Khusus 21++ BANYAK ADEGAN DEWASA!! * Ini adalah kisah seorang asisten rumah tangga bernama Nina Anatasya yang terpaksa menerima tawaran dari tuan mudanya sebagai partner seks. Hal ini dilakukan demi pengobatan sang ayah di kampung. Hari demi hari, timbul benih-benih cinta antara keduanya. Perbedaan kasta membuat lika-liku perjalanan cinta mereka penuh perjuangan. Apakah Bryan dapat bersatu dengan Nina?
View MoreâTu-Tuan Muda? Ke-kenapa Tuan Muda ada di kamar saya?â tanya Nina dengan takut-takut. Hawa malam itu sangat mencekam. Ruangan sempit yang awalnya adalah gudang, disulap sedemikian rupa menjadi sebuah kamar. Ya, kamar untuk Nina sebagai asisten rumah tangga yang baru saja bekerja di rumah itu semingguan lebih.
Pria yang bernama Bryan Lawrence itu sedang berdiri di depan pintu kamar Nina yang tadinya tertutup. Bryan adalah anak tunggal dari majikan Nina, pemilik rumah tersebut. Penampilan Bryan amat berantakan karena ia baru saja pulang dari klub malam, tetapi Bryan masih terlihat tampan. Walaupun bau alkohol tercium jelas di tubuhnya.
âBerikan aku makanan! Aku lapar!â titah Bryan.
Nina yang tadinya baru saja ingin beristirahat kemudian bangkit dari kasurnya. Nina sempat bergerutu dalam hati sebab ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari dan anak majikannya itu tiba-tiba memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan meminta makan. Namun, Nina juga bernapas lega karena prasangka buruk yang sempat ia pikirkan ternyata tidak benar.
âBaik, Tuan Muda. Saya siapkan dulu,â jawab Nina tanpa merasa curiga.
Bryan akhirnya keluar dari kamar diikuti oleh Nina menuju dapur. Nina dengan cekatan mengolah semua bumbu serta bahan yang tersedia menjadi sebuah masakan yang lezat. Satu jam berlalu, akhirnya kerjaan gadis itu telah selesai. Dan saatnya ia memanggil sang majikan yang sudah menunggunya dari tadi.
TOK TOK TOK
âPermisi, Tuan Muda. Makanannya sudah siap,â ucap Nina dengan suara lantangnya.
âMasuk!â teriak Bryan dari dalam kamar.
Nina kemudian membuka pintu lalu berjalan perlahan. Ia masuk ke dalam kamar besar nan megah dengan pencahayaan yang minim. Ia melangkah sembari menundukkan kepala. Terlihat Bryan sedang meneguk segelas alkohol. Dada bidangnya sudah terekspos jelas alias pria itu sedang tidak mengenakan bajunya.
âTuan Muda, makanannya sudah siap,â ujar Nina lagi, dengan nada yang amat sopan. Ini hari pertamanya ia bertemu dengan Bryan, anak dari pemilik rumah mewah tempatnya bekerja. Sebab dari seminggu yang lalu ia bekerja, pekerja yang lain mengatakan bahwa Bryan sedang berada di Singapura, menuntut ilmu S-2 nya. Dan sekarang Bryan tengah libur kuliah selama 3 bulan, maka dari itu ia kembali ke Jakarta, ke rumah orangtuanya.
âKenapa lama sekali?â tanya Bryan sembari melemparkan tatapan dingin pada Nina.
âMa-maaf, Tuan Muda. Sa-saya tadi harus merebus ayam terlebih dahuââ
âAku tidak meminta makanan yang itu,â potong Bryan cepat. Ia menatap gadis lugu di hadapannya itu. Ditatapnya penuh gairah sembari ia berjalan mendekati Nina.
âTu-Tuan Bryan, Tu-Tuan mau ngapain?â tanya Nina tergugup.
âSsstt! Santai saja! Jangan tegang! Yang berhak tegang di sini cuman burungku. Heheh.â Bryan masih sempat terkekeh saat Nina benar-benar ketakutan. Nina terus berjalan mundur ketika Bryan terus mendekatinya hingga tubuh Nina mentok di dinding kamar.
Nina menatap wajah tampan tuan mudanya yang saat ini sangat dekat dengan wajahnya. âTuan?â
âKamu cantik sekali, Nina,â goda Bryan sebelum menempelkan bibirnya ke bibir gadis itu. âBoleh aku menciummu, Nina?â Mata Bryan terus tertuju pada bibir merah Nina, gadis itu menjawab pertanyaannya dengan sebuah gelengan kecil, namun Bryan tidak peduli dengan tolakan tersebut. Bryan langsung menempelkan bibirnya pada bibir Nina.
Nina tersentak kaget dan langsung menjauhkan bibirnya dari Bryan. âTuan Muda, apa Tuan sedang mabuk?â tanyanya dengan napas yang tersengal saking gugupnya.
Bryan mengangguk. âYes, baby. Aku mabuk karenamu.â Bryan langsung menempelkan kembali bibirnya dan melumat lembut milik Nina. Bryan menahan tengkuk Nina agar gadis itu tidak melepaskan ciuman mereka lagi.
Satu tangan Bryan mulai mengusap dan meraba punggung Nina. Bryan mulai nakal menyelinap masuk ke dalam baju Nina kemudian membuka pengait bra gadis itu. Bryan lalu menenggelamkan wajahnya, menghirup aroma wangi di leher mulus Nina.
âT-Tuan Bryan, jangan lakukan ini. Saya mohon⌠H-hentikan ini, Tuan. Lepaskan saya!!â teriak gadis itu. Ia terus melawan, namun percuma saja, tenaganya tidak sebanding dengan pria itu. Kini Bryan telah berhasil melucuti pakaian gadis itu.
Bryan mendekap mulut Nina agar gadis itu mau diam. âSsstt. Jangan teriak Nina, nanti yang lain terbangun. Kalau kamu teriak sekali lagi, aku bakal suruh Papa untuk mecat kamu!â
Nina hanya mengangguk lemah setelah Bryan mengancamnya.
Bryan tersenyum penuh kemenangan. âAku beruntung sekali, baru pulang tadi pagi langsung disambut dengan seorang ART baru seperti kamu. Cantik dan tentunya masih muda,â bisiknya. Pria itu kemudian membawa Nina dan melemparkan tubuh Nina ke atas ranjang. Dengan sigap, Bryan merangkak naik ke atas tubuh Nina, menguasai sepenuhnya tubuh indah sang asisten rumahnya.
âNgghh⌠aahhh⌠Tu-Tuan Bryan⌠Hentikan ini, Tuan,â pinta Nina dengan wajah memelas. Sesekali ia mendesah. Entah apa yang dirasakannya saat ini.
âWhy, Nina? Do you like it?â tanya pria itu dengan sikap genitnya. Gerakan tangan Bryan semakin liar. Tangan yang kokoh itu sedang sibuk meremas-remas kedua tumpukan daging kenyal yang menjadi aset sang gadis. Bibir Bryan tak kalah lincahnya kini menciumi leher Nina yang lembut.
âHmmpss⌠ahhâŚ.â Nina tak lagi memberontak. Gadis itu terbuai dengan sentuhan-sentuhan yang diberikan oleh majikannya. Nina yang awalnya meronta meminta agar Bryan berhenti, kini ia pasrah dan justru tubuhnya merespon seolah-olah meminta lebih.
Tidak dapat menahan lebih lama, Bryan membuka celananya sendiri. Nina menggelengkan kepalanya kala melihat tuan mudanya kini mengeluarkan senjata yang berurat maksimal. Nina berniat merapatkan kedua kakinya, namun Bryan menahannya.
âJa-jangan lakukan ini, Tuan. Saya tidak mau. Hentikan ini, Tuan,â pinta Nina ketakutan.
Bryan berpura-pura tidak mendengarnya. Pria bajingan itu justru memasukkan anaconda besarnya ke milik Nina.
âMmmmpph⌠ahh⌠Tuan⌠sa⌠sakit⌠Tuan Bryan, tolongâŚâ Nina meremas seprai kasur Bryan hingga berantakan. Nina terus-terusan menjerit kesakitan kala Bryan memompa kejantanannya hingga masuk ke tempat yang paling dalam milik Nina. Sakitnya sungguh berasa hingga tak sadar membuat Nina meneteskan air mata.
Bryan melihat tangis kesakitan di mata Nina. Pembantunya itu kemudian berhenti meremas seprai dan beralih mencakar punggungnya hingga berdarah.
Bryan mengecup ujung mata sang gadis dan berbisik, âApa terlalu sakit, Nina? Bawa enjoy aja. Nanti lama-lama enak kok.â
âAhh⌠ahh⌠h-hentikanâŚ.â Tubuh Nina mengejang karena kenikmatan yang baru pertama kali dia rasakan. âHentikan, saya moââ
Belum selesai sang asistennya berbicara, Bryan kembali melahap bibir Nina dengan brutal. Lidahnya menerobos masuk dengan ciuman yang berkembang semakin liar. Ciuman penuh gairah dan brutal diterima Nina, sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, gadis itu pun pasrah.
Nina tidak kuat lagi menerima rangsangan bertubi-tubi dari Bryan. Kemaluannya yang diserang dengan barang kokoh milik majikannya, ditambah lagi bibirnya yang tiada henti dicium oleh pria berusia 23 tahun itu.
Beberapa menit berlalu, permainan mereka hampir berada di ujung jalan. Nina tidak sanggup lagi menahan aliran deras hangat yang keluar dari miliknya. Sedangkan Bryan masih terus memompa batangnya hingga dirinya pun mengalami klimaks.
âOhh, shit! Kamu sangat enak. Bikin nagih.â Begitulah perkataan pria bajingan yang selalu bermain wanita di luaran sana. Ini bukan pertama kalinya Bryan meniduri perempuan. Diberkahi wajah tampan dan harta berlimpah dari orangtuanya membuat siapa saja bertekuk lutut di hadapan Bryan. Gadis mana yang mampu menolak seorang Bryan? Bahkan tak jarang seorang gadis yang masih suci bersedia melepas mahkotanya kepada sosok bad guy itu.
Bryan pun mengerang kenikmatan saat dirinya menyembur cairan cinta ke rahim gadis malang itu. Seiring dengan datangnya rasa nikmat itu, pria berwajah tegas itu langsung lemas dan ambruk di atas tubuh Nina.
Nina kini menangis tanpa suara. Dari raut wajahnya saja bisa dinilai bahwa gadis itu sungguh syok berat atas kejadian ini. Nina menyingkirkan tuan mudanya yang kini terlelap di atas tubuhnya.
âHiks. Hiks.â Nina menyeka air matanya. Ia melihat ke arah Bryan yang saat ini sudah tertidur pulas di sampingnya. âApa yang harus aku lakukan sekarang?â lirihnya dalam hati.
Dengan sisa tenaga yang masih ada, Nina beranjak pergi dari ranjang itu. Tempat di mana ia melepaskan kehormatannya secara paksa dengan dibanjiri air mata. Nina mengambil pakaian miliknya yang tergeletak di atas lantai lalu memakainya kembali. Ia menghela napas panjang diiringi deraian air mata yang tak kunjung reda, gadis itu pun keluar dari kamar dan meninggalkan sang majikan seorang diri.
Kedua polisi mendampingi Bryan keluar dari mobil. Begitu pintu mobil terbuka, para wartawan langsung menyerbu Bryan dengan menyodorkan mic. Banyak kamera yang juga aktif meliput sosok pemeran utama pada hari ini.“Pak Bryan, bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apakah Bapak merasa gugup?” tanya wartawan.“Apakah Bapak yakin bahwa Bapak akan bebas? Atau malah sebaliknya? Bagaimana dengan pengacara yang turut mendampingi Bapak di pengadilan nanti? Apakah pengacara Bapak itu bisa membela Bapak di depan hakim nantinya?”“Bapak Bryan, menurut Bapak enakan bubur diaduk atau tidak diaduk, Pak?”Dari banyaknya pertanyaan yang dilemparkan wartawan itu, Bryan hanya merespon salah satu. “Saya tim bubur diaduk, Mas. Biar semua komponen rasanya tercampur rata.”Bryan jadi susah bergerak karena dikerumuni oleh awak media. Beberapa polisi pun turut andil untuk menertibkan mereka. “Minggir! Beri jalan!”
Bryan lalu mengarahkan pandangannya ke segala penjuru ruangan. Melihat-lihat orang yang hadir di persidangannya ini. Manik matanya terfokus pada William, Derren, dan Darsa.‘Apa kalian yang membuat pengacaraku tidak bisa datang lalu mengirimkan pengacara dadakan ini?’ batin Bryan seraya melemparkan tatapan tajamnya ke arah mereka.Di saat Bryan masih fokus menatap ketiga orang licik itu, tanpa sengaja William juga melirik ke arah Bryan. Tatapan mereka saling bertemu dalam beberapa detik. Ada wajah bersalah yang diperlihatkan oleh William.“Maafkan aku, Bryan. Aku terpaksa melakukan ini. Aku tidak sanggup terus-terusan dibanding-bandingkan denganmu,” gumam William.Sidang pun dimulai. Jaksa penuntut memaparkan bukti-bukti yang mengarah bahwa Bryan-lah pelakunya. Bukti yang kuat dan tentunya sangat sempurna untuk menjadikan Bryan sebagai terdakwa.“Bisa kita lihat pada gagang pisau ini, alat yang digunakan untuk menikam
Derren terbangun dengan kepala yang masih pening. Matanya enggan terbuka dengan sempurna padahal jiwanya sudah meronta ingin segera bangkit dari posisi rebahnya. Sinar mentari yang menyelinap dari balik tirai jendela kamar hotel, akhirnya memaksa Derren untuk membuka matanya.Derren memijat pelipisnya saat dia sudah terduduk. Kepalanya begitu sakit dan tenggorokannya terasa kering. Dia masih belum sadar dengan keadaan dirinya saat ini. Namun itu hanya sesaat, karena detik berikutnya Derren langsung terkejut saat mengetahui dirinya ternyata tidak menggunakan pakaian sama sekali.“Woi, apa-apaan ini?” Pandangan Derren menyapu ke seluruh ruangan kamar yang luas itu. Kamar yang tentunya asing di matanya. “Lah, aku di mana ini?”Derren pun berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi kepadanya semalam. Sekilas bayangan pun muncul. “Semalam aku mabuk. Dan sepertinya ada seorang wanita yang entah siapa me
âSudah, sudah. Jangan bahas itu lagi. Tidak mungkin saya melakukan itu sama laki-laki lain. Soalnya suami saya sendiri lebih menggoda.âRiko hanya mengangguk pelan.âSekarang kamu telanjangin dia! Terus fotoin!â suruh Nina tanpa ragu.âHeh?ââCepat!ââT-tapiâââTerus kamu juga buka baju. Jangan lupa pakai wig ini ya!â kata Nina lagi sembari menyerahkan wig rambut panjang berwarna blonde.âRencana ibu apa?â tanya Riko ingin tau.âKarena si kutu kupret ini sudah menyebarkan fitnah dajjal kepada orang-orang bahwasanya suami saya ini pria murahan, maka dari itu, saya harus membalasnya balik! Saya harus dapatin foto bugil dia! Terus kamu menyamar jadi perempuan dan seolah-olah lagi tidur bareng dia! Dengan foto ini, dia bakalan takut untuk bertingkah. Kalau dia macam-macam, terpaksa saya sebarin foto ini ke sosial media, biar dia tau rasa!âRiko tercengang. Dia tidak menyangka bahwa perempuan anggun seperti Nina ini bisa mempunyai rencana begini.âIntinya fitnah dibalas fitnah!ââTapi kala
âHei, Pak Derren! Kamu beneran mabuk?â tanya Nina memastikan. Dia masih menahan tubuh Derren yang hampir terhuyung ke lantai. Derren yang diajak bicara itu hanya memamerkan senyum nyengirnya.âIhh, pake nyengir segala! Apa dia gak sadar kalau tubuhnya berat banget?!!â omel Nina. Dia pun meminta bantuan kepada si bartender untuk membawa Derren keluar dari bar menuju parkiran.âEmangnya Nona kenal sama Tuan ini?â tanya bartender sebelum membantu Nina.âJangan banyak tanya, Mas! Cepet bantuin dong! Saya mah gak bisa nahan badan orang ini, berat tau!ââKalau gak bisa nahan, hempaskan saja ke lantai,â jawab bartender tanpa beban.âLah, kalau dia geger otak gimana? Mas mau tanggung jawab?âKarena si bartender keras kepala tidak mau membantu, Nina akhirnya terpaksa seorang diri memapah tubuh Derren keluar dari area tersebut. Dia susah payah membawa Derren masuk ke dalam mobilnya.âAku harus membawanya ke mana, ya?â gumam Nina saat mereka sudah berada di dalam mobil.âBawa saja ke hatimu. Mue
(FLASHBACK)âSupaya saya bisa membantu Bapak, saya mau tau semuanya dari Bapak. Apa benar Bapak Bryan membunuh Saudari Melissa? Atau Bapak hanya dijebak oleh polisi?â tanya Riko.âKamu bisa dipercaya, tidak?â tanya Bryan ragu-ragu.âBisa, Pak.ââCoba ceritakan dulu tentang diri kamu. Karena saya sudah muak dengan orang baru. Dulu saya sempat percaya kepada Pak Darsa. Saya kira dia baik. Eh ternyata, dia tiba-tiba menusuk saya dari belakang,â kata Bryan, merasa trust issue.Riko mengeluarkan berkas dari dalam tas kerjanya. âSilakan dibaca CV saya, Pak. Di sana sudah lengkap dari data diri, pengalaman kerja, dan lain-lain.âBryan menyimak CV tersebut. âOh jadi kamu pernah bekerja di perusahaan Pak Heru?âRiko mengangguk pelan. âIya, Pak.âBryan mengembalikan CV itu kepada Riko. âTetap saja saya belum bisa mempercayai orang baru. Saya trauma tau.âRiko menghela napas berat. âJadi bagaimana saya bisa membantu Bapak kalau Bapak sendiri tidak mau terbuka kepada saya. Saya kan pengacara Bapa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments