Pengantin Pewaris Cavendish

Pengantin Pewaris Cavendish

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-06-18
Oleh:  Lia.FBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
10Bab
10Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Juliette menari bukan untuk bersenang-senang. Ia menari untuk bertahan hidup. Di panggung eksklusif milik kaum elite, tubuhnya menjadi hiburan—tapi hatinya kosong. Sampai malam itu. Satu sosok mata mencekamnya. Ia pikir laki-laki itu tertarik padanya. Tapi kenyataannya jauh lebih buruk. Juliette bukan target… ia adalah umpan. Dipersiapkan khusus untuk Jaiden. Pewaris Cavendish yang tak segan membunuh demi kesenangan. Kini, hidup Juliette bukan miliknya lagi. Dan satu-satunya cara keluar dari neraka... adalah menjadi iblis yang lebih gila dari mereka.

Lihat lebih banyak

Bab 1

CHAPTER 1

Malam itu, Juliete duduk sendiri di ruang ganti yang sempit namun penuh cahaya neon hangat. Cermin besar di hadapannya memantulkan wajah yang nyaris tak ia kenali lagi—lipstik merah, bulu mata lentik buatan, dan rambut panjang yang dikibaskan sempurna ke satu sisi.

Penampilannya dimulai dalam lima menit.

Sudah hampir dua minggu sejak ia mulai bekerja di sini—di Club paling eksklusif di West End, milik keluarga bangsawan Inggris yang kekayaannya tidak terhitung. Baginya, ini adalah keberuntungan.

Juliete adalah mahasiswi jurusan hukum di universitas Oxford. Cerdas, kritis, dan penuh ambisi. Tapi ambisi tidak membayar sewa apartemen kecilnya di pinggiran kota. Tidak membayar uang kuliah. Tidak juga bisa membeli makan malam.

Bekerja di bar seperti ini bukan pilihan…tapi kebutuhan.

Sebagai Pole Dancer di klub mewah, ia menerima bayaran tiga kali lipat lebih tinggi daripada pelayan biasa. Dan itu cukup untuk bertahan. Menari di atas panggung, diterangi cahaya spotlight, dinilai bukan dari otaknya, tapi dari lekuk tubuh dan cara ia memikat mata pria-pria kaya yang datang dengan setelan mahal dan mulut manis.

Ia menarik napas dalam, merapikan bagian terakhir dari kostumnya, dan berdiri.

Dari balik tirai beludru hitam di sisi panggung, sang manajer memberi kode. Hanya satu anggukan pendek, cepat dan pasti. Rokok menyala di ujung bibirnya mengepul perlahan.

Juliete membalas dengan anggukan tenang, lalu ia melangkah maju.

Begitu ia memasuki area panggung, lampu sorot menembak tubuhnya dari segala sudut, menciptakan siluet yang tajam namun memikat.

Musik elektronik mulai berdentum perlahan, membangun suasana yang hampir erotis. Dan di sanalah ia, melangkah menuju tiang baja dengan gerakan halus dan terukur.

Semua mata tertuju padanya.

Gerakan pertamanya lembut, penuh irama. Tubuhnya meliuk, menggoda tanpa memohon, memikat tanpa berusaha keras. Tak ada sisa-sisa gadis polos usia 23 tahun yang baru kemarin mencatat kuliah tentang sistem peradilan pidana. Yang ada hanyalah profesionalisme dingin, sensualitas yang dikendalikan, dan keheningan penuh perhitungan.

Di kursi-kursi kulit yang membentuk setengah lingkaran di sekeliling panggung, para tamu elit mulai memperhatikan. Beberapa menyisipkan anggur mahal. Beberapa hanya menyipitkan mata, seperti sedang menilai sebuah karya seni hidup.

Seseorang sedang mengamati. Seseorang itu…berasal dari keluarga Cavendish.

Jaiden Alastair Cavendish

Ia mengisap rokoknya perlahan, bibirnya menyeringai tipis. Asap tembakau mengepul dari mulutnya.

Di hadapannya, lampu sorot menggeliat mengikuti gerakan seorang penari di atas panggung.

Seksi. Lihai. Menghipnotis. Tatapannya menajam.

Ia condong sedikit ke depan. Kepulan asap rokok mengambang di antara dia dan cahaya panggung.

“Siapa dia?” gumamnya.

“Bukan wajah lama,” jelas sang asisten, Benjamin.

Pria dengan Jas rapi, usianya kisaran pertengahan 40. Hampir separuh hidupnya, ia dedikasikan untuk royal pada keluarga Cavendish. Terutama Jaiden.

Jaiden hanya mengangguk pelan. Mata tajamnya menyipit, menganalisis setiap gerakan di atas panggung. Tiba-tiba, pintu ruang privat diketuk.

Seorang wanita tinggi dan berpenampilan memikat masuk dengan membawa nampan perak berisi sebotol wiski tua dan dua gelas kristal.

“Silakan, Tuan…” ucapnya dengan senyum merekah di balik lipstik merah menyala.

Ia mengenal pria itu—Jaiden Alastair Cavendish. Pewaris pertama keluarga Cavendish, nama yang bergaung seperti kutukan di kalangan elit Inggris. Orang-orang tidak berbicara tentangnya. Mereka berbisik. Dan saat dia hadir, mereka menunduk… demi keselamatan mereka sendiri.

Natalie—biasanya jadi primadona panggung Ocean Club & Bar. Namun sejak gadis bernama Juliete muncul dua minggu lalu, sorotan itu lenyap. Pendapatannya turun drastis.

Dan yang paling membuatnya muak: Juliete tidak pernah melayani siapa pun. Tidak minum bersama pelanggan. Tidak ikut ke lounge pribadi. Apalagi tidur dengan mereka.

Harga diri? Moralitas? Omong kosong.

“Letakkan saja,” ucap Jaiden, tak menoleh.

Tatapannya masih terpaku pada sosok penari tiang yang memikat itu—belum tahu siapa namanya, tapi sudah cukup tergelitik oleh auranya.

Natalie berjongkok pelan, meletakkan gelas dan botol wiski di meja kaca. Tapi tangannya cepat—di balik lipatan napkin di nampan, ia menyelipkan Mancis emas—milik Jaiden. Dengan gerakan mulus sebelum berdiri dan melangkah keluar, masih dengan senyum yang nyaris tak berubah. Natalie tidak akan membiarkan gadis bernama Juliete keluar dari Ocean Club dalam keadaan aman, malam ini.

Segera setelah keluar dari ruangan VIP, Ia menuju lorong sempit di belakang bar, tempat deretan loker staf berada. Di antara deretan nama, Natalie berdiri tepat di depan satu loker:

Juliete Finnigan.

Dengan gerakan luwes, Tangannya sudah terlatih. Dalam waktu kurang dari lima detik, kunci loker terbuka tanpa suara.

Tangannya masuk ke dalam, menarik tas Juliete. Ia menyelipkan mancis emas milik Jaiden disana.

Natalie tahu satu hal pasti:

Keluarga Cavendish tidak memberi kesempatan kedua.

***

Suara musik mengalun sensual.

Kerumunan penonton menyemut di bawah panggung. Sorak-sorai, siulan kagum, dan gelas-gelas kristal yang terangkat tinggi membentuk simfoni khas malam mewah di jantung kota London. Semua mata tertuju pada Juliete.

Tapi dari arah lorong samping, dua pria berbadan besar berpakaian hitam melangkah cepat, disusul oleh Benjamin—sang asisten pribadi Jaiden. Ia menatap lurus ke arah panggung.

Lalu—

“Juliete Finnigan,” suara Benjamin terdengar tajam, menusuk riuhnya suasana.

Semua mendadak diam.

Juliete menoleh cepat. Ia belum sempat mengambil napas saat dua pria itu sudah naik ke panggung.

“Turun. Sekarang,” ucap salah satu pria berbadan besar.

“Terjadi sesuatu?” tanya Juliete, tetap tenang. Tapi ia bisa merasakan tekanan udara di sekelilingnya berubah drastis.

Benjamin tidak menjawab. Ia hanya memberi kode. Dalam waktu singkat, mereka mengawal Juliete keluar dari panggung, melewati tatapan penuh tanya dan bisik-bisik para tamu.

Juliete berdiri diam, ditemani tatapan tajam Benjamin dan kedua pria keamanan. Loker-loker berdiri berjajar seperti saksi bisu.

“Buka lokermu,” perintah Benjamin dingin.

Juliete menaikkan alis. “Apa maksudnya?”

“Kami menerima laporan bahwa ada barang milik Tuan Cavendish yang hilang. Dan seseorang melihatmu—”

Benjamin tak melanjutkan. Dia hanya mengangguk ke arah loker.

Dengan tenang, Juliete memutar kunci loker miliknya. Benjamin menyambar tas Juliete, membuka resletingnya dengan cepat.

Dan di sana—di kantong dalam—terletak mancis emas dengan ukiran inisial “J.A.C” terpampang jelas. Kilat logam mahal itu seperti menyeringai pada Juliete.

Juliete menatap benda itu lama.

Benjamin menoleh padanya. Matanya sempit, curiga. “Kau mau bilang… itu bukan milikmu?”

Juliete mengangkat kepalanya. Sekilas ekspresi bingung melintas di wajahnya, tapi segera tergantikan dengan sesuatu yang lebih tegas.

“Bawa dia..” seru Benjamin tegas dan dingin.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
10 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status