Share

Chapter 27

Penulis: Lia.F
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-25 13:48:07

POV Jaiden.

Lima menit. Sepuluh menit. Hampir setengah jam.

Juliete tak juga kembali.

Padahal katanya hanya ingin mencari udara segar. Aku mulai gelisah. Aku tahu di tempat ini dan orang-orang di dalamnya yang tak bisa di percaya.

Aku bangkit dari kursi dan melangkah keluar ballroom. Mencarinya. Mataku menyapu ruangan, tapi sosoknya tak tampak. Aku mengingat lagi arah langkahnya tadi. Koridor sisi timur.

Aku menuju ke sana. Dan di sanalah dia. Juliete. Tapi tidak sendiri. Tubuhku menegang. Alisku menyatu. Ada sesuatu yang panas, naik dari dada dan merambat ke tenggorokan. Dia tertawa. Tersenyum lepas. Wajahnya nyaman dan hidup. Itu bukan wajah yang pernah dia tunjukkan padaku.

Bersama siapa?

Arthur. Pamanku. Pria sok suci yang sudah lama menyimpan pisau di balik senyum. Yang bicara manis di meja makan tapi menusuk dari belakang. Yang ibuku percaya—tapi aku tahu lebih dari siapa pun: dia bukan keluarga. Dia ancaman.

Dan sekarang dia berdiri terlalu dekat dengan Juliete.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 29

    Cahaya pagi merambat lembut melewati tirai tipis, menyusup ke sela kelopak mata Juliete yang perlahan terbuka. Pandangannya masih kabur, tapi bayangan di hadapannya segera menjadi nyata. Pria itu berbaring di sampingnya, menatap Juliete dengan mata setengah mengantuk dan rambut sedikit berantakan, kini mereka saling berhadapan—entah sejak kapan. Ada sesuatu yang berbahaya sekaligus intim dari caranya memandangi Juliete pagi ini. Tangannya perlahan terangkat, menyentuh pipi Juliete pelan. Ujung jarinya dingin tapi tetap mengalirkan panas ke seluruh pori Juliete. “Sudah bangun, baby?” bisiknya rendah. Juliete hanya mengangguk. Tak ada kata yang mampu ia lontarkan. Kini Juliete sadar Pria ini yang akan ia lihat setiap paginya setelah pernikahan berlangsung. Sialnya ia mulai terbiasa dengan kehadiran Jaiden. Lebih tepatnya pada dominasinya. Tapi bayang-bayang malam sebelumnya kembali menyusup. Arthur. Pernyataan dan kecurigaannya masih menggema di kepala Juliete. Juliete sebenar

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 28

    Pintunya terkunci. Manis sekali. Dia pikir bisa menyembunyikan diri dariku di dalam kamarnya. Aku menyeringai saat menarik kunci cadangan dari sakuku. Ini Blackvale—semua pintu tunduk padaku. Klik. Bunyi kunci memecah keheningan. Saat pintu terbuka, aku melihatnya. Juliete masih terjaga. Berbaring di ranjang, menatap langit-langit. Tapi suara pintu yang terbuka membuat tubuhnya menegang. Dia terduduk, matanya lebar. Dia terkejut. Tapi seperti biasa—sombong. Tetap mencoba menunjukkan bahwa dia tak takut padaku. Itulah yang membuatku muak. Dan tergila-gila. Aku melangkah cepat, tanpa memberi ruang. Suasana kamar langsung berubah. Udara menjadi lebih panas. Tanpa sepatah kata, aku mendorong tubuhnya ke ranjang. Gerakanku cepat. Juliete nyaris terpental, matanya membelalak karena terkejut. Tanganku mencengkeram pergelangan tangannya—keras. Dalam satu gerakan, kutarik borgol dari sakuku dan mengaitkan satu sisi ke pergelangan tangannya… sisi lain ke tanganku sendiri. Dan suara lo

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 27

    POV Jaiden. Lima menit. Sepuluh menit. Hampir setengah jam. Juliete tak juga kembali. Padahal katanya hanya ingin mencari udara segar. Aku mulai gelisah. Aku tahu di tempat ini dan orang-orang di dalamnya yang tak bisa di percaya. Aku bangkit dari kursi dan melangkah keluar ballroom. Mencarinya. Mataku menyapu ruangan, tapi sosoknya tak tampak. Aku mengingat lagi arah langkahnya tadi. Koridor sisi timur. Aku menuju ke sana. Dan di sanalah dia. Juliete. Tapi tidak sendiri. Tubuhku menegang. Alisku menyatu. Ada sesuatu yang panas, naik dari dada dan merambat ke tenggorokan. Dia tertawa. Tersenyum lepas. Wajahnya nyaman dan hidup. Itu bukan wajah yang pernah dia tunjukkan padaku. Bersama siapa? Arthur. Pamanku. Pria sok suci yang sudah lama menyimpan pisau di balik senyum. Yang bicara manis di meja makan tapi menusuk dari belakang. Yang ibuku percaya—tapi aku tahu lebih dari siapa pun: dia bukan keluarga. Dia ancaman. Dan sekarang dia berdiri terlalu dekat dengan Juliete.

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 26

    Makan malam telah usai. Pelayan membersihkan meja dengan gerakan cepat dan nyaris tak terdengar. Lilin-lilin di sepanjang meja utama masih menyala, memantulkan cahaya lembut ke dinding batu yang dingin. Setelah semua rangkaian acara usai—tata cara formal, tatapan tajam, senyuman setengah palsu, dan keharusan menjawab dengan manis. Ia menatap sekeliling aula. Semua orang masih sibuk dengan urusan mereka sendiri. Sebagian tamu telah berpamitan, meninggalkan aroma parfum mahal yang menggantung di udara. Sebagian lagi memilih tinggal—ada yang berbincang ringan di sofa beludru dan ada yang berdansa di bawah gemerlap kristal chandelier. Juliete menunduk sedikit, lalu membisik pada Jaiden yang duduk di sampingnya: “Boleh aku permisi… mencari udara segar sebentar?” Jaiden menoleh cepat, matanya langsung mengunci wajahnya. Ada kerutan tipis di alisnya. “Mau aku temani?” Juliete menggeleng cepat, lalu tersenyum kecil—senyum yang tidak benar-benar sampai ke matanya. “Tidak… a

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 25

    Begitu pria itu muncul, Jaiden segera berdiri, merapikan jasnya. Yang lain ikut bangkit. Juliete sempat bingung, tapi cepat membaca situasi dan berdiri mengikuti yang lain. Aura pria itu menuntut penghormatan, tanpa harus meminta. Jaiden mencondongkan tubuh, membisikkan kata-kata di telinga Juliete. “Ayo, ikut aku menyapa kakekku, Baby.” Juliete menatapnya sejenak, sebelum akhirnya menyadari siapa pria tua di ujung ruangan itu. “August Alastair Cavendish,” gumam Jaiden, suaranya rendah namun penuh hormat. “Generasi ke-9. Lelaki tertua sekaligus pilar keluarga ini.” Sambil berkata demikian, Jaiden meraih tangan Juliete—genggamannya mantap, lalu membimbingnya mendekati sosok yang kini menjadi pusat seluruh perhatian. “Selamat malam, Kek. Izinkan aku memperkenalkan calon istriku, Juliete Finnigan,” ujar Jaiden, suaranya tenang namun tegas, sesaat sebelum August duduk di kursi singgasananya—pusat dari seluruh ruangan, simbol otoritas tak tergoyahkan. Juliete tersenyum sop

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 24

    Ketika Jaiden dan Juliete menapaki lantai marmer dan melewati lengkungan pintu utama menuju Aula ballroom Thornvale, genggaman Juliete di lengan Jaiden mengeras. Jantungnya berdetak tak karuan. Pilar-pilar tinggi menjulang, dihiasi ukiran emas dan ukiran lambang keluarga. Kristal gantung berkilau, menggantung di atas lantai marmer seputih salju. Udara penuh aroma bunga segar dan rempah mahal. Langit-langitnya begitu tinggi, ia merasa seperti memasuki dunia lain—bukan dunia manusia, tapi legenda. Astaga! Sekaya inikah keluarga Cavendish? Bukan sekadar kaya. Ini bukan tentang uang—ini tentang kekuasaan. Tradisi. Warisan. Ini adalah tempat di mana sejarah tak hanya ditulis, tapi dipertahankan. Jaiden menangkap perubahan halus dalam sikap Juliete—genggaman tangannya yang mengeras, napas yang mulai tersengal pelan. Ia tahu benar tanda-tanda itu. Gugup. Dan itu wajar. Bagaimanapun juga, seorang gadis biasa yang dibesarkan dengan kesederhanaan akan limbung saat dihadapkan pada keku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status