“Kalau boleh saya tau, nama suami ibu ini siapa dan apakah ibu tidak pernah berkontak lagi dengannya?” tanya Bryan lagi. Hari ini juga, dia ingin mengupas semua kejanggalan di benaknya dari hari-hari yang lalu. Bryan tidak akan pergi dari hadapan Adelina sebelum semuanya terungkap dengan jelas.
Adelina menatap Bryan heran. “Kenapa kamu begitu ingin tau tentang keluarga saya?”
Bryan hening sesaat. Menyusun kata di dalam kepala, yang setidaknya logis untuk dijadikan sebuah alasan.
“Saya… karena saya melihat ibu dari tadi sepertinya ingin bercerita, tapi ibu tidak punya tempat untuk berkeluh kesah. Saya bersedia menjadi pendengar yang baik. Karena saya sendiri pun pernah berada di posisi ibu. Tidak punya siapa-siapa untuk diajak curhat. Hanya bisa memendam seorang diri.”
“Kalau ibu mau curhat, saya bisa kok menjadi tempat curhat untuk ibu. Mungkin saya bisa membantu ib