Makan malam telah usai. Pelayan membersihkan meja dengan gerakan cepat dan nyaris tak terdengar. Lilin-lilin di sepanjang meja utama masih menyala, memantulkan cahaya lembut ke dinding batu yang dingin.
Setelah semua rangkaian acara usai—tata cara formal, tatapan tajam, senyuman setengah palsu, dan keharusan menjawab dengan manis.
Ia menatap sekeliling aula. Semua orang masih sibuk dengan urusan mereka sendiri.
Sebagian tamu telah berpamitan, meninggalkan aroma parfum mahal yang menggantung di udara.
Sebagian lagi memilih tinggal—ada yang berbincang ringan di sofa beludru dan ada yang berdansa di bawah gemerlap kristal chandelier.
Juliete menunduk sedikit, lalu membisik pada Jaiden yang duduk di sampingnya:
“Boleh aku permisi… mencari udara segar sebentar?”
Jaiden menoleh cepat, matanya langsung mengunci wajahnya. Ada kerutan tipis di alisnya.
“Mau aku temani?”
Juliete menggeleng cepat, lalu tersenyum kecil—senyum yang tidak benar-benar sampai ke matanya.
“Tidak… a