagi baru kita pikirkan lagi. Tapi sekarang kamu istirahat dulu, tenagamu sudah banyak terkuras. Mama takut kamu jatuh sakit nantinya.”Namun, Elyssa menggeleng, menolak dengan tegas. Ia tahu, misinya belum selesai. Ia harus membongkar semua kebusukan Albert tepat di acara anniversary esok hari, mempermalukannya di depan semua tamu undangan."Aku gak bisa, Pa, Ma. Kalau aku pergi sekarang, itu sama saja aku menyerahkan semuanya ke wanita itu."Elyssa beralih, memandang Valeria yang masih berdiri mematung
Last Updated: 2025-11-08
Chapter: [S-2] Bab 136. Pemuas Hasrat Liar SuamikuNina menerima uluran tangan itu dengan senyuman manis. “Aku ingin kita menikmati malam ini dengan berdansa dan diakhiri dengan bergoyang pinggul sampainya ranjang patah-patah dan dengkul bergetar,” bisik Bryan secara brutal anti sensor club. Sebelum berdansa, Bryan menyetel musik terlebih dahulu. Musik yang begitu romantis dengan alunan nada merdu. Cinta satu malam, oh indahnya Cinta satu malam, buatku melayang Walaupun satu malam, akan selalu ku kenang dalam hidupku “Hm, Mas? Apa kamu gak salah lagu? Masa iya cinta satu malam? Kan cinta kita sampai akhir hayat, bukan satu malam doang,” tegur Nina membuat Bryan tersadar. “Eh iya. Salah setel.” Akhirnya Bryan menyetel lagu yang cocok untuk dipakai berdansa malam ini. Pasangan suami istri itu pun berdansa mengikuti ritme. Bryan membuat Nina berputar sesuai alunan nada hingga vertigonya kambuh. Wkwkw. “Ah, aku jadi pusing, Mas,” keluh Nina. Bryan pun menuntun kepala Nina untuk bersandar di dada bidangnya dan dipelu
Last Updated: 2025-06-30
Chapter: [S-2] Bab 135. Riko Sedikit Iri“Ashiaapp!!” sahut Rozak ala-ala Atta Halilintar.“Iya, Pak. Mampir kapan saja, pintu rumah selalu tertutup bahkan tergembok untuk Bapak Rozak,” ujar Fredrinn berniat ngejokes ala Bapack-bapack. Sayangnya jokesnya itu tidak lucu sama sekali. Namun Rozak justru tertawa.Akhirnya pamit juga Rozak dan Aliyah.Fredrinn dan Adelina juga berpamitan dari hadapan yang lainnya. Mereka ingin beristirahat di kamar. Begitu pula dengan para ART yang izin mundur diri.Kini hanya tersisa Nina, Bryan, Riko beserta empat bocil di ruang makan itu.“Ayo anak-anak. Kalian juga masuk ke kamar! Cuci tangan, cuci kaki, cuci muka dan jangan lupa gosok gigi!” seru Nina yang diangguki oleh keempat anaknya itu.Riko tersenyum lebar melihat keempat ponakannya yang mudah sekali diatur oleh Nina.“Mereka ini penurut sekali,” puji Riko. “Pasti kakak mendidik mereka dengan sangat baik. Makanya mereka semua bisa j
Last Updated: 2025-06-30
Chapter: [S-2] Bab 134. Keluarga CemaraKeesokan paginya, Nina melihat Bryan sedang menyetrika pakaian kerjanya. Hari masih pagi buta, tapi Bryan sudah sibuk bersiap-siap menuju kantor.“Kamu mau ke mana, Mas?” tanya Nina yang baru saja terbangun dari tidurnya. Bahkan matanya belum terbuka dengan sempurna.“Mulai hari ini aku akan ke kantor, sayang. Aku akan bekerja seperti biasa sebagai direktur,” jawab Bryan dengan pandangan mata yang masih terfokus pada setrikaannya.Nina bangkit dari tidurnya, mengubah posisi menjadi duduk. Dia masih menguap sesekali. Jujur saja rasanya ingin sekali dia melanjutkan tidur, tapi tidak enak karena suaminya sendiri lagi sibuk-sibuknya.“Kamu yakin mau bekerja seperti biasa, Mas? Aku kira status kamu masih jadi tahanan rumah. Kalau kamu ditangkap lagi oleh polisi karena ketahuan melanggar peraturan, bagaimana dong?”“Dari kemarin-kemarin aku kan sudah melanggar peratur
Last Updated: 2025-06-30
Chapter: [S-2] Bab 133. Pengen Bercinta (21+)Dua minggu kemudian.Setelah dua mingguan lebih dirawat di rumah sakit, Nina sudah diperbolehkan pulang ke rumah dengan catatan tidak boleh banyak bergerak agar luka tembaknya di perut itu segera pulih dengan baik.Malam itu, Bryan sedang membantu Nina memakai pakaiannya. Namun tiba-tiba Nina menyambar bibir Bryan dengan mendaratkan sebuah ciuman ringan di bibir suaminya itu..“Eh, sayang. Jangan memancing dong.”“Mas, aku pengen,” bisik Nina. “Sudah lama kita gak begituan.”Bryan paham dengan kode istrinya itu. “Tapi luka kamu kan belum kering seratus persen, sayang.”Nina melirik luka di perutnya yang masih diperban. Ya, dia akui walaupun sudah tak terasa nyeri, tapi dia belum bisa bergerak dengan leluasa. Dan hal itu akan mempengaruhi mereka nantinya jika melakukan hubungan suami istri.“T-tapi aku udah gak bisa nahan gimana dong, Mas?”Nina memasang wajah manjanya,
Last Updated: 2025-06-30
Chapter: [S-2] Bab 132. Nasib Jomblo“Kita ke rumah sakit dulu ya. Soalnya Bryan ada di sana,” ujar Fredrinn kepada Riko yang tengah mengemudi mobil.“Loh, siapa yang sakit? Bryan?” tanya Adelina yang mendadak khawatir.“Bukan. Tapi menantuku,” jawab Fredrinn.“Oh. Bryan ternyata sudah menikah, ya?” tanya Adelina lagi.“Iya. Bahkan sudah punya anak empat.”Adelina kemudian melirik ke Riko. “Kalau kamu kapan rencana nikah, Nak?”Bless! Hati Riko terasa tertancap duri saat mendapatkan pertanyaan menohok seperti itu.“Mama nih apaan sih? Kok langsung nanya begitu?” balas Riko tidak terima ditanya demikian.“Mama kan cuman nanya. Gak salah toh?”“Salah dong! Salah banget malah!”“Salahnya di mana?”“Jelas salah. Tidak seharusnya Mama bertanya seperti itu.
Last Updated: 2025-06-29
Chapter: [S-2] Bab 131. Ibu untuk BryanKeesokan harinya, Fredrinn mengajak Riko mengunjungi kantor cabang Lawrence Company. Di sana, Fredrinn memperkenalkan Riko sebagai anaknya sekaligus penerusnya dalam mengelola perusahaan itu.“Saya kira anak Pak Fredrinn cuman Pak Bryan,” celetuk salah satu karyawan yang terdengar jelas di telinga Fredrinn.“Tidak. Riko juga anak saya. Cuman baru terungkap sekarang,” jawab Fredrinn santai.“Semacam program investigasi ya, Pak. Baru terungkap sekarang.”“Iya, begitulah.”Setelah selesai memperkenalkan Riko kepada semua karyawan di kantor itu, Fredrinn lalu mengajak Riko untuk menemui Adelina, ibu kandungnya.“Kenapa Papa mengajak aku ke tempat ini?” tanya Riko setelah mereka tiba di rumah Adelina.“Ini adalah rumah mama kandung kamu. Walaupun kamu tidak tertarik untuk mengetahui siapa mama kamu, tapi tetap saja kamu h
Last Updated: 2025-06-29
Chapter: Bab 114. Meninggalkan RumahSetelah keluar dari Kejaksaan, Wilona segera meminta sopir untuk membawanya kembali ke rumah. Ia tahu ia harus bergerak cepat. Hari-hari terakhirnya dihabiskan dengan menjual semua koleksi tas dan baju branded-nya, menukar kemewahan itu dengan uang tunai.Di ruang tamu, Wilona mengumpulkan para pelayan dan sopir. Wajahnya lelah, tapi suaranya mantap. Ia menyerahkan tumpukan uang tunai kepada kepala pelayan dan sopirnya."Ini," kata Wilona, suaranya tercekat. "Ini gaji kalian yang belum dibayar bulan ini. Sekarang kalian pergilah dari sini, cari majikan baru yang lebih baik. Semoga kalian sukses di mana pun kalian berada."Para pelayan dan sopir menatap Wilona dengan iba. "Non... apa Non akan baik-baik saja?" tanya kepala pelayan, air matanya menetes."Jangan khawatir, Bi," sahut Wilona, memaksakan senyum yang terasa getir. "Aku bisa mengurus ini sendirian. Aku akan baik-baik saja," katanya mantap.Tak lama kemudian, rumah mewah itu pun kosong. Bunyi mobil para pelayan dan sopir yang me
Last Updated: 2025-10-19
Chapter: Bab 113. Panggilan PenyidikDua hari kemudian, Wilona harus meninggalkan Rumah Sakit Harapan Kasih. Bayinya, yang belum diberi nama, tidur pulas dalam pelukannya. Namun, Wilona tidak bisa tersenyum.Di tangannya, ia memegang tumpukan tagihan rumah sakit yang nominalnya fantastis, jauh melebihi uang tunai yang tersisa di dompetnya. Di saku bajunya, terselip surat panggilan dari Kejaksaan."Bu Wilona, kami harus menahan bayinya jika Anda tidak bisa melunasi sisa tagihan," kata Manajer Administrasi dengan nada menyesal namun tegas.Wilona merasakan amarah dan keputusasaan yang luar biasa. "Anda tidak bisa melakukan itu! Saya akan bayar! Tapi saya butuh waktu!""Berapa lama, Bu? Rekening Anda dibekukan. Perusahaan keluarga Anda tidak merespon panggilan kami."Wilona tahu, ia hanya punya satu jalan keluar. Ia pun meraih ponselnya dan menghubungi nomor yang sudah lama tidak ia tekan. Nomor pengacara keluarga, yang dulu selalu siap sedia melayaninya."Tolong, Pak. Saya butuh bantuan hukum dan sedikit dana darurat. Ayah
Last Updated: 2025-10-18
Chapter: Bab 112. Wilona Bangkrut TotalBeberapa hari setelah melahirkan, Wilona terbaring lemah, nyaris tak berdaya, di kamar VVIP rumah sakit. Perutnya masih terasa sakit, tetapi tatapannya tak lepas dari bayi laki-lakinya yang terlelap pulas di ranjang kecil di sampingnya. Ketenangan yang ia dapatkan dari melihat wajah putranya tidak bertahan lama.Pintu terbuka. Seorang petugas administrasi rumah sakit masuk dengan wajah pucat dan membawa setumpuk dokumen. Ekspresi petugas itu jelas menunjukkan kabar buruk."Bu Wilona, kami mohon maaf," kata petugas itu, suaranya dipaksakan pelan. Ia meletakkan dokumen-dokumen itu di meja. "Semua biaya perawatan dan persalinan Anda sudah jatuh tempo. Hadikusuma Company gagal mengirimkan pembayaran. Kami tidak punya pilihan selain meminta Anda segera menyelesaikannya."Wilona merasa seolah dadanya diremas. Rasa sakit itu, lebih parah dari sisa kontraksi, menjalar ke seluruh tubuhnya. "Tidak mungkin! Uang kami... seharusnya ada di bank! Kirimkan saja tagihannya ke bagian keuangan!" sahut
Last Updated: 2025-10-18
Chapter: Bab 111. Daffa Resmi LengserDi kediaman Hadikusuma, suasana penuh kepanikan memecah keheningan malam.Wilona menjerit kesakitan di ranjangnya. Kontraksi yang ia rasakan sangat hebat dan tak tertahankan.“Bi, tolong… tolong… s-sepertinya aku mau melahirkan, Bi. Cepat bawa aku ke rumah sakit!” rintih Wilona.Para pelayan berlarian cemas, mencari sopir, dan yang lainnya membantu Wilona bangkit, memapahnya ke kursi roda. Sopir segera menyiapkan mobil secepatnya.Malam itu, di tengah kesendirian dan kesedihan yang mencekik, Wilona dilarikan ke Rumah Sakit Harapan Kasih. Tidak ada Daffa yang mendampingi, tidak ada Baskara maupun Nanik yang bisa memberinya kekuatan. Hanya ada dua orang pelayan yang menemani dan mengurus segala administrasinya.Di ruang bersalin, Wilona berjuang melawan rasa sakit. Di sampingnya, berdiri seorang perawat, tak lain adalah Kiara.Setelah perjuangan yang panjang dan menyakitkan, tepat menjelang subuh, Wilona melahirkan seorang bayi laki-laki. Tangisan pertama sang bayi terdengar memecah kehe
Last Updated: 2025-10-17
Chapter: Bab 110. Nindi, CEO Baru?Nindi mengendarai mobilnya kembali ke kantor Rexa. Ia tidak ingin kembali ke hotel, ia ingin berada di dekat Rexa, satu-satunya orang yang memberinya rasa aman dan nyaman.Nindi akhirnya tiba di kantor Rexa. Ia bergegas melangkah menuju ruang kerja pria itu.Rexa sendiri sedang menunggu Nindi di ruangannya, terlihat tenang namun dengan sedikit kekhawatiran."Aku sudah tau kamu pasti kemari, Sayang," kata Rexa, lalu bangkit dari kursinya saat Nindi masuk. Ia melihat ekspresi Nindi yang tidak secerah saat ia meninggalkan rumah Daffa kemarin."Aku baru saja dari rumah Wilona," ujar Nindi, suaranya lesu."Dan?" tanya Rexa, mendekat dan meraih tangan Nindi.Nindi menarik napas dalam-dalam. "Dan... aku baru sadar, Rexa. Daffa memang mencintaiku. Saking cintanya, dia selingkuh dengan Wilona hanya karena wanita itu mirip denganku versi muda. Aku lihat semua pakaiannya, bahkan koleksi barang-barangnya yang lain. Wilona meniruku. Semua barangnya mirip denganku."Air mata Nindi mulai menggenang.
Last Updated: 2025-10-15
Chapter: Bab 109. Hanya BayanganKeesokan harinya, Nindi merasa ada satu hal lagi yang harus ia tuntaskan untuk menyempurnakan kemenangan balas dendamnya. Ia ingin melihat kehancuran Wilona secara langsung.Nindi pergi sendiri, mengendarai mobil barunya menuju kediaman mewah keluarga Hadikusuma. Dengan mengenakan pakaian mahal dan kalung berliannya, ia masuk tanpa mengetuk pintu.Seorang pelayan yang terkejut segera mencegatnya di foyer. "Maaf, Nyonya! Anda tidak bisa masuk! Keluarga sedang berduka!"Nindi menepis tangan pelayan itu dengan dingin. "Aku punya urusan mendesak dengan Wilona. Minggir!"Nindi melangkah pasti memasuki rumah mewah nan luas itu.Pelayan itu mengikutinya dengan cemas, memohon agar Nindi berhenti.Nindi mengabaikannya, ia membuka pintu ruangan satu per satu dengan brutal, mencari kamar Wilona.Setelah membuka tiga pintu kamar kosong, tibalah Nindi di kamar yang terakhir. Ia lalu membuka pintu itu tanpa izin.Di dalam kamar yang mewah itu, Wilona sedang duduk di tepi ranjang, menyandarkan pungg
Last Updated: 2025-10-15